"Menyoroti budaya klenik yang lagi marak, seharusnya negara sangat berperan penting menjaga akidah umat agar tetap lurus bukan dibenturkan dengan kearifan lokal. Sangat menyedihkan hidup dalam sistem sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan. Semoga Allah tidak murka. Maka, sudah seharusnya sebagai masyarakat beserta pimpinan negara segara bertaubat dan menerapkan aturan Islam."
Oleh. Reni Adelina
(Pegiat Literasi)
NarasiPost.Com-Menyoroti euforia perhelatan ajang bergengsi dunia MotoGP 2022 di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ajang ini digelar pada 18-20 Maret 2022 yang lalu, dan diikuti berbagai negara dari seluruh dunia. MotoGP Mandalika kali ini merupakan seri kedua MotoGP 2022 setelah 4-6 Maret yang lalu di Sirkuit Internasional Losail, Qatar.
Sudah tentu perhelatan internasional ini dipersiapkan secara matang dan tak tanggung-tanggung dana yang dialokasikan juga cukup fantastis. Dikutip dari laman Bisnis.com, secara keseluruhan MotoGP Mandalika menyedot dana APBN sebesar Rp2,48 triliun. Kerja sama pun dilakukan banyak pihak demi suksesnya acara ini. Salah satunya seperti Pemprov NTB yang melakukan pemetaan dengan mendistribusikan penjualan tiket ke dalam 10 klaster. Salah satunya ASN yang wajib membeli tiket MotoGP sebanyak 4.000 tiket.
Sungguh ajaib bukan? Kondisi ekonomi yang dikabarkan belum pulih, namun jor-joran untuk sebuah ajang di Mandalika. Lagi- lagi demi pemasukan negara, seharusnya yang utamakan adalah kebutuhan rakyat, mengingat harga kebutuhan pokok semakin hari semakin meningkat.
Di sisi lain, ada hal yang menggelitik di tengah perhelatan bergengsi ini. Salah satunya mendatangkan sosok pawang (dukun) hujan. Ya, kedatangan pawang (dukun) yang difasilitasi negara seolah-olah membawa masyarakat kembali ke zaman primitif. Bagaimana tidak? Hal konyol di era revolusi industri 4.0 seperti ini dipertontonkan di depan mata dunia dengan dalih kearifan lokal.
Sebagaimana kita ketahui bahwa revolusi industri 4.0 merupakan istilah cyber physical system yakni fenomena terjadinya kolaborasi antara teknologi siber dan teknologi otomatisasi.
Sikap Bijak sebagai Seorang Muslim
Sebagai umat Islam tentu hujan merupakan karunia dan rahmat dari Allah kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Nabi juga mengajarkan kepada umatnya agar berdoa saat turun hujan. Berharap kepada Allah Swt agar hujan yang turun baik dan bermanfaat. Ada juga yang salat istisqo untuk meminta hujan kepada Allah Swt, semuanya berpotensi terkabul bisa juga tidak, sebab Allah Swt., yang menghendakinya. Tapi yang jelas memintanya kepada Allah bukan kepada pawang hujan atau dukun yang bekerja sama dengan para jin. Jelas perbuatan tersebut adalah bentuk kesyirikan.
Begitu juga pada pertengahan Maret 2022 yang lalu. Terjadi budaya klenik yakni Ritual Kendi Nusantara yang digelar di titik nol proyek IKN. Sungguh miris, ketika praktik kesyirikan justru difasilitasi negara. Padahal Islam melarang keras mendatangi dukun karena itu sebuah bentuk kesyirikan. Banyak dalil yang bersumber dari Al Quran yang secara tegas mengharamkan menyekutukan Allah, karena ini termasuk ke dalam perbuatan dosa besar. Dalam Quran Surah An-Naml ayat 65), "Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah." Dalam Quran Surah An-Nisa' ayat 48, Allah juga mengecam dengan sangat tegas bahwa Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik).
Islam Hadir sebagai Solusi Kehidupan
Melihat budaya klenik seperti ini seolah-olah kita digiring ke era primitif yang minim akan pendidikan agama. Sangat disayangkan, budaya klenik atau ritual kesyirikan saat ini kerap kali dilakoni oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi dan kaum intelektual. Banyak Khalifah atau pemimpin negara yang hidup pada sistem Islam memberikan contoh yang baik dan bertanggung jawab terhadap urusan rakya, baik dari sisi kesejahteraan maupun akidah. Akidah umat terus dijaga agar senantiasa taat kepada Allah Swt. Salah satunya Khalifah Umar bin Abdul Aziz di masa jabatannya yang belum genap 3 tahun, beliau membuat sebuah kebijakan dengan menyediakan subsidi bagi orang miskin, memperbaiki dan membuat jalan raya, sumur, juga irigasi. Semua dana ini di atur dengan sebaik-baiknya tanpa mengorbankan hak rakyat. Luar biasanya masyarakat hidup sejahtera dan tak dijumpai satu orang pun yang berhak menerima zakat. Jelas sekali tampak kebahagiaan di masa itu, karena dipimpin oleh sosok Khalifah yang bertanggungjawab dan bertakwa kepada Allah Swt.
Begitu pun dengan kisah Amr bin Ash yang menghapus tradisi leluhur pada masyarakat yang tinggal di sekitaran sungai Nil. Masyarakat memercayai dengan memberikan tumbal seorang gadis cantik dan rupawan kepada sungai Nil, maka air yang mengalir akan semakin deras. Amr bin Ash di
bawah kepempimpinan Amirul Mukminin Umar Bin Khathab bekerja sama untuk menghapus tradisi ini. Para pemimpin ini berdoa tiada henti kepada Allah, hanya meminta kepada Allah. Memohon kepada-Nya agar sungai Nil mengalir dengan deras, dengan izin Allah sungai Nil mengalir sedalam enam belas hasta. Masyarakat pun bergembira dan berhasil menghapus tradisi syirik dan pembunuhan yang keji.
Inilah indahnya hidup dalam naungan Islam. Melahirkan individu yang taat dan takwa kepada Allah, menjauhi kesyirikan dan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Menyoroti budaya klenik yang lagi marak, seharusnya negara sangat berperan penting menjaga akidah umat agar tetap lurus bukan dibenturkan dengan kearifan lokal. Sangat menyedihkan hidup dalam sistem sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan. Semoga Allah tidak murka. Maka, sudah seharusnya sebagai masyarakat beserta pimpinan negara segara bertaubat dan menerapkan aturan Islam.
Waalahua'alam.[]