"Pemuda berada pada fase matangnya pemikiran, kuatnya fisik, juga menggeloranya semangat dan motivasi. Betapa pentingnya posisi pemuda, bahkan mampu membangun atau pun menghancurkan suatu bangsa."
Oleh: Sarah Mulyani
NarasiPost.Com-Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, masih banyak anak muda yang tidak toleran dalam hal politik, dibandingkan dengan sikap intoleransi pada aktivitas ibadah dan kultur agama lain. Hal ini menjadi temuan dalam hasil survei suara anak muda tentang isu-isu sosial politik bangsa pada Maret 2021. Indikator Politik Indonesia melakukan survei ini pada 4-10 Maret 2021 kepada 1.200 responden berusia 17-21 tahun melalui wawancara telepon.
Di antara hasil temuan survei tersebut ialah sebanyak 39 persen anak muda menyatakan keberatan jika orang nonmuslim menjadi presiden. Tapi, sebanyak 62 persen anak muda tidak keberatan apabila orang nonmuslim mendirikan tempat ibadah di sekitar tempat tinggalnya dan sebanyak 65 persen anak muda tidak keberatan jika orang nonmuslim mengadakan acara keagamaan di sekitar tempat tinggalnya. Banyak anak muda yang mempertimbangkan nilai agama ketika membuat keputusan penting dalam hidup yaitu sebanyak 47,8 persen. Sebesar 41,6 persen anak muda menyatakan persoalan radikalisme harus menjadi perhatian serius pemerintah karena sangat mengancam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. (Dari berbagai sumber)
Hasil survei menunjukkan bahwa pemuda saat ini masih bingung antara perlunya perubahan politik dan ketidakpahamannya terhadap sistem politik alternatif. Di satu sisi mereka masih dengan pemahaman bahwa ada yang tidak baik-baik saja di negeri ini, tapi sisi lain mereka belum memahami Islam kafah sehingga masih menaruh harapan yang besar bahwa perubahan bisa terjadi pada sistem saat ini.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei bahwa 39 persen anak muda menyatakan keberatan jika orang nonmuslim menjadi presiden, menunjukkan bahwa mereka masih memahami dasar-dasar agama tentang urusan kepemimpinan. Tapi di sisi lain 41,6 persen anak muda menyatakan persoalan radikalisme harus menjadi perhatian serius pemerintah karena sangat mengancam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka masih berharap pada rezim yang ada saat ini, tepatnya pada demokrasi untuk menyelesaikan permasalahan ini, sekalipun mereka menganggap bahwa politisi dan partai tidak mampu mewakiki aspirasi mereka.
Pemuda dengan segudang potensinya memiliki pengaruh besar bagi kebangkitan bangsa. Peran pemuda dalam upaya menuju kebangkitan bangsa memegang posisi penting. Pemuda berada pada fase matangnya pemikiran, kuatnya fisik, juga menggeloranya semangat dan motivasi. Betapa pentingnya posisi pemuda, bahkan mampu membangun atau pun menghancurkan suatu bangsa.
Kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia pun tidak luput dari peran para pemuda. Pada Kongres Pemuda Kedua menyepakati ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Sederet nama para pahlawan kemerdekaan Indonesia terdapat para pemuda di dalamnya, Jenderal Soedirman misalnya, kiprahnya pada masa perjuangan melawan penjajah tidak dapat diragukan lagi. Semangat perjuangannya mengusir penjajah selalu berkobar, sakalipun ia menderita sakit paru-paru parah. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu konsisten dan konsekuen.
Begitupun dalam sejarah penyebaran Islam yang berawal dari kota Mekah, tidak luput dari peran para pemuda. Pada awal dakwahnya, Nabi Saw. mengajak orang-orang yang telah siap menerima dakwahnya tanpa melihat usia, kedudukan, jenis kelamin, dan asal-usulnya. Rasulullah Saw. bersama para Sahabat membentuk kelompok dakwah, sebagian besar Sahabat yang bergabung dalam kelompok dakwah tersebut adalah para pemuda, misalnya, Ali bin Abi Thalib 8 tahun, Zubair bin Awwan 8 tahun, Abdullah bin Mas’ud 14 tahun, Mush’ab bin ‘Umair 24 tahun, ‘Umar bin Khattab 26 tahun, Abu Bakar ash-Shidiq 37 tahun, dan masih banyak lainnya.
Mush’ab bin ‘Umair berperan besar dalam menyebarkan Islam di Madinah, hingga dalam kurun waktu satu tahun Madinah siap menerima Islam dan kepemimpinan Rasulullah Saw.
Tidak hanya itu, pada masa setelah kepemimpinan Rasulullah Saw. dan Khulafaur Rasyidin, yaitu masa kepemimpinan di bawah kekuasaan Khilafah, banyak profil pemuda dengan peran besarnya mempertahankan kekuasaan Islam dan menyebarluaskan ajaran Islam. Terlahir pula para cendekiawan cerdas yang hasil penemuannya berkontribusi besar untuk perkembangan teknologi masa kini.
Tidaklah para pemuda di atas terlahir tanpa kesadaran politik dalam dirinya. Politik yang dimaksud ialah mengurusi urusan umat, kekuasaan semata-mata sebagai wasilah terpenuhinya seluruh hak umat dan terpecahkannya seluruh permasalahan umat.
Pemuda sudah seharusnya melek politik, jangan bersikap acuh tak acuh, bahkan menutup mata, mulut, dan telinga pada setiap peristiwa yang terjadi di depan mata. Sadarlah! Kondisi dunia hari ini tidaklah baik-baik saja, hal itu membutuhkan solusi tepat untuk keluar dari setiap permasalahan.
Sejak hari pertama Islam berkuasa di Madinah dan mampu bertahan hingga 14 abad lamanya dengan pusat kekuasaan terakhir di Instanbul, Turki. Luas kekuasaan meliputi dua per tiga dunia, menjadi mercusuar peradaban dunia. Kemudian runtuh melalui tangan Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1924, musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti meski hanya satu detik pun untuk menghancurkan Islam.
Setelah Khilafah runtuh pun, musuh-musuh Islam tidak lantas berdiam diri, karena mereka menyadari bahwa umat Islam akan berusaha untuk mengembalikan kekuasaannya. Sekali pun mereka menyadari bahwa Islam akan kembali berkuasa, tapi mereka tidak henti-hentinya menghadang perjuangan umat untuk memperlambat kebangkitan tersebut.
Apabila dulu mereka melawan tentara muslim dengan senjata, maka hari ini mereka melawan umat muslim dengan pemikiran, di antara sasaran propaganda pemikirannya adalah kaum pemuda, karena pemuda memiliki potensi besar untuk menjadi agen-agennya dalam rangka menyesatkan umat.
Oleh karena itu, tidak ada lagi alasan bagi seluruh pemuda muslim untuk berdiam diri dan enggan mengkaji Islam. Kesadaran politik pada setiap pemuda muslim tidak dapat diraih apabila enggan mengkaji. Padahal kesadaran politik dipandang penting bagi setiap pemuda muslim agar mampu menghadapi kerasnya gesekan perang pemikiran. Dengan pemahaman tsaqofah Islam dan terbiasa mengamati fakta yang terjadi, para pemuda akan mampu memahami permasalahan di tengah-tengah umat, kemudian menawarkan solusi tepat. Apabila pemuda enggan mengkaji dan terlibat dalam aktivitas politik, maka akan mudah baginya terbawa arus pemikiran musuh dan membelokkan arah perjuangan dari perubahan hakiki. Hanya pemahaman tsaqofah Islam lah yang akan menjadi benteng kokoh dari seangan pemikiran asing. [] Allahu ‘alam
photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]