"Keinginan untuk bisa cepat kaya tanpa kerja keras sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari sistem rusak yang sudah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat. Sistem yang hanya mengejar materi dunia tanpa memakai aturan agama."
Oleh. Atien
NarasiPost.Com-Tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.
Peribahasa di atas ternyata tidak berlaku bagi orang-orang yang biasa hidup dari belas kasihan orang lain. Bagi mereka para pengemis tidak ada yang salah saat tangan selalu ada di bawah, karena dengan seperti itu lembaran-lembaran rupiah bisa didapat dengan mudah.
Kemudahan itulah yang membuat para pengemis tidak jera untuk terus melakukan pekerjaannya sebagai peminta-minta meskipun harus bolak-balik terkena razia. Salah satu pengemis yang menjadi langganan operasi razia petugas Satpol PP adalah Legiman.
Legiman mengatakan bahwa dalam sehari dia bisa memperoleh uang sebanyak Rp350 ribu dari hasil mengemis. Legiman, pengemis asal Pati, Jawa tengah yang sempat membuat heboh dengan pengakuannya sebagai miliarder pada 2019 lalu, kembali ditertibkan oleh petugas dalam razia gelandangan, pengemis, dan anak jalanan yang digelar oleh Satpol PP Pati. Kepala Satpol PP Pati, Sugiono, menyampaikan bahwa Legiman memang sudah beberapa kali terjaring razia, baik di Pati maupun di Kudus. Sugiono juga menambahkan bahwa pihak Satpol PP pernah mengadakan penelusuran tentang informasi bahwa Legiman merupakan pengemis miliarder. Hal itu dijelaskan oleh Sugiono kepada wartawan. (2/4/2022, Detik.com)
Dengan penghasilan Rp350 ribu sehari hanya dengan mengemis, tentu saja membuat Legiman enggan untuk meninggalkan profesinya. Legiman mungkin sudah merasa nyaman dengan pekerjaannya yang tidak begitu menguras tenaga. Hanya dengan memasang wajah memelas dan sembari menengadahkan tangan, uang pasti segera datang.
Penghasilan yang cukup fantatis hanya dengan mengemis membuat banyak orang tertarik untuk ikut berprofesi seperti Legiman. Siapa tahu mereka bisa viral seperti Legiman yang menjadi miliarder dadakan. Lagipula profesi pengemis tidak sulit. Hanya butuh mental kuat dengan membuang urat malu saat meminta-minta. Maka, tidak heran banyak pengemis merajalela padahal mereka masih muda dan kuat untuk bekerja.
Siapa pun pasti ingin hidupnya berkecukupan baik sandang, pangan maupun papan. Namun apa daya, situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Bisa makan untuk hari ini saja itu sudah untung, itu pendapat sebagaian orang. Apalagi jika tinggal di kota besar, biaya kebutuhan hidup begitu tinggi sedangkan penghasilan pas-pasan. Maka, ketika ada pekerjaan mudah namun bertabur rupiah, maka pekerjaan itu akan dilakukan. Tidak masalah jika harus meminta-minta yang penting bisa cepat kaya. Keinginan untuk bisa cepat kaya tanpa kerja keras sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari sistem rusak yang sudah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat. Sistem yang hanya mengejar materi dunia tanpa memakai aturan agama. Sistem yang tidak menggunakan tolak ukur halal dan haram di setiap amal perbuatan.
Tolak ukur perbuatan di sistem rusak ini adalah kepuasan dan kebahagiaan dunia semata. Mereka tidak memikirkan benar atau salah yang penting memiliki harta yang melimpah. Itulah sistem rusak kapitalisme liberal yang menjauhkan umat dari aturan agamanya. Dalam sistem ini sudah tidak ada rasa malu karena hasrat ingin kaya raya begitu menggebu.
Maka, jangan heran jika bermunculan pengemis-pengemis miliarder yang tidak minder dengan profesinya. Bahkan tanpa rasa malu, banyak pengemis yang memamerkan kekayaannya dari hasil meminta belas kasihan di media sosial sebagai sebuah prestasi dan kebanggaan.
