Penyerangan Berulang oleh Israel di Bulan Ramadan, Dibiarkan atau Dihentikan?

Kurang lebih 2 miliar kaum muslimin yang tersebar di seluruh dunia tak mampu menghentikan agresi Israel ke wilayah Palestina. Umat besar ini tak berdaya menghadapi Israel yang sebenarnya tak memiliki wilayah. Ke mana tentara umat Islam yang terkenal hebat dan mumpuni itu saat Palestina dikoyak oleh Israel? Kenapa para penguasa negeri muslim tidak mengirimkan pasukan militernya untuk mengusir Israel?

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kesucian Ramadan kembali ternoda oleh serangan pasukan Israel. Seolah menjadi ritual Israel dalam beberapa tahun belakangan ini, yakni selalu mengusik kekhusyukan umat muslim dalam menjalankan ibadah puasa. Dan dunia, seperti biasa hanya melontarkan kecaman kosong tak bertaji.

Jumat (15/4/2022) lalu, Israel menyerang warga Palestina yang tengah menunaikan salat subuh di masjid Al-Aqsa. Sebanyak 230 orang terluka akibat terkena peluru baja berlapis karet, gas air mata, dan granat kejut yang ditembakkan oleh pasukan Israel di dalam masjid suci tersebut. (republika.co.id, 17/4/2022)

Serangan Israel yang terjadi di bulan Ramadan bukan hanya sekali ini. Setidaknya sejak tahun 2017 Israel telah melakukan penyerangan di saat kaum muslimin tengah berpuasa. Israel memang sama sekali tak menghormati umat Islam. Bahkan menjelang hari raya Idulfitri, Israel tetap melakukan serangan pada rakyat Palestina.

Aksi kekerasan yang dilakukan Israel memang tanpa mengenal waktu, tempat dan sasaran. Semua menjadi korbannya. Siapa saja yang menentang akan diserangnya. Bumi para Nabi itu menyaksikan kepiluan mendalam akibat kekejaman di luar batas kemanusiaan. Sendirian, Palestina berjuang melawan pasukan kejam nan sadis.

Tak Mempan

Pandangan ideologis kaum Yahudi Israel terkait masjid Al-Aqsa menjadikan mereka merasa paling berhak atasnya. Israel meyakini bahwa masjid Al-Aqsa adalah tempat suci mereka sehingga harus dijaga dari siapa pun yang memasukinya. Ditambah kebencian dan keinginan mereka untuk menjajah kaum muslim semakin memberi alasan penjajahan dan penjarahan atas Palestina. Hal itulah yang mendorong Israel melakukan berbagai upaya untuk menguasai tanah Palestina. Ambisi menguasai seluruh wilayah Palestina tersebut tak bisa dibendung, sehingga aturan dan kesepakatan yang ada hanya dipandang sebelah mata oleh Israel.

Israel kian merasa di atas angin melihat reaksi dunia yang begitu-begitu saja. PBB yang menjadi perkumpulan seluruh bangsa di dunia seolah tak kuasa berbuat apa-apa. Para pemimpin dunia sekadar menyerukan kecaman dan rasa prihatin tanpa berusaha mencegah aksi brutal Israel. Apatah lagi para pemimpin negeri muslim yang hanya bisa membebek pada negara adidaya. Mereka semua meninggalkan Palestina terjajah oleh zionisme Israel.

Pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk membahas masalah Palestina-Israel hanyalah retorika tak bermakna, tak lain hanya demi mengukuhkan eksistensi entitas Israel. Segala macam resolusi menjadi pemanis bibir yang mengandung racun mematikan bagi Palestina. Dukungan untuk Palestina yang diucapkan di depan mata dunia hanya menjadi basa-basi semata. Palestina terus terluka dan terlupakan.

Solusi dua negara yang digembar-gemborkan sebagai jalan untuk mengakhiri konflik merupakan kesepakatan jahat yang mengkhianati rakyat Palestina. Mengakui keberadaan negara Israel sama artinya membenarkan penjarahan dan penjajahan yang dilakukan Israel. Menerima solusi dua negara hanya akan membawa Palestina semakin jatuh dalam kubangan hina agresor Israel.

Tak Berdaya

Sungguh menyedihkan melihat nasib umat Islam di Palestina. Dengan berbagai persenjataannya, Israel menggempur bumi Syam. Sementara itu, umat muslim di belahan dunia lainnya hanya bisa menyaksikan penderitaan Palestina sembari mengecam Israel.

Kurang lebih 2 miliar kaum muslimin yang tersebar di seluruh dunia tak mampu menghentikan agresi Israel ke wilayah Palestina. Umat besar ini tak berdaya menghadapi Israel yang sebenarnya tak memiliki wilayah. Ke mana tentara umat Islam yang terkenal hebat dan mumpuni itu saat Palestina dikoyak oleh Israel? Kenapa para penguasa negeri muslim tidak mengirimkan pasukan militernya untuk mengusir Israel? Apakah militer Mesir, Turki, Iran, Pakistan, dan juga Indonesia yang masuk dalam jajaran kekuatan militer teratas di dunia menurut GFP (Global Fire Power), tidak melihat kekejaman yang terjadi di bumi Palestina?

Sebagian umat Muhammad ini tak tinggal diam. Dengan semangat mereka berupaya meringankan penderitaan saudara di Palestina, meskipun akses ke sana juga terbatas. Bantuan obat-obatan, makanan, tenaga medis, dan bantuan materi lainnya bisa sedikit melegakan. Namun, itu hanya sementara, sama sekali tak menyelesaikan permasalahan dan penderitaan Palestina hingga tuntas.

Rakyat Palestina terus menjadi korban, sementara sang penjahat Israel dibiarkan bebas melenggang tanpa hukuman apa pun. Diserang, terluka, dibantu, sembuh sebentar, kemudian diserang kembali. Begitulah yang dialami Palestina sampai kini di bawah bayang-bayang sistem jahat sekuler kapitalisme Barat.

Zionisme Israel yang dilakukan dari dulu hingga sekarang adalah untuk menjadikan tanah Palestina milik mereka seutuhnya. Selama itu belum tercapai, maka Israel akan terus berusaha melancarkan upaya-upaya liciknya. Dukungan dari Amerika dan negara-negara Barat yang menguasai politik global telah mencengkeram tangan dan kaki negeri-negeri muslim dan para pemimpinnya. Karena itulah Israel seolah tak tersentuh sama sekali, meskipun kejahatannya pada Palestina begitu luar biasa. Siapa saja yang hendak menghentikan Israel, maka harus berhadapan dengan negara-negara besar tersebut. Itu sama artinya mencari masalah dengan penguasa dunia dan bersiap menanggung konsekuensi beratnya secara internasional.

Tak mengherankan bila masalah Palestina tak kunjung usai. Para penguasa negeri muslim bukannya membantu dan membela saudara Palestina, malah bermesraan dengan Israel, baik terang-terangan maupun rahasia. Kekuasaan kapitalisme sekuler telah menundukkan kepala mereka di bawah kaki dominasi Barat.

Pengkhianatan para penguasa negeri muslim dan dukungan kekuatan dari negara-negara besar seperti Amerika dan Inggris menjadi penyumbat solusi masalah Palestina selama ini. Alih-alih mengirimkan tentaranya membela Palestina, para penguasa muslim justru mengikuti arahan Barat. Pengkhianatan kejam mereka terlihat nyata dengan fakta adanya hubungan normalisasi dengan penjajah Israel di atas darah rakyat Palestina.

Jihad adalah Solusinya

Bahasa diplomatik, perjanjian, kesepakatan dan apa pun itu jelas tak berguna. Israel akan punya banyak dalih untuk melanggarnya. Tak mempan dengan cara-cara damai dan persuasif. Sebaliknya, itu hanya akan membuat Israel semakin menjadi-jadi.

Bahasa perang adalah satu-satunya bahasa yang pantas untuk Israel. Melawan pasukan Israel dengan kekuatan militer menjadi solusi untuk mengakhiri masalah Palestina. Sekaligus juga mengembalikan kehormatan umat terbaik ini pada tempatnya. Syekh Ahmad Yasin pernah mengatakan bahwa ada dua pilihan terkait Palestina, yakni menyerah atau melawan. Jika rakyat Palestina ingin hidup di bawah kendali Israel, maka pilihannya adalah menyerah. Bila menginginkan kemerdekaan sejati dan kemuliaan di kemudian hari, maka pilihannya adalah melawan. Perdamaian dengan Israel adalah bentuk kekalahan ‘banci’ yang hanya akan menghilangkan hak-hak rakyat Palestina.

Hal ini bisa menjadi pemantik bagi seluruh kaum muslimin, terutama para pemimpinnya untuk berhenti melakukan segala bentuk pembicaraan dengan Israel. Sebab, hal itu adalah sia-sia belaka. Israel tak akan pernah menepati janjinya. Dan itu telah terbukti selama ini.

Wahai para penguasa muslim, berhentilah mengeluarkan kecaman, kutukan, apalagi melakukan perdamaian dengan Israel! Itu semua tak cukup membuat Israel angkat kaki dari tanah Palestina. Sebaliknya, perintahkan pasukan Anda untuk maju menghantam Israel dengan segenap kekuatan hingga Israel tak berani lagi untuk kembali!

Perang adalah jawaban atas tindakan musuh yang nyata-nyata memerangi Islam dan kaum muslimin. Jihadlah yang hendaknya diserukan oleh pemimpin muslim sejati terhadap agresi Israel. Hanya dengan jihad fi sabilillah yang akan dikomandoi oleh pemimpin yang berhukum pada aturan Allah, penjahat seperti Israel bisa ditumpas hingga ke akar-akarnya. Dan ini hanya bisa dilakukan bila sistem Islam kaffah yang diterapkan dalam kehidupan.

Untuk itu, sangat penting adanya institusi negara yang mampu menerapkan aturan Allah secara menyeluruh. Daulah Khilafah Islamiah dengan dipimpin khalifah menjadi perisai bagi seluruh umat muslim. Dia yang akan melindungi seluruh kaum muslimin dari setiap ancaman dan gangguan. Khalifah yang akan membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah dengan memerangi dan mengusir kafir penjajah. Sebagai perisai, khalifah merupakan pelindung bagi rakyatnya, sebagaimana hadis Rasulullah berikut: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasi, dan Ahmad)

Wallahu a’lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Kala Palestina Terengkuh dalam Pemerintahan Islam
Next
Dunia Membutuhkan Sistem Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram