Marhaban Yaa Ramadhan: Istimewa dalam Perjuangan

"Ramadhan kali ini tepat umat Islam100 tahun tanpa Khilafah, semestinya menjadi spirit bagi umat Islam agar lebih giat dalam berdakwah. Menjadikan bulan istimewa dalam perjuangan, terdepan dalam menebar kebaikan dan kebenaran. Membekali diri dengan tsaqofah Islam, mempersiapkan diri menjadi tentara Allah dalam meninggikan kalimat Allah."


Oleh. Sherly Agustina, M.Ag
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)

NarasiPost.Com-Dari Abu Hurairah ra.:
"Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan." (HR. Ahmad, Nasai 2106, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Tinggal menghitung hari, Ramadhan segera kembali menemui umat Islam sedunia yang begitu suka cita menanti dan menyambutnya. Sya'ban hanya beberapa hari lagi, semoga umat Islam tak menyia-nyiakan keutamaannya seperti Baginda Nabi Saw., yang rajin berpuasa sunnah di bulan ini. Walau kondisi pandemi belum usai, umat Islam tetap senang menyambut tamu nan istimewa ini.

Suka Cita Menyambut Bulan Mulia Penuh Pahala

Bergembira menyambut tamu agung adalah salah satu sikap umat Islam yang terpuji. Mengapa demikian? Karenadi banyak sekali keutamaan di bulan Ramadhan. Banyak proyek pahala yang Allah obral di bulan Ramadhan. Hamba mana yang tidak tertarik dengan obral pahala yang sangat menggiurkan ini? Amalan sunnah bernilai pahala wajib, satu perbuatan berkali lipat pahalanya, aktivitas apapun dinilai pahala, pun hanya tidur dinilai ibadah.

Bahkan, ada satu malam yang keutamaannya bagai seribu bulan. Bayangkan, seribu bulan seperti apa hingga malam itu begitu istimewa. Siapa saja yang mendapat keutamaan malam tersebut, yaitu malam Lailatul kadar, di pagi hari wajahnya berseri, hidupnya lebih berenergi dan diampuni dosa-dosanya.

Allah Swt. berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr: 1-5).

Siapapun tentu tak akan menyia-nyiakan keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Terlebih, melewati Ramadhan tahun ini masih dalam kondisi pandemi, tentu lebih khusyu untuk terus introspeksi diri. Ramadhan menjadi bulan penuh perenungan, karena pasti selalu ada hikmah di balik kehendak dan takdir-Nya. Sebagai hamba yang beriman, tentu harus mengimani bahwa apapun yang terjadi pasti yang terbaik dari-Nya, seburuk apapun dalam pandangan manusia.

Karena manusia adalah makhluk serba terbatas dan lemah dalam melihat dan menilai sesuatu. Manusia menilai sesuatu baik jika memberi manfaat dalam kacamatanya, sebaliknya menilai buruk jika tak memberi manfaat dalam pandangannya. Begitulah kodrat manusia dengan segala kelemahan yang Allah ciptakan.

Ramadhan: Istimewa dalam Perjuangan

Ramadhan kali ini tepat umat Islam100 tahun tanpa Khilafah, semestinya menjadi spirit bagi umat Islam agar lebih giat dalam berdakwah. Menjadikan bulan istimewa dalam perjuangan, terdepan dalam menebar kebaikan dan kebenaran. Membekali diri dengan tsaqofah Islam, mempersiapkan diri menjadi tentara Allah dalam meninggikan kalimat Allah.

Ibadah tetap berjalan beriringan dengan aktivitas dakwah, bukan memisahkannya dengan alasan agar lebih khusyu'. Dalam Islam, tak pernah dikenal memisahkan aktivitas ibadah dengan hal lain dalam kehidupan. Semua bersinergi, karena aktivitas dalam Islam adalah penggabungan materi dan ruh sebagai sebuah ibadah dan semata mengharap rida Allah.

Sudah selayaknya kita tetap mengingatkan pada umat, bahwa satu abad tanpa Khilafah, kondisi umat Islam kehilangan arah. Tak ada yang melindungi, tak ada perisai dan tak ada yang membela saat kaum Muslim tertindas di belahan bumi lain. Bahkan, saat Islam, Nabi dan umat Islam dinista, kita seakan tak memiliki harga diri, begitu mudah diinjak-injak. Padahal, dulu umat Islam memiliki negara super power yang disegani dunia.

Seratus tahun tanpa Khilafah sangat memilukan bagi umat Islam, sesama umat Islam terpecah. Rezim dan pengikutnya begitu mudah mengatakan radikal dan membenci hingga memerangi umat Islam yang begitu konsisten memperjuangkan Islam. Namun, di sisi lain bermanis muka, bersahabat dan bermesraan dengan sang penista agama di kalangan orang kafir.

Di balik kata toleransi mereka berlindung, lantas toleransi macam apa jika pada yang satu akidah memusuhi tapi dengan orang kafir bermesraan? Bahkan rela menghalang-halangi para pejuang Islam, melakukan persekusi, menjerat dengan UU ITE hingga masuk bui. Setelah itu mereka tersenyum girang dengan begitu puasnya dengan apa yang mereka lakukan. Lihat negeri ini, dijarah dengan sangat parah namun luar biasa pasrah, ibarat ada maling masuk rumah malah dipersilakan masuk mau memilih barang yang mana. Tanpa perlawanan dan tak merasa dijarah atau dicuri barang-barang yang dimilikinya.

Sebaliknya, rezim hari ini pada rakyat, begitu zalim memperlakukannya terlebih dalam kondisi pandemi. PHK besar-besaran, harga naik tak terkira, si miskin dilarang sakit dan sekolah karena tak punya biaya, di sisi yang lain korupsi merajalela oleh para petinggi negara.

Pengangguran begitu masif tak terelakkan, rakyat kecil sulit bertahan hidup saat pandemi. Bantuan dari pemerintah tak merata dan tak seberapa, lalu ke mana rakyat harus mengadukan semua ini? Hukum tebang pilih, tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Contohhya, dalam suatu pernikahan Puteri seorang ulama, berujung penjara dengan alasan prokes. Di sisi lain, orang nomor satu di negeri ini hadir menjadi saksi dalam pesta pernikahan salah satu artis saat pandemi.

Umat sebenarnya sudah lelah dengan semua ini. Entah sampai kapan akan berakhir kesedihan, kezaliman dan ketidakadilan di negeri ini. Siapa yang akan memperhatikan mereka, jika penguasa sibuk dengan urusan perutnya saja. Maka, tugas para pejuang Islam untuk memikirkan ini agar Islam kembali hadir mengurus umat dengan begitu sempurna.

Islam kehadirannya menjadi rahmat dan kebaikan bagi seluruh alam. Menyejahterakan dengan aturan yang sempurna dalam kehidupan. Islam pernah berjaya dengan sebuah peradaban nan gemilang, siapapun yang jujur menilai sejarah akan mengatakan demikian. Tak pernah ada sebuah negara super power yang menguasai hampir 2/3 belahan dunia, memberi kesejahteraan bukan hanya pada muslim tapi juga nonmuslim.

Masihkah berdiam diri tak memperjuangkan aturan Islam secara kafah? Masihkah terjebak sibuk dengan urusan dan kepentingan sendiri yang melenakan? Padahal pahala Allah berkali lipat di bulan Ramadhan, maka istimewakan perjuangan di bulan istimewa. Raih kemuliaan di hadapan Allah dengan amalan istimewa, karena esok atau lusa tak tahu apakah jiwa masih menyatu dalam raga. Renungkanlah!

Allahu A'lam bi ash Shawab.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Bulan yang Dirindu
Next
Marhaban ya Ramadhan: Mari Siapkan Diri Menyambut Bulan Suci
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram