"Kontroversi terhadap drama yang dianggap memutarbalikkan fakta ini telah melahirkan ratus ribuan petisi oleh masyarakat Korea. Namun, tak ada petisi yang bisa dinaikkan oleh kaum muslim untuk bisa membela ajaran Islam yang mulia. Sebaliknya, pengemban dakwah Islam kafah dipersulit dalam aktivitasnya dakwahnya. Ajaran Khilafah misalnya, yang seluruh ulama sepakat ia adalah ajaran Islam, malah dilarang."
Oleh : Ana Nazahah
(Revowriter Aceh, Kontributor NP)
NarasiPost.Com-Berita mengejutkan datang dari dunia per-drakoran. Baru dua episode, drama bertemakan sageuk atau historikal yang diperankan oleh Jang Dong Yoon, dikabarkan secara resmi berhenti tayang.
Dikutip dari Koreanboo, Jumat (26/3) SBS telah memutuskan untuk membatalkan kontrak hak siar Joseon Exorcist dan membatalkan siaran, setelah mengakui parahnya insiden yang ditimbulkannya. Sejak penayangan perdana, drama ini memang menuai kritikan keras. Drama Joseon Exorcist dianggap oleh leluhur Klan Lee Joseon telah mendistorsi sejarah, karena menyertakan alat peraga seperti art dan dekorasi Cina
Karena itu, Asosiasi Jeonju Lee Royal Family meminta SBS membatalkan drama kontroversial ‘Joseon Exorcist’, bahkan asosiasi tersebut telah menaikkan petisi hingga ke Blue House (Istana Presiden Korea Selatan).
Di sini, penulis melihat bahwa Korea Selatan dan masyarakatnya benar-benar tidak main-main terkait budaya dan sejarahnya. Meskipun hanya di dalam drama, jika sejarah dan tradisi mereka dicederai, mereka tidak tinggal diam begitu saja.
Menurut penonton Korea, Joseon Exorcist telah memutarbalikkan sejarah hingga menodai peninggalan leluhur karena menggunakan properti yang bukan berasal dari Korea. Ya, hanya karena masalah properti saja masyarakat Korea mengkritisinya, terlebih Korea memiliki hubungan sensitif dengan Cina.
Penulis malah berpikir bagaimana jika properti bukan sekadar alat peraga? Namun, suatu paham atau benda yang disakralkan oleh masyarakat Korea, baik dari segi budaya maupun agama. Mungkin bisa saja reaksi yang ditimbulkannya akan lebih dahsyat, bisa saja melibatkan seluruh elemen masyarakat Korea. Penulis membayangkan, andai saja semangat menjaga budaya dan sejarah masyarakat Korea bisa dimiliki oleh rakyat nusantara. Mungkin kehormatan bangsa yang mayoritas muslim ini akan lebih terjaga. Tak ada yang bisa mendistorsi adat dan budaya ketimuran nenek moyang kita. Budaya Islam akan terus terawat dan terjaga.
Sayangnya, hari ini budaya liberal dan kebarat-baratan telah menggeser nilai-nilai Islam di nusantara. Jilbab dan kerudung yang bahkan tak hanya sekadar properti atau art, namun kewajiban bagi setiap muslimah saja bisa menjadi polemik, pemakaiannya pun dibatasi.
Sebagaimana yang terkandung dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud), yakni pakaian seragam sekolah tidak boleh mewajibkan model pakaian dengan kekhususan agama tertentu.
Padahal kebebasan dalam menjalankan perintah agama itu diwajibkan. Sebagai negara dengan jumlah masyarakat muslim terbesar, sudah sepantasnya aktivitas ini diberi ruang. Didukung dan difasilitasi sehingga mayoritas umat bangsa ini bisa menegakkan adat dan budaya-Nya sebagaimana yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala perintahkan.
Sayangnya, kebijakan yang diterapkan di nusantara tidak setegas Korea. Walaupun Joseon Exorcist ini hanya sekadar hiburan berupa drama, ditemukan penyimpangan sedikit saja mereka langsung turun tangan dan menghentikan produksi drama tersebut. Masyarakat Korea tidak ingin nantinya masyarakat luar salah memaknai sejarah Korea dan sikap raja mereka yang sebenarnya.
Sebuah sikap yang terbalik 180 derajat dibandingkan sikap masyarakat kita terhadap sejarah dan agama. Di saat ada tuduhan teror dan radikalisme yang dialamatkan kepada Islam, tak ada yang mampu menahan tuduhan itu demi menjaga nama baik Islam dan kaum Muslim. Padahal, Islam tak pernah mengajarkan tentang teror dan bersikap radikal. Di dalam sejarah Islam, tak pernah ada syariat penjajahan dan teror, karena keduanya bukan budaya dan sikap yang dibenarkan oleh Islam.
Kontroversi terhadap drama yang dianggap memutarbalikkan fakta ini telah melahirkan ratus ribuan petisi oleh masyarakat Korea. Namun, tak ada petisi yang bisa dinaikkan oleh kaum muslim untuk bisa membela ajaran Islam yang mulia. Sebaliknya, pengemban dakwah Islam kafah dipersulit dalam aktivitasnya dakwahnya. Ajaran Khilafah misalnya, yang seluruh ulama sepakat ia adalah ajaran Islam, malah dilarang.
Kenapa ini bisa menimpa masyarakat muslim nusantara? Padahal Islam adalah agama terbesar di bumi khatulistiwa ini. Tidak lain karena sekularisme, ide pemisahan agama dari kehidupan telah menggerus pemahaman Islam yang sahih dari pemikiran masyarakat saat ini. Perlahan namun pasti, umat Islam telah kehilangan sejarah, haibah (wibawa), dan jati dirinya sebagai bangsa yang besar. Di luar sana, masyarakat kita tidak dihargai sebagai masyarakat yang besar. Sebaliknya dianggap sebagi masyarakat pengekor yang senantiasa tertinggal dan terbelakang. Di tengah kekayaan yang melimpah, bumi yang subur, lautan yang kaya, namun belum bisa menyelesaikan persoalan paling fundamental, yakni kemiskinan yang terstruktur. Sementara yang mengurusi rakyatnya malah korupsi. Inilah wajah asli kita di dalam dan luar negeri. Paham sekularisme telah mencoreng wibawa kita sebagai bangsa pejuang.
Lalu, bagaimana bisa kita masih tetap membiarkan sekularisme menjadi asas dalam kehidupan? Sementara sistem ini terus memaksa kita terpuruk jatuh ke dasar jurang kehancuran. Jika kita masih tetap mempertahankan ide rusak ini, bukan tidak mungkin besok-besok Islam menjadi agama masa lalu yang tinggal kenangan. Dan akidah kita pun berganti menjadi mengikuti langkah-langkah setan. Ya, jika kita tidak mengikuti jalan Tuhan, maka langkah apa yang kita ikuti selain jalan setan?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian." (Surat Al-Baqarah ayat 208).[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]