Totalitas Perjuangan:Menyentuh Esensi, Menawarkan Solusi Hakiki

"Pastinya tidak ada perjuangan yang sia-sia. Bergeraknya pemuda dan mahasiswa atas kezaliman yang ada menjadi tekanan tersendiri bagi penguasa. Namun, sangat disayangkan jika solusi yang ditawarkan tidak menyentuh akar permasalahan."

Oleh. drh. Lailatus Sa’diyah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

Siapa yang tidak kenal lagu itu? Selalu tersiar pada setiap aksi mahasiswa. Menggugah sanubari, membakar emosi akan perjuangan untuk negeri.

Kezaliman bertubi-tubi yang dipertontonkan rezim kiranya telah mengusik hati nurani. Menanggapi hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi demonstrasi di Istana Negara Jakarta, pada Senin 11 April 2022 untuk menyampaikan sejumlah aspirasi kepada Presiden Jokowi. Faktanya, ini bukanlah aksi yang pertama. Sebelumnya sudah ada rangkaian aksi demonstrasi serupa.

Menurut Koordinator BEM SI 2022, Luthfi Yufrizal yang dirilis oleh media online PikiranRakyat.com (10/04/2022) ada enam tuntutan dalam aksi kali ini. Pertama, mahasiswa mendesak Presiden Jokowi agar memberi pernyataan terbuka kepada publik, bahwa presiden harus dengan tegas menolak menunda Pemilu 2024 dan menolak perpanjangan masa jabatan presiden karena telah menyalahi konstitusi negara.

Kedua, mahasiswa meminta presiden agar menunda dan mengkaji ulang UU IKN. Ketiga, mahasiswa mendesak dan menuntut pemerintah untuk menstabilkan harga dan menjaga ketersediaan bahan pokok di tengah-tengah masyarakat serta menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan lainnya.

Keempat, mahasiswa meminta Presiden Jokowi untuk mengusut secara tuntas para mafia minyak goreng dan mengevaluasi kinerja menteri yang bersangkutan. Kelima, mahasiswa mendesak dan menuntut Jokowi agar menyelesaikan konflik agraria yang terjadi di Indonesia. Keenam, mahasiswa mendesak Jokowi-Ma'ruf Amin agar berkomitmen penuh dalam menuntaskan janji-janji kampanye di sisa masa kepemimpinannya.

Inilah enam tuntutan mahasiswa dalam aksi demonstrasi. Kiranya keenam tuntutan ini adalah cerminan bagaimana pemuda dan mahasiswa saat ini sudah terkikis kepercayaannya kepada rezim berkuasa. Tak peduli tekanan rezim yang tak manusiawi. Tak peduli berbagai tindakan provokatif yang semakin menjadi.

Dengan semangat yang bergejolak, mahasiswa terus melangkah untuk menyampaikan aspirasi. Atas nama rakyat mereka turun ke jalan dengan berbagai argumentasi. Mungkinkah kali ini mahasiswa berhasil mengubah kondisi?

Sejarah Terus Berulang

Catatan sejarah menunjukkan, bahwa pergerakan pemuda dan mahasiswalah yang menjadi motor lahirnya suatu perubahan di Indonesia. Mulai dari pergerakan Budi Utomo 1908, peristiwa Sumpah Pemuda 1928, Gerakan Mahasiswa Angkatan ’66 yang kemudian menjadi cikal bakal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, mahasiswa menggugat 1974, Peristiwa Malari, Lahirnya Forum Komunikasi Yogyakarta pada 1990 yang menuntut pencabutan NKK/BKK oleh rezim Suharto yang dinilai mengebiri pergerakan mahasiswa, Gerakan Reformasi yang berujung pada lengsernya rezim Orde Baru, kemudian tahun 2008 ada aksi menuntut Tujuh Gugatan Rakyat dan hingga saat ini gerakan pemuda dan mahasiswa terus menjadi inisiator melawan kebijakan rezim yang dinilai menyengsarakan rakyat.

Tak sedikit dari aktivis pemuda dan mahasiswa di masa lalu bak singa penggertak rezim berkuasa, kini menikmati ‘empuknya’ tahta singgasana dan malah menutup mata akan setiap kesengsaraan rakyat yang ada. Tidak sedikit pula aktivis yang senantiasa berkukuh dengan idealismenya, justru dibinasakan oleh rezim berkuasa. Mereka sengaja dihilangkan dari peradaban dan kasusnya tak pernah terselesaikan. Tidak heran jika pada akhirnya akan banyak pejabat yang dulunya aktivis pergerakan justru memilih menjadi penggawa rezim saat ini demi kenikmatan duniawi.

Sejarah ini terus berulang, aktor kehidupan terus berganti. Akan lahir pemuda-pemuda kritis yang mau berjuang atas nama rakyat pada setiap zaman, akan ada rezim berkuasa yang semena-mena sekalipun berbeda kepemimpinan. Namun ada satu kondisi yang tidak akan pernah berubah, yaitu kesengsaraan rakyat yang kian menjadi.

Berbagai aksi demonstrasi dilakukan, berbagai tuntutan koreksi kebijakan, negosiasi bahkan audiensi pun dilontarkan, tak peduli represifnya rezim menjegal, namun mengapa kondisi rakyat tak bisa terlepas dari problematik yang ada?

Gagal Menentukan Arah Perubahan

Pemuda dan mahasiswa sebagai agent of change harusnya cerdas dalam menganalisis permasalahan negeri ini. Tidakkah ada yang terpikir, berulang rezim berganti, berulang pemimpin berganti, namun mengapa tidak ada perubahan hakiki?

Pastinya tidak ada perjuangan yang sia-sia. Bergeraknya pemuda dan mahasiswa atas kezaliman yang ada menjadi tekanan tersendiri bagi penguasa. Namun, sangat disayangkan jika solusi yang ditawarkan tidak menyentuh akar permasalahan.

Karut-marut kehidupan di negeri ini bukan sekadar kesalahan individu yang saat ini duduk sebagai rezim, namun berkenaan dengan sistem pemerintahan yang diadopsi pasca kemerdekaan negeri ini. Faktanya, tujuh kali pemimpin negeri berganti, namun tidak mampu menjadikan negeri ini lebih baik. Ini menunjukkan adanya kesalahan pada sistem yang diadopsi. Yaitu sistem pemerintahan yang berkiblat pada ideologi kapitalisme yang hanya berorientasi pada materi sebagai orientasi. Pemerintahan ala sekuler-demokrasi yang diterapkan telah menjadikan manusia layaknya Tuhan yang berhak membuat aturan sesuai kepentingannya berbekal keterbatasan pemikirannya sebagai makhluk. Akibatnya, aturan yang diciptakan tidak mampu mengakomodasi seluruh kepentingan masyarakat dan justru menambah pelik masalah kehidupan bernegara.

Sudah seharusnya pergerakan pemuda dan mahasiswa paham akan apa yang menjadi akar masalah di negeri ini. Agar mampu menghadirkan solusi hakiki dan tidak terjebak arus pragmatisme.

Marilah kita lihat sejarah, ketika sosialisme telah runtuh dan tidak mampu menjadi mercusuar dunia, dan penerapan kapitalisme pun telah terbukti tidak mampu menjadikan negeri ini lebih baik bahkan diambang kehancuran, lalu mengapa kita yang notabene negeri mayoritas muslim tidak mau mengambil Islam sebagai satu-satunya solusi alternatif penentu arah perubahan? Di mana faktanya pemerintahan Islam di bawah naungan Khilafah telah membuktikan mampu memimpin dunia dan memberikan kesejahteraan masyarakatnya selama 13 abad. Tidak hanya kepada masyarakat muslim, namun kesejahteraan itu juga diwujudkan kepada nonmuslim yang mau diatur oleh pemerintahan Islam.

Solusi Hakiki

Pergerakan pemuda dan mahasiswa dengan berjuta potensi namun tanpa solusi hakiki akan dihadapkan pada kondisi pembajakan potensi dan ini harus diwaspadai. Maka dari itu tidak ada pilihan lain, sudah seharusnya mengambil jalan perubahan sistem untuk menyelesaikan berbagai masalah di negeri ini.

Islam sebagai agama yang fundamental, penerapannya secara kaffah sangat relevan dengan berbagai masalah kehidupan bernegara. Di samping itu, keberadaan sistem pemerintahan Islam bagi seorang muslim adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 19 : “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. Inilah tuntutan keimanan bagi umat muslim untuk senantiasa mengimani dan merealisasikan aturan Allah dalam setiap sendi kehidupan.

Guna mengoptimalkan peran pemuda dan mahasiswa sebagai agent of change dan kontrol sosial, maka sudah seharusnya pemuda dan mahasiswa memiliki pemahaman politik yang sahih. Yaitu politik Islam yang menekankan fungsi negara sebagai pelayan urusan rakyat. Berupaya untuk memahami syariat Islam secara kaffah, yang bersumber dari wahyu-Nya dan sunah Rasulullah serta meneladani Rasulullah dalam menerapkan politik Islam pada kehidupan bernegara.

Perjuangan mengubah sistem bukanlah hal mudah. Butuh dorongan keimanan serta senantiasa berada di antara para pejuang yang memiliki tujuan yang sama. Dengan demikian seberat apa pun rintangan mengadang akan lebih mudah untuk dilalui.

Inilah perubahan yang seharusnya diaruskan di tengah-tengah perjuangan pemuda dan mahasiswa, bukan sekadar perubahan pemimpin atau sekadar perubahan rezim saja. Namun, perubahan sistem secara menyeluruh yaitu dengan diterapkan aturan Islam di bawah naungan Khilafah.

Wallahu’alam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
drh. Lailatus Sa'diyah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Mengetuk Pintu Langit
Next
Yaman Berdarah-darah dalam Pusaran Proxy War
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram