Budaya Malas Baca, Cerminan Bangsa yang Gagal

"Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?””
(Az-Zumar: 9)


Oleh. Ana Nazahah
(Revowriter Aceh, Kontributor NP)

NarasiPost.Com-Buku adalah jendela dunia, sedangkan membaca adalah kuncinya. Ya, adagium ini sudah tidak asing lagi di telinga kita, sejak masih di sekolah dasar sampai kini. Kita semua paham bahwa membaca adalah salah satu kunci kesuksesan bagi tiap pribadi demi meraih predikat bangsa yang hebat.

Sayangnya, menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hanya 0,001%. Itu artinya dari 1,000 orang hanya 1 yang rajin baca. Kondisi ini begitu memprihatinkan. Di tengah bangsa yang besar, kita masih jauh tertinggal.

Jika dipikir-pikir, Indonesia kurang apa? Kita memiliki sumber daya manusia yang besar, sumber daya alam yang kaya, seharunya cukup mampu membangun infrastruktur dan modal untuk menggalakkan budaya baca. Bersaing dengan negara-negara Eropa. Bukan malah menyandang predikat bangsa dengan minat baca terendah.

Faktanya, sungguh bikin miris. Mengutip laman Kominfo.go.id  World’s Most Literate Nations Ranked, yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, dari 61 negara yang di survei, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Rangking ke 2 dari bawah, berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).

Data ini boleh dibilang memalukan, mengingat negara kita adalah negara yang kental dengan budaya ketimuran, dengan penduduk mayoritasnya muslim. Adapun Islam adalah agama yang mewajibkan setiap pemeluknya untuk belajar dan menuntut ilmu sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224).

Namun sayangnya, di era globalisasi hari ini, masyarakat kita belum menjadikan membaca sebagai budaya. Di rumah-rumah, buku masih menjadi barang yang langka. Orang-orang lebih rela mengeluarkan uangnya membeli majalah fashion ketimbang membeli buku.

Coba lihat di rak buku kita, berapa banyak buku pengetahuan umum atau buku agama yang kita punya? Coba bandingkan dengan koleksi pakaian, sepatu dan aksesoris demi mempercantik diri. Dalam sebulan, berapa banyak budget yang kita habiskan untuk kosmetik, lalu bandingkan dengan budget untuk membeli buku. Apakah setara?

Mari kita lihat bagaimana bangsa nonmuslim memiliki minat baca yang tinggi. Katakan saja Amerika dan Jerman. Di negara Paman Sam, rata-rata warganya yang berusia 18 tahun biasanya membaca 11 sampai 20 buku dalam setahun. Sedangkan kita, kira-kira berapa buku yang habis kita baca dalam setahun?

Pun Jerman, negara di peringkat ke-8 dalam hal minat baca ini juga tidak kalah kerennya. Sebanyak 53% orang Jerman membeli buku untuk keperluan pribadi, dan 38% membeli buku untuk dihadiahkan kepada orang lain. Membaca buku bagi masyarakat Jerman lebih populer ketimbang ke mall, ke bioskop atau ke tempat-tempat lain yang menghabiskan uang. Lalu, bagaimana dengan kita, sudahkah kita mementingkan buku dan membaca ketimbang belanja dan menonton drama Korea?

Berbanding terbalik dengan bangsa kita, masyarakat Barat ternyata lebih mencintai buku dan membaca. Sementara kita lebih suka menghabiskan waktu menatap gadget dan bermain di sosial media. Dikutip dari data wearesocial per Januari 2017, orang Indonesia mampu menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Namun anehnya, saat membaca justru malah mengantuk.

Lantas, bagaimana kita bisa bersaing dengan negara-negara lainnya dan bercita-cita menjadi negara hebat? Jika membaca saja tidak minat. Tanpa membaca generasi kita akan tetap berada di taraf kecerdasan berpikir yang rendah, tidak bisa berpikir kritis, dan tidak bisa menghasilkan kreativitas demi kemajuan umat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْ

“…Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?””
(Az-Zumar: 9)

Tanpa membaca, maka jangan salah jika kita akan terus menjadi negara pengekor dan inferior. Menjadi objek jajahan bangsa yang kuat baik secara fisik maupun pemikiran. Kita tidak bisa mengisi kemerdekaan bangsa yang susah payah diperjuangkan oleh para pendahulu kita. Yang terburuk, kita akan tetap menjadi negara tertinggal dan gagal.

Di dalam peradaban Islam, membaca memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan umat. Sejarah mencatat bagaimana puncak kejayaan peradaban Islam, bisa dicapai karena hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan. Tentunya ini tidak bisa terjadi jika umat Islam tidak rajin membaca. Tanpa membaca, tak akan ada sejarah kegemilangan Islam yang selalu kita banggakan.

Membaca adalah salah satu wujud takwa. Jalan untuk merealisasikan perintah Allah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam di surat pertama. Yakni "Iqra'" yang bermakna bacalah!

Allah maha mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Lihatlah saat manusia mengabaikan perintah-Nya. Kebodohan dan kemaksiatan merajalela. Budaya taklid tumbuh subur. Tanpa pemahaman literasi, rakyat kecil akan mudah dibohongi. Tak menutup kemungkinan informasi dan kebijakan yang keliru bisa diterima mentah-mentah. Lantas tidak ada yang tersisa kecuali kemerosotan berpikir dan hidup di ambang kehancuran.

Karenanya sebagai bangsa yang besar dan terlebih muslim kita wajib meningkatkan budaya baca. Membaca adalah bagian dari peradaban Islam. Malas membaca adalah bentuk pengkhianatan kita sebagai umat terbaik yang dikirim Tuhan untuk memperbaiki zaman.

Wallahua'lam[]


photo: google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Perempuan, Terorisme dan Stigma terhadap Ajaran Islam
Next
Kiprah Perempuan dalam Dunia Literasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram