”Satu-satunya solusi hakiki adalah mengusir Israel dari bumi Palestina, sebab tanah Palestina adalah tanah kaum muslimin.”
Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bola liar polemik penolakan kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 menemui ujungnya. Melalui situs resminya, FIFA akhirnya mengumumkan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Keputusan tersebut diambil setelah pertemuan Presiden FIFA, Gianni Infantino, dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir di Doha, Qatar pada hari Rabu, 29 Maret 2023. FIFA menyatakan pembatalan ini berdasarkan situasi di Indonesia saat ini. (fifa.com, 23-03-2023)
Untuk diketahui, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 di tahun 2019 untuk perhelatan di tahun 2021. Namun, pandemi telah membuat FIFA mengundurkan jadwalnya hingga tahun 2023. Di luar kekisruhan dunia persepakbolaan Indonesia dan drama tak kunjung usai dari para petinggi PSSI, Piala Dunia U-20 ini diharap menjadi titik penting dalam sejarah sepak bola Indonesia. Selain itu, pemerintah juga berharap terjadinya hujan dolar melalui sektor pariwisata dan ekonomi sebagaimana Qatar pada Piala Dunia 2022 lalu. Oleh karena itu, rencana perhelatan ini mendapat dukungan penuh pemerintah.
Sementara itu dalam sejarah persepakbolaan Piala Dunia U-20, Israel belum pernah sekalipun ikut serta. Pada turnamen kali ini, Israel lolos kualifikasi zona Eropa walaupun jelas-jelas bukan bagian negara-negara Eropa. Lolosnya Israel ini tentu di luar prediksi Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023. Indonesia memiliki kebijakan politik luar negeri yang mendukung kemerdekaan setiap negara dan menolak penjajahan, sedangkan Israel hingga kini menjajah Palestina.
Di titik inilah polemik berawal. Penolakan atas Timnas Israel datang dari berbagai kalangan mulai tokoh agama, pejabat negara, partai politik, ormas sampai kepala daerah dari provinsi yang mayoritas penduduknya nonmuslim. Penolakan ini tentu menjadi pertimbangan FIFA. Aksi tolak dan dukung ini sempat berlangsung berhari-hari hingga presiden turun tangan. Dalam pidatonya, presiden meminta rakyat untuk tidak mencampuradukkan urusan olahraga, politik, dan agama. Di sini ada kesan memaksa agar FIFA tetap melangsungkan turnamennya di Indonesia, tetapi usaha pemerintah melalui PSSI harus pupus.
Selamanya Israel Adalah Penjajah
Aksi penolakan keikutsertaan sebuah Timnas bukan hanya sekali ini terjadi. Pada ajang Piala Dunia 2022 lalu, FIFA mencoret Rusia sebagai salah satu kontestan yang melaju ke Qatar sebab menginvasi Ukraina. Demikian pula pada tahun 1992, FIFA pernah membatalkan keikutsertaan Yugoslavia dengan alasan kemanusiaan. Namun, untuk kasus ini rupanya FIFA menerapkan standar ganda.
FIFA menutup mata akan sejarah panjang hadirnya entitas Yahudi di bumi Palestina. Federasi sepak bola dunia itu tidak memandang Israel sebagai penjajah walau tidak terhitung lagi jumlah korban jiwa sejak malapetaka Nakbah tahun 1948 sampai hari ini. Kerakusan sistem kapitalisme telah membutakan mata hati mereka bahwa negara Yahudi itu juga membuldoser rumah-rumah penduduk Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Atas semua kebiadaban itu, dunia membisu.
Bila FIFA objektif, seharusnya Israel dicoret sejak masa pendaftaran. Negara penjajah itu wajib dikucilkan dari percaturan dunia, bukan diberi panggung untuk menunjukkan eksistensinya. Namun, rupanya Israel tidak dianggap mencaplok tanah Palestina meski kelakuan Israel lebih biadab dari Rusia. PBB dan lebih 100 negara di dunia mengakui Israel sebagai sebuah negara.
