Pembangunan Berbasis Gender, Solusi atau Resolusi?

Negara mendesak para perempuan untuk terus berkarya dan berdaya guna. Dengan tujuan menyejajarkan derajat perempuan dengan laki-laki. Sehingga tidak ada lagi perbedaan di antara keduanya.


Oleh. Siti Aisyah, S. Pd
(Pegiat Literasi Muslimah Papua)

NarasiPost.Com-Sampai kapan pun perempuan tidak bisa menyamai laki-laki, baik dalam fisik maupun kemampuan (skill). Karena perempuan diciptakan Allah Swt untuk mendampingi laki-laki bukan untuk bersaing denganya. Mereka diciptakan dari tulang rusuk yang rapuh, bukan tulang punggung yang kokoh. Sejatinya keberadaan laki-laki dan perempuan adalah untuk melengkapi bukan untuk menyaingi. Namun mengapa manusia saat ini ingin mengubah kodrat tersebut, sudah begitu hebatkah mereka? Sehingga ingin menyalahi aturan Sang Pencipta.

Dilansir dari www. Kemenpppa.go.id, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, menyebutkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) perempuan tahun 2019 masih berada dibawah laki-laki yaitu 69,18. Sedangkan nilai IPM laki-laki adalah 75, 96. Bintang juga menyebutkan bahwa angka tersebut menunjukan, realita masih banyaknya ketimpangan yang dihadapi perempuan hingga dari ekonomi hingga kasus kekerasan yang menimpa perempuan,(25/03/21).

Ia juga menambahkan, kondisi ini berkaitan dengan konstruksi sosial patriarki yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Padahal perempuan merupakan kekuatan bangsa. Berdasarkan sensus 2020, perempuan mengisi 49,402% dari populasi Indonesia atau sekitar 133,54 juta jiwa. Selain itu berdasarkan MCkinsey Global Institute Analisys, Indonesia dapat meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto sebesar 135 miliar pertahun, pada tahun 2025 dengan catatan partisipasi perempuan dapat ditingkatkan pula.

Sementara Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa APBN sebagai instrumen keuangan negara juga mengenali pentingnya kesetaraan gender. Salah satu inisiatif baru pada tahun 2021 adalah mengenalkan sebuah dana alokasi khusus nonfisik yang didedikasikan untuk dana pelayanan perlindungan perempuan dan anak. "Kalau negara-negara memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan di dalam berpartisipasi di di ekonomi, maka produktivitas negara akan meningkat nilainya bahkan mencapai 28 triliun atau 26% dari GDP dunia. " ujar Menkeu. (www kemekeu.go.id, 16/ 12/ 2020 ).

Menanggapi hal tersebut, seolah-olah perempuan menjadi beban negara karena kurang berpartisipasi di bidang ekonomi dan memberikan sumbangsih kepada pendapatan negara. Ngara menganggap hal ini sebagai prestasi yang buruk bagi perempuan, karena masih memegang prinsip patriarki. Oleh sebab itu, negara mendesak para perempuan untuk terus berkarya dan berdaya guna. Dengan tujuan menyejajarkan derajat perempuan dengan laki-laki. Sehingga tidak ada lagi perbedaan di antara keduanya. Ada apa ini sebenarnya?Mengapa negara begitu masif menyuarakan kesetaraan gender?

Kesetaraan Gender, Propaganda Barat yang Menjauhkan Perempuan dari Fitrahnya

Secara Fitrah perempuan memiliki perbedaan dengan laki-laki, baik fisik maupun kemampuan. Fisiknya lemah dan juga terbatas, tidak semua pekerjaan dapat dilakukan. Oleh sebab itu, tidak mungkin menyejajarkan perempuan dengan laki-laki. Karena perempuan diciptakan untuk mendampingi laki-laki bukan menyainginya.

Namun hal ini tidak berlaku di negara yang mengemban ideologi kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme, perempuan dianggap komoditas yang dapat dijadikan sumber pendapatan negara. Mereka didorong untuk keluar rumah dan bekerja ruang di publik.

Kapitalisme tegak dengan tiga pilar. Pertama, memisahkan urusan kehidupan dengan agama. Kedua, menjadikan manfaat sebagai tolak ukur perilaku dan segala sesuatu. Ketiga, mengukur kebahagiaan berdasarkan pemenuhan kemanfaatan yang bersifat materi saja.

Begitu juga Barat dan beberapa negeri muslim, sebagai pengemban ideologi kapitalisme ini, memandang perempuan sebagai komoditas yang bisa memberikan kontribusi bagi ekonomi, serta mengesampingkan aturan agama . Karena tujuan utamanya adalah mengumpulkan materi. sehingga perempuan difasilitasi dan ditempatkan di publik untuk bersaing dengan laki-laki. Barat juga menganggap wanita menderita, dan tersakiti dengan adanya norma masyarakat atau agama yang menyatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan. Sehingga mereka mempropagandakan agar perempuan dapat berdiri sendiri tanpa bayang-bayang kaum lelaki.

Oleh sebab itu, kaum feminisme selalu menyuarakan kesetaraan gender pada perempuan. Agar perempuan setara dengan laki-laki. Akibatnya banyak perempuan saat ini, meninggalkan rumah dan buah hati untuk bekerja mengais rezeki. Kecantikan mereka pun dieksploitasi, demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan indeks prestasi. Tak terkecuali di Indonesia,salah satu negara pengemban ide kapitalisme, berbagai program dibuat untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bagi perempuan, yang dianggap masih rendah. Keterlibatan perempuan dalam politik praktis pun dimasifkan. Agar perempuan dapat terlibat di dalam perpolitikan. Berbagai bantuan diberikan bagi perempuan untuk meningkatkan usahanya di bidang ekonomi.

Semua itu dilakukan pemerintah agar kaum perempuan ikut berpartisipasi di dalam pembangunan. Sehingga IPM mereka sama dengan laki-laki, dan pendapatan negara bertambah, serta prestasi ekonomi negara meningkat, baik di tingkat nasional, maupun internasional.

Alih-alih meningkatkan prestasi perempuan, justru hal ini mengakibatkan perempuan meninggalkan fitrahnya. Sebagai ibu dan juga pencetak generasi cerdas penerus bangsa. Sehingga persoalan baru pun bermunculan, mulai dari kenakalan remaja, karena anak yang kurang diperhatikan. Bahkan sampai penceraian, karena amanah rumah terabaikan.

Hal ini terjadi karena penyelesaian setiap permasalahan ini tidak dari akar permasalahannya. Sehingga penyelesaiannya tidak tuntas, namun hanya bersifat parsial. Padahal akar permasalahan dari semua ini adalah karena diterapkannya sistem kapitalisme.

Akibat Sistem Kapitalisme Sekuler

Dalam sistem kapitalisme, aturan kehidupan dibuat oleh manusia yang penuh dengan kelemahan, serba kurang, dan banyak kekeliruan. Sehingga menghasilkan aturan yang menyengsarakan rakyat. Saat ini negara kita menyerahkan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) ke tangan asing. Sehingga negara hanya mendapatkan sedikit dari hasil pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk menambah pemasukan negara, maka negara mengambilnya dari pajak dan bea cukai. Sehingga negara mendesak agar semua rakyatnya bekerja, tak terkecuali perempuan agar pendapatan negara semakin meningkat.

Padahal jika kekayaan negara dikelola sendiri, maka negara akan mendapatkan hasil yang luar biasa, untuk pendapatan negara, tanpa melibatkan kaum perempuan untuk bekerja dan mendesak mereka untuk setara dengan laki-laki. Sehingga negara sejahtera dan semua kebutuhan hidup masyarakat akan terpenuhi.

Namun hal ini tidak akan terwujud, jika negara masih menerapkan sistem kapitalisme. Karena dalam sistem ini, para kapital (pemilik modal) yang mengendalikan roda pemerintahan atau ekonomi. Mereka bekerjasama dengan negara atas nama investasi, dan menanamkan modalnya pada perusahaan milik negara. Sehingga kendali negara ada di tangannya. Begitupun kebijakan dalam membuat aturan ada dalam kendali para kapital. Negara hanya mengesahkannya.

Islam Memuliakan Perempuan

Jauh sebelum Islam datang, pada zaman jahiliyah (kebodohan ), perempuan dipandang sebagai makhluk yang hina. Keberadaannya tak pernah dipandang, bahkan bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup. Karena orang-orang jahiliyah memandang perempuan sebagai pembawa sial. Mereka hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu saja. Kemudian Islam datang dan mengangkat derajat kaum perempuan. Dalam Islam, tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Setiap manusia dipandang sama di hadapan Allah Swt, yang membedakannya hanyalah ketakwaan.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-hujarat [49] ayat 13

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah maha tahu lagi maha mengenal." (QS.Al-hujarat [49] : 13)

Islam menempatkan laki-laki sebagai pemimpin atas perempuan, karena sifatnya laki-laki adalah mengayomi. Sedangkan perempuan sebagai istri adalah sebagai pendamping.

Kewajiban mencari nafkah ada di tangan laki-laki bukan perempuan. Perempuan tugas utamanya adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Di sinilah letak penghormatan Islam terhadap perempuan, bukan untuk mengekangnya, seperti yang sering digaungkan oleh Barat.

Islam juga menjamin hak-hak perempuan untuk melindungi kehormatannya, akal, harta, jiwa, agama dan keamanannya. Perempuan juga memiliki hak pendidikan yang sama dengan laki-laki, hak kesehatan, kesejahteraan, dan politik. Islam juga memuliakan perempuan dengan memerintahkannya untuk menutup seluruh tubuhnya dengan memakai jilbab dan kerudung jika keluar rumah, tidak tabarruj, dan menundukkan pandangan, tidak berkhalwat, dan jika bersafar harus disertai mahram. Semua itu dimaksudkan agar perempuan lebih terjaga kehormatannya.

Adapun hukum bekerja bagi perempuan adalah mubah. Kewajiban mencari nafkah dibebankan kepada suaminya. Jika suaminya tidak ada, maka dibebankan kepada walinya atau mahramnya, dan jika itu pun sudah tak ada maka negara yang menanggung kehidupannya. Negara, dalam hal ini Daulah Islam, akan menyejahterakan rakyatnya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada sebagai sumber pendapatan negara bagi kas negara, yaitu Baitul Mal . Selain itu, negara akan menyiapkan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat. Sehingga akan tercipta masyarakat yang sejahtera dalam naungan dan rida Allah subhanahu wa ta'ala. Wallahualam Bish Shawab[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Harga Bahan Pokok Bergejolak Jelang Ramadan
Next
Pemenang Challange ke-3 NarasiPost.com
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram