"Sistem sekularisme kapitalisme ini telah gagal dalam mendidik generasi. Kurikulum pendidikan berbasis sekuler nyatanya gagal dalam menciptakan generasi cerdas dan berkualitas di semua sisi. Padahal, untuk menciptakan masa depan emas, dibutuhkan generasi yang cerdas pemikirannya dan mulia akhlaknya. Sangat mustahil generasi seperti ini lahir dalam sistem sekularisme kapitalisme."
Oleh. Mutiara
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Dakwah)
NarasiPost.Com-Masa depan suatu peradaban dapat tergambarkan dari generasi mudanya. Kenapa ? Karena yang akan memimpin peradaban ke depannya adalah anak-anak muda yang dididik hari ini. Jadi, untuk melihat bagaimana peradaban ini akan dibawa, bisa dilihat dari bagaimana generasi muda saat ini. Namun, mirisnya kekerasan saat ini seakan akrab sekali dengan generasi muda. Pasalnya, jumlah kekerasan yang dilakukan generasi muda termasuk pelajar semakin hari semakin meningkat jumlahnya.
Beberapa saat terakhir berderet kasus kekerasan yang dilakukan pemuda, seperti yang terjadi di Purworejo yaitu sarung yang sudah dimodifikasi menjadi senjata untuk digunakan perang antargeng. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kapolsek Purworejo, AKP Bruyi Rahman, menyebutkan bahwa kebanyakan dari anggota geng-geng tersebut adalah anak-anak (Kompas.com,25/03/2023).
Kasus yang sama juga terjadi di Sukabumi dan Jakarta Selatan, hingga kasus ini membuat resah masyarakat karena jumlah mereka juga tidak sedikit. Lebih mengerikannya lagi, di Sukabumi 3 ABG membacok siswa SMP hingga tewas sambil live IG (Instagram) (detik.news.com, 24/03/2023).
Diketahui kejadian pembacokan tersebut sengaja ditayangkan secara live, tersebab pelaku tidak terima korban menuduh ketiga pelaku melakukan vandalisme di gedung sekolahnya. Kejadian pembunuhan juga terjadi di Yogyakarta, dan lebih mirisnya adalah kasus pembunuhan ini diikuti dengan mutilasi (cnnindonesia.com, 23/03/2023).
Sederet kasus kekerasan tersebut seharusnya dapat menjadi gambaran bahwa generasi muda saat ini semakin terjerat dengan kekerasan dan jumlahnya semakin banyak dan beragam. Generasi semakin ke sini semakin kehilangan jati dirinya, apalagi Indonesia merupakan negeri mayoritas muslim yang seharusnya menjadikan Islam sebagai identitas diri pemudanya. Kasus kekerasan pada lingkup pemuda yang tak kunjung usai dan sudah sering kali terulang ini, bukan suatu masalah yang dapat diselesaikan secara pragmatis yang cukup dihukumi dengan penjara, tetapi butuh sistem yang dapat menjaga pemuda dan memastikan bahwa kasus serupa tidak akan terjadi lagi. Sebab, bila ditelisik lebih jauh, generasi hari ini tumbuh dengan pandangan hidup sekularisme yang memisahkan antara aturan kehidupan dan agama. Agama dipandang sempit hanya mengatur masalah ibadah saja, tetapi tidak dengan masalah sosial, pergaulan, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.
Pandangan hidup sekularisme menjadikan pemuda mengutaman ego serta hawa nafsu dalam menyelesaikan masalah, sebab jauhnya mereka dari iman yang dapat membentengi diri mereka dari perbuatan maksiat. Belum lagi mereka terjebak pada lingkaran hidup materialistik kapitalistik hingga mereka disibukkan dengan mengejar eksistensi duniawi dengan membuat konten viral walaupun berisikan kekerasan. Selain itu, tidak sedikit juga kasus kekerasan dilakukan karena masalah ekonomi. Susahnya mendapat pekerjaan dan tuntutan hidup membuat mereka terpaksa membuang rasa kemanusiaannya dan terjebak dalam kubangan kriminal. Maka dapat dilihat bahwa masalah ini juga terkait satu sama lain dan tidak cukup dengan menyelesaikan salah satunya, sebab akar masalahnya terdapat pada sistem hidup yang digunakan.
Sistem sekularisme kapitalisme ini telah gagal dalam mendidik generasi. Kurikulum pendidikan berbasis sekuler nyatanya gagal dalam menciptakan generasi cerdas dan berkualitas di semua sisi. Padahal, untuk menciptakan masa depan emas, dibutuhkan generasi yang cerdas pemikirannya dan mulia akhlaknya. Sangat mustahil generasi seperti ini lahir dalam sistem sekularisme kapitalisme. Telah terbukti bahwa semakin jauhnya generasi dari agama (Islam), maka semakin terjebak dalam kemaksiatan. Semakin tinggi nilai sekuler liberal yang dijunjung, maka semakin terjebak dalam kubangan kriminal. Untuk itu sistem hidup sangat berperan besar dalam membentuk generasi.
Sistem Islam dapat mewujudkan generasi emas yang cerdas dan berkualitas dengan akhlak mulia. Islam memiliki tiga pilar penting dalam membentuk generasi. Pilar pertama adalah ketakwaan individu yang diperoleh dari pendidikan keluarga. Keluarga menjadi sekolah pertama dan wajib mendidik anak-anaknya dengan akidah Islam sehingga akan membentuk ketakwaan yang akan menjadi perisai seseorang dalam berbuat maksiat.
Pilar kedua adalah kontrol masyarakat dengan amar makruf nahi munkar (dakwah). Islam mewajibkan dakwah bagi setiap muslim. Adanya kontrol masyarakat melalui dakwah, saling menasihati dan mencegah dari perbuatan mungkar tidak akan memberi kesempatan bagi kemaksiatan tumbuh subur. Dengan begitu, fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan dengan baik.
Pilar ketiga adalah adanya negara yang menerapkan Islam secara kaffah, menjadikan Islam sebagai asas dalam setiap aspek kehidupan. Negara akan menjalankan pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Negara akan memproteksi generasi dari segala bentuk gaya hidup dan tontonan yang dapat merusak keimanan dan ketaatan, seperti memblokir segala situs porno dan konten kekerasan, melarang produksi film yang mengumbar aurat dan konten negatif lainnya, juga akan memberantas peradaran miras dan memberantas industrinya. Negara juga akan memastikan kebutuhan pokok seluruh rakyat terpenuhi sehingga tidak menjadikan mereka terjerumus dalam tindak kriminal demi memenuhi kebutuhan pokok.
Ketiga pilar ini hanya dapat berfungsi optimal jika Islam diterapkan secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan oleh negara. Secara historis, negara Islam telah terbukti menciptakan generasi cerdas dan berkualitas dengan akhlak mulia seperti lahirnya ilmuwan seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ar-Razi, dan lain-lain yang tidak hanya seorang ilmuwan cerdas tetapi juga merupakan seorang ulama yang fakih fiddin. Dengan Islam sebagai sistem yang mengatur kehidupan inilah genarasi akan terjaga dari setiap tindak kejahatan. Wallahu a'lam bishawab[].