Atas pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 ini, dukungan datang dari beberapa tokoh sepak bola Arab. Salah satunya adalah dari Abu Trika, pengamat sepak bola Qatar. Abu Trika mencuit di akun Twitternya pada 29 Maret 2023, “Jika FIFA tidak tahu malu, berbuat saja sesukamu. Zionisme adalah wabah bagi dunia dan ia juga penjajah. Wajib bagi semua untuk mengucilkan dan memboikotnya.”
Fakta bahwa Israel penjajah tidak bisa dinafikan. Kebiadaban yang dilakukan Israel atas muslim Palestina tidak bisa digantikan dengan keuntungan materi yang bakal diraih. Oleh karena itu, tidak cukup menolak kehadiran Timnas Israel, sedangkan Palestina nun jauh di sana tetap terjajah.
Palestina Masih Butuh Solusi Hakiki
Persoalan Palestina adalah persoalan seluruh muslim di dunia. Upaya menyelesaikannya tidak cukup dengan mengecam, melakukan demonstrasi, atau aksi solidaritas dengan mengirim logistik. Solusi dua negara sebagaimana ditawarkan oleh dunia pun mustahil dilakukan. Israel pasti tidak akan mau berbagi wilayah dengan Palestina. Demikian pula Palestina tidak akan menyerahkan wilayah yang tersisa kepada Israel.
Tidak pula solusinya dengan menormalisasi hubungan dengan Israel sebagaimana dilakukan Yordania, Mesir, UEA, Sudan, dan Maroko. Sebaliknya, menormalisasi hubungan dengan Israel merupakan pengkhianatan kepada muslim Palestina dan dunia. Lebih dari itu merupakan pengkhianatan atas syahadat sebagai muslim. Israel tidak akan pernah sekalipun bersikap manusiawi kepada Palestina. Hal yang demikian ini telah tersurat di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke-120.
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Dan tidak akan pernah rela orang-orang Yahudi dan Nasrani kepadamu (Muhammad) hingga kamu mengikuti agama mereka.”
Firman Allah Swt. tentang permusuhan abadi orang kafir terdapat di surah An-Nisa ayat ke-101.
انَّ ٱلۡكَٰفِرِينَ كَانُواْ لَكُمۡ عَدُوًّا مُّبِينًا
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu merupakan musuh nyata bagimu.”
Dari dua ayat di atas, semakin jelas bahwa umat Islam tidak boleh berdamai dengan Israel.
Satu-satunya solusi hakiki adalah mengusir Israel dari bumi Palestina, sebab tanah Palestina adalah tanah kaum muslimin. Palestina pada tahun 634 M dibebaskan dari Romawi melalui perang Ajnadain di masa pemerintahan Umar bin Khattab. Bila saat ini Palestina dikuasai Yahudi Israel maka umat Islam harus merebutnya dengan jalan perang atau jihad fi sabilillah sebagaimana diperintahkan Allah Swt. di surah At-Taubah ayat ke-14.
*قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ*
“Perangilah mereka, pasti Allah akan menghancurkan mereka melalui tangan-tangan kalian, menghinakan mereka, dan Allah akan menolong kalian atas mereka juga melegakan hati kaum mukmin.”
Solusinya sangat jelas, tetapi mustahil dilakukan saat ini karena terpecahnya negeri-negeri Islam ke dalam ratusan negara bangsa. Di antara ratusan negeri muslim itu tidak ada satu pun yang mendasarkan ideologi negaranya kepada Islam. Tidak ada pula yang menjadikan syariat Islam sebagai sistem perundang-undangannya. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mendakwah Islam kaffah secara masif. Hanya dengan cara ini umat Islam mampu berpikir komprehensif tentang kecemerlangan ideologi Islam dan masa depan kaum muslimin. Umat suka rela memegang teguh akidah Islam dan membuang sekularisme yang selama ini tanpa sadar dianutnya.
Terakhir adalah dengan mewujudkan kekuasaan Islam melalui Khilafah sebagaimana minhaj Rasulullah saw. Institusi Islam inilah yang kelak akan membebaskan Palestina. Khalifah yang akan memimpin jihad ke bumi Syam dan mengusir Yahudi Israel.
Khatimah
Kebenaran itu akan selalu menemukan jalannya. Akan tetapi khusus konflik Israel dan Palestina, satu-satunya jalan yang harus diperjuangkan adalah dengan jihad fi sabilillah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]