Begitulah karakter manusia dalam sistem yang kufur. Kondisi akan berbeda jika negara menerapkan Islam. Islam justru melarang untuk menjadi pengemis atau peminta-minta. Rasul saw bersabda yang artinya: "Barang siapa yang meminta-minta padahal ia tidak fakir maka seakan-akan ia memakan bara api." (HR. Ahmad)
Hadis di atas menjelaskan agar kita tidak meminta-minta saat dalam keadaan mampu. Jika hal itu dilakukan, maka sama saja kita sedang memakan bara api. Dalam hadis yang lain, Rasul saw bersabda yang artinya: "Jika seseorang meminta-minta (mengemis) kepada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya." (HR. Bukhari)
Hadis tersebut menggambarkan betapa mengerikannya keadaan wajah para pengemis di hari kiamat kelak. Naudzubillah.
Islam telah memerintahkan agar manusia tidak menggantungkan kebutuhan kepada sesama manusia. Islam juga menganjurkan agar manusia bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt yang artinya: "Dan katakanlah, " Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang- orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan." (TQS. At- Taubah [9]: 105)
Oleh karena itu, sudah seharusnya kaum muslim untuk menjalankan apa yang telah disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebab hanya dengan bekerja keras dan dengan cara yang halal menjadikan kehidupan menjadi penuh berkah. Selain dari itu, negara yang menerapkan Islam juga berperan dalam memberikan jalan keluar bagi permasalahan rakyatnya. Hal itu telah Rasul saw lakukan saat ada seorang laki-laki Anshar yang datang mengemis kepada Rasul Saw.
Abu Dawud menarasikan sebuah hadis dari Anas bin Malik yang mengisahkan: Seorang laki-laki Anshar datang mengemis kepada Rasulullah saw, lalu Rasulullah bertanya, "Apakah kamu tidak memiliki sesuatu pun di rumahmu?" Laki-laki Anshar itu menjawab, "Ya, kami hanya punya sepasang pakaian, sepotong yang saya pakai ini, sepotong lagi sedang saya jemur, dan mangkuk kayu untuk minum air."
Rasulullah bersabda, "Berikan barang-barang itu kepadaku." Laki-laki itu kemudian memberikannya kepada Rasulullah dan Rasulullah bersabda, "Siapa yang mau membeli barang-barang ini?" Seorang laki-laki menjawab, "Saya mau membelinya seharga satu dirham!" Rasulullah menawarkan lagi, dua sampai tiga kali, "Siapa yang mau menawar lebih dari satu dirham?"
Seorang laki-laki menjawab, "Saya mau membelinya dua dirham." Rasulullah memberikan barang-barang itu kepada penawar terakhir dan mengambil uang dua dirham darinya, kemudian memberikannya kepada laki-laki Anshar seraya bersabda, "Belilah makanan dengan uang satu dirham ini, lalu berikanlah kepada keluargamu, sedangkan yang satu dirham lagi belikanlah sebuah kapak dan berikanlah kepadaku."
Sahabat Anshar itu pun memberikannya kepada Rasulullah. Rasulullah menerimanya dan bersabda, "Pergilah! Kumpulkan kayu bakar lalu juallah dan jangan sampai aku melihatmu sampai dua minggu yang akan datang!" Laki-laki Anshar itu pergi untuk mengumpulkan kayu bakar dan menjualnya. Setelah satu minggu, ia datang kembali menghadap Rasulullah dengan membeli pakaian, makanan, dan keperluan yang lain.
Rasulullah bersabda, "Ini lebih baik bagimu daripada harus mengemis karena itu akan menjadi noda di wajahmu pada hari pembalasan nanti."
(Sumber: Republika.co.id)
Begitulah sosok pemimpin di dalam Islam. Pemimpin yang senantiasa hadir saat rakyatnya dalam kesulitan. Sosok pemimpin seperti itu hanya akan ditemui bila sudah ada institusi yang menerapkan aturan Islam secara kaffah. Dengan Islam kaffah kehidupan umat manusia menjadi sejahtera. Tidak akan ada lagi pengemis yang mencari nafkah dengan tangan menengadah. Semua orang akan bekerja dengan cara yang halal agar bisa menuai berkah.
Wallahu a'lam bish shawwab.[]