Kartini dan Emansipasi dalam Persektif Islam

kartini-emansipasi

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya, yakni menjadi Ibu mendidik manusia yang pertama-tama.
(www. Asliindonesia. net)"


Oleh. Aisyah Ummu Muti'ah
(Pegiat Literasi Muslimah Papua)

NarasiPost.Com-Siapa yang tak kenal Kartini atau Raden Ajeng Kartini? Seorang putri bangsawan yang memperjuangkan perempuan pribumi agar mendapatkan pendidikan.

Di zaman penjajahan dulu, para perempuan tidak semua mendapatkan pendidikan. Hanya perempuan bangsawan saja yang dapat mengenyam pelajaran di sekolah. Mereka terpinggirkan oleh kebudayaan yang mengatakan bahwa perempuan itu tidak butuh pendidikan formal. Karena kerja perempuan hanya tinggal di rumah, yakni di kasur, sumur, dan dapur. Begitulah orang tua dulu mengatakannya.

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, pada tanggal 21 April 1879. Beliau adalah putri dari Raden Mas Adipati Ario sosroningrat, seorang Bupati Jepara. Beliau dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, karena sekolah yang didirikannya.

Ibu Kartini kini telah tiada. Beliau meninggalkan PR bagi kita, sebagai perempuan Indonesia untuk melanjutkan perjuangannya.

Dikutip dari bukunya "Door Duisternis tot Licht" atau "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang dikumpulkan oleh sahabatnya di Belanda. Dalam buku tersebut terdapat sejumlah kutipan-kutipan, salah satunya adalah yang berjudul 'kehidupan berubah'. Yang berbunyi:

"Tiada awan di langit yang tetap selamanya, tidak mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita, lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam." (DetikNews.com,21/04/2019)

Kutipan tersebut sejalan dengan firman Allah Swt, dalam Al-Qur'an surat Ar-Rad ayat 11, yang artinya:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah dirinya sendiri."
(QS. AR-Rad : 11)

Ayat di atas memberikan hikmah kepada kita bahwa jika kita ingin berubah menjadi lebih baik lagi, maka kita harus punya tekad dan keinginan untuk mengubah diri kita. Begitu juga yang terjadi pada Ibu Kartini saat itu, dia menginginkan adanya perubahan di dalam masyarakat, terutama perempuan pribumi yang tidak mengenal pendidikan, sehingga mengakibatkan mereka tertinggal dan tertindas.

Hal tersebut sebenarnya tidak terlepas dari akibat penjajahan yang terjadi saat itu. Selain
mendatangkan kesengsaraan, penjajahan juga mengakibatkan kebodohan. Lantas apa yang harus kita lakukan saat ini, agar terwujud perubahan menuju pada kebangkitan yang hakiki?

Langkah pertama adalah kita harus hijrah terlebih dahulu. Hijrah artinya beralih atau berpindah ke tempat yang lebih baik. Jika saat ini kita masih dalam keadaan jahiliyah, maka segeralah berhijrah menuju cahaya Islam yang berasal dari Wahyu Allah.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 218 yang artinya:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang."
(QS.Al-Baqarah:218)

Hijrah di jalan Allah merupakan proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Secara bahasa, hijrah diartikan sebagai proses peralihan diri untuk menjadi lebih baik, dengan meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Rasulullah Shalallahu Wassalam bersabda:

"Orang-orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt."
(HR. Bukhari)

Dalam hal ini Ibnu Qoyyim membagi hijrah menjadi dua macam, hijrah bil jasad atau fisik dan hijrah bil qalbi atau hati.

Hijrah bil jasad berarti, proses perpindahan yang tampak secara fisik.
Seperti seorang muslimah yang tadinya berpakaian minim dan membuka aurat, kemudian dia hijrah dan memutuskan untuk berpakaian tertutup sesuai syariat. Sedangkan hijrah bil qalbi atau hati adalah proses peralihan diri tidak hanya sebatas fisik saja, namun dia memantapkan hatinya untuk Istiqomah di dalam ketaatan.
(Mutiaraislam. net)

Selain kedua macam hijrah tadi, ada hijrah yang sangat penting, yaitu hijrah pemikiran. Artinya berpindah dari pemikiran kufur atau yang bertentangan dengan Islam, menuju pemikiran Islam yang mustanir. Yakni pemikiran yang akan membangkitkan dirinya menuju kebangkitan yang hakiki.

Bangkitnya manusia di awali dengan pemikirannya. Maka tidak hanya hijrah jasad dan hati saja, tetapi ada hijrah yang tidak kalah pentingnya, yaitu hijrah pemikiran. Saat ini kita hidup di sistem yang tidak menerapkan Islam. Sehingga pemikiran kita pun banyak dipengaruhi oleh pemikiran Barat. Inilah yang mengakibatkan kita meninggalkan pemikiran Islam. Termasuk kaum perempuan sebagai istri dan ibu, yang di dalam Islam merupakan pekerjaan yang sangat mulia.

Allah Swt memuliakan wanita dengan mengapresiasi setinggi-tingginya. Dengan mengabadikannya di dalam Al-Qur'an pada surat An-Nisa yang artinya wanita.

Pada zaman sekarang, perempuan termakan propaganda Barat atas nama feminisme dan juga emansipasi wanita. sehingga perempuan berlomba-lomba menyejajarkan kedudukannya dengan kaum laki-laki. Akibatnya banyak dari mereka yang terperosok di dalam kenistaan dan lubang kehancuran. Karena sejatinya wanita diciptakan oleh Allah untuk mendampingi laki-laki, bukan untuk menyainginya.

Adapun emansipasi yang diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini bukan semata-mata untuk menyaingi laki-laki. Akan tetapi untuk menyiapkan anak perempuan menjadi ibu sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya kelak.

Hal ini sejalan dengan surat yang dikirimkan Ibu Kartini kepada Profesor Anton dan Nyonya, pada tanggal 4 Oktober 1901 yang berbunyi:

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya, yakni menjadi Ibu mendidik manusia yang pertama-tama. (www. Asliindonesia. net)

Dalam surat tersebut, jelas ditulis bahwa pengajaran dan pendidikan yang diinginkan oleh Ibu Kartini, bukan untuk menyaingi kaum lelaki, tetapi menyiapkan mereka menjadi istri dan ibu sesuai dengan fitrahnya sebagai ummu warobatul bait dan madrasatul Ula.

Oleh sebab itu, kita sebagai kaum perempuan harus menyadari hal tersebut. Karena sampai kapan pun perempuan tidak akan dapat menyamai laki-laki. Adapun paham feminisme dan kesetaraan gender yang digaungkan oleh Barat sangat bertentangan dengan apa yang diperjuangkan oleh Ibu Kartini dan juga bertentangan dengan Islam.

Oleh karenanya, marilah kita buang jauh-jauh pemikiran itu di dalam benak kita, serta kembali kepada fitrah kita sebagai hamba Allah Swt yang tujuan penciptaannya adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena setiap apa yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan Allah akan membalasnya sesuai dengan perbuatan kita.

Oleh sebab itu, mulai sekarang marilah kita kembali kepada pemikiran Islam yaitu syariat Islam. Sehingga dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini kita tidak salah jalan. Karena hanya Islam yang dapat mengantarkan kita pada kebahagian hakiki. Wallahualam Bish Shawab.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Menghafal Al-Qur'an di Usia yang Tak Lagi Muda
Next
Pembacaan Doa Semua Agama, ke Mana Arahnya?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram