Polarisasi sikap adalah sebuah bukti bagaimana masyarakat dunia menempatkan Islam dan umatnya. Abainya dunia terhadap persoalam Palestina atau konflik berkepanjangan yang dialami negeri muslim yang lain menunjukkan tidak ada perisai yang melindungi umat hari ini. Umat Islam menjadi objek penderita dari penerapan sistem kehidupan yang sekuler.
Oleh. Ummu Hanan
(Aktivis Muslimah)
NarasiPost.Com-Palestina masih saja terusik. Dentuman rudal dan desingan peluru membahana di wilayah Palestina di tengah warga yang menjalankan ibadah puasa. Telah terjadi peningkatan serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina berupa pembunuhan, penyiksaan, penangkapan dan adanya kebolehan bagi pemukim Israel untuk melakukan kejahatan (wartaekonomi.co.id, 07/04/2022).
Serangan yang dilakukan Israel juga tak luput menyasar salah satu dari masjid yang dimuliakan oleh umat Islam, yakni Masjid Al-Aqsa. Dalam salah satu kesempatan, Perdana Menteri Palestina, Mohammed Ishtay, mengajak masyarakat dunia agar menekan Israel untuk menghentikan serangan militer ke Palestina. Pada kondisi sebaliknya, perhatian dunia tampak begitu besar pada rangkaian serangan yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina.
Masyarakat terlihat begitu sigap dalam menggalang bantuan kemanusiaan bagi rakyat Ukraina dan mengutuk keras aksi penyerangan yang dilakukan oleh Rusia. Termasuk tragedi pembantaian yang terjadi kota Bucha akibat invasi Rusia beberapa waktu lalu dikecam banyak pihak karena merupakan sebuah kejahatan kemanusiaan.
Namun, ketika kebrutalan terjadi di wilayah Palestina dan menyerang masyarakat sipil setempat hingga menewaskan ribuan nyawa seolah menjadi berita biasa. Kebiadaban yang dilakukan oleh Israel tidak pernah dikutuk sebagai kejahatan kemanusiaan. Perbedaan sikap dunia internasional terhadap penderitaan umat Islam tentu bukan sebuah fakta yang mengejutkan.
Meski dunia internasional melalui lembaga PBB senantiasa lantang berteriak tentang pentingnya penjagaan atas hak asasi manusia (HAM), namun itu tak pernah ditujukan untuk membela nestapa umat Islam. Kebijakan serta resolusi yang dibuat lembaga ini hanya berpihak pada kepentingan negara-negara imperialis yang menjadi pengusungnya, seperti Amerika Serikat (AS) dan Israel sebagai penyokong. Keberadaan perwakilan negeri muslim di dalam kancah internasional seperti PBB juga hampir tidak memberi pengaruh sama sekali, kecuali sebatas retorika saja.
Polarisasi sikap adalah sebuah bukti bagaimana masyarakat dunia menempatkan Islam dan umatnya. Abainya dunia terhadap persoalam Palestina atau konflik berkepanjangan yang dialami negeri muslim yang lain menunjukkan tidak ada perisai yang melindungi umat hari ini. Umat Islam menjadi objek penderita dari penerapan sistem kehidupan yang sekuler. Islam tidak didudukkan sebagai ajaran yang agung, sehingga umatnya tidak terjaga kemuliaannya. Darah umat begitu mudah tertumpah, kehormatan diri mereka tercabik dan ajaran Islam dilecehkan. Ironisnya, para pemimpin negeri muslim hanya bisa terdiam mengikuti apa yang menjadi titah tuan mereka, yakni AS dan sekutunya.
Para pemimpin muslim telah menjual akidah mereka dengan harga yang murah hanya demi sekerat dunia yang tidak seberapa. Rasulullah saw telah menjelaskan kepada kita urgensitas keberadaan seorang imam atau khalifah. Dalam salah satu hadis, beliau saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)*
Keberadaan seorang pemimpin atas kaum muslim sangatlah dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan hidup dan akidah umat. Hari ini kita lihat tidak ada satu kekuatan yang mampu melindungi umat Islam dari serangan musuh-musuh Islam terlebih dari gelombang islamofobia. Kejahatan Israel maupun pihak lain yang telah menjajah umat dan melucuti kemuliaan diri mereka hanya mungkin dibungkam dengan kekuatan sepadan , yakni militer negara.
Umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang satu atas seluruh kaum muslimin, melalui kepemimpinan yang lahir dari akidah Islam yang kokoh tentu akan menjaga penerapan syariat Islam dan pengembannya dari segala bentuk rongrongan musuh. Rasulullah saw dalam hadisnya juga bersabda yang artinya, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya. ” *(HR. Al Bukhari)*
Sistem demokrasi sekuler telah menjadikan pemimpin muslim abai terhadap apa yang menjadi tanggung jawab besar mereka. Umat Islam dibiarkan berkubang dalam nestapa, terjajah secara fisik maupun pemikiran sekuler yang jauh dari Islam.
Dunia bermuka dua terhadap kondisi umat Islam adalah sebuah kewajaran. Dunia hari ini tegak di atas asas kapitalisme sekuler yang sengaja menjauhkan penerapan agama di tengah kehidupan. Syariat Islam dipandang sebagai batu sandungan bagi langgengnya praktik para kapitalis global yang telah menciptakan kezaliman dan penindasan. Tidak ada alasan bagi kita sebagai bagian dari umat yang mulia ini untuk terus mempertahankan kepemimpinan sekuleristik yang membuka peluang penindasan. Saatnya umat ini bangkit dan menyongsong tegaknya sistem Islam yang penuh barokah.[]