Pemimpin zalim sulit dihilangkan selama masyarakat masih berpegang teguh pada sistem demokrasi sekuler yang menjadi dalang lahirnya berbagai kezaliman.
Oleh. Wiwit Irma Dewi, S.Sos.I.
(Kontributor NarasiPost.Com, Pemerhati Sosial dan Media)
NarasiPost.Com-Kembali viral pernyataan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, pada Sabtu (24/02) lalu melalui postingan pada akun X-nya tersebut. Ia menyindir pemimpin zalim dengan potongan sebuah video.
Dilansir dari cnnindonesia.com (24/02/2024), Mahfud terpantau berkicau soal rakyat yang membunuh pemimpinnya yang zalim sambil menyertakan video viral pemimpin lebah yang dikeroyok kawanannya. "Viral video ini. Pemimpin lebah membunuh seekor lebah, maka seluruh rakyat lebah membunuh pemimpinnya. Mereka kecil-kecil tapi kompak, besatu, dan menang," kicaunya di akun X @mohmahfudmd. Dalam postingannya Mahfud juga melanjutkan: "Ada 2 pelajaran dari lebah ini: 1) Membuat madu yang menyehatkan bagi manusia: 2) Sangat kompak untuk melawan kezaliman hingga menang."
Namun, jika disimak kembali, video yang diunggah tersebut bukanlah video lebah yang membunuh pemimpinnya. Melainkan, berisi video seekor tawon besar atau hornet yang tengah dikeroyok lebah madu yang ukurannya lebih kecil.
Tak ayal, postingan Calon Wakil Presiden nomor urut 3 itu menuai ribuan komentar warganet. Meski paham dengan maksud unggahan itu, beberapa netizen meluruskan dan memberikan pencerahan kepada guru besar ilmu hukum tata negara tersebut.
Sebagaimana yang disampaikan oleh akun @ardianpancaa, "Itu tawon Prof. Dia masuk ke sarang lebah madu buat nyuri madu dan bunuh ratu lebah. Karena dia maling, digebukin massa. Seumur-umur gak pernah punya pikiran bisa ngasih pelajaran ke profesor. Alhamdullilah bisa ngajarin profesor. Info loker dosen," candanya.
Selain itu juga ada kicauan dari akun @piyopikavet yang berbunyi, "Maaf, Prof, ini sepertinya tawon yg sedang memangsa lebah. iya itu 2 hewan yg berbeda. Tawon emang suka memangsa lebah. Lebahnya ya mempertahankan sarang dan nyawa mereka. Tapi kalo dibuat contoh tirani bisa dijatuhkan dengan persatuan, masih masuk sih."
Pemimpin Zalim dan Agresor
Mungkin untuk sebagian orang khususnya kalangan awam, belum begitu paham perbedaan antara tawon atau hornet dengan lebah. Namun faktanya, tawon dan lebah merupakan serangga yang berbeda, meskipun keduanya sama-sama anggota ordo yang sama, yakni Hymenoptera.
Hornet atau tawon besar, merupakan salah salah satu jenis tawon. Namun, ia memiliki beberapa perbedaan perilaku yang spesifik dengan populasi tawon lain pada umumnya. Mereka membuat sarang besar berbentuk kerucut atau telur yang berbahaya jika didekati. Mengutip dari laman cnnindonesia.com, Jeffrey W. Harris, Ph.D, (profesor riset bidang biokimia, biologi molekuler, entomologi, dan patologi tanaman di Mississippi State University) menuturkan bahwa salah satu tawon besar yang suka mencuri madu lebah adalah oriental hornet (Vespa orientalis).
Tawon jenis ini biasa menjadikan lebah madu pekerja sebagai makanannya, sehingga ia akan menyerang dan membunuh sejumlah lebah madu. Selain itu, ia juga mencuri madu dari lebah madu dan memakan induknya.
Jika kembali pada kicauan Prof. Mahfud terkait sindirannya terhadap pemimpin zalim dan "kekompakan rakyat" yang bersatu untuk melawan dan menghilangkan kezaliman dalam sistem saat ini, rasanya sangat sulit dilakukan selama individu dan masyarakat masih berpegang teguh pada sistem demokrasi sekuler. Karena sekuat apa pun rakyat menuntut keadilan ditegakkan, dan sesaleh apa pun pemimpin yang diusung dalam sistem ini, maka kezaliman itu akan tetap eksis. Penyebab kezaliman itu tetap ada adalah sistem rusak demokrasi sekuler yang menjadi pijakan negara ini, yang memisahkan agama dari kehidupan.
Baca juga: https://narasipost.com/syiar/09/2023/hakikat-kezaliman/
Sistem ini jugalah yang memberikan manusia kebebasan secara mutlak dalam membuat aturan-aturannya. Sehingga kekacauan dan kesengsaraan pun akhirnya terus-menerus menimpa manusia. Lihat saja fakta di sekeliling kita saat ini, kemiskinan ekstrem meningkat, kerusakan moral generasi kian marak, kriminalitas yang tak pernah tuntas, dll., itu semua merupakan buah dari penerapan sistem demokrasi sekuler.
Sistem ini yang melahirkan pemimpin-pemimpin zalim, culas yang oportunis dan pragmatis, yang cenderung mementingkan diri sendiri dan para oligarki. Nasib rakyat? Mana mereka peduli! Terbukti harga beras, harga listrik, BBM, dan bahan-bahan pokok lainnya yang terus melambung tinggi.
Sulitnya lapangan pekerjaan, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan memperparah kondisi rakyat, hal ini kemudian berkelindan dengan naiknya angka kejahatan. Di sisi lain, korupsi makin menggurita, investor melenggang bebas, para kapitalis dan oligarki terus berlomba-lomba menguasai kekayaan alam Indonesia. Sungguh malangnya negeri ini.
Belum lagi pemilu yang baru saja kita lalui dalam sistem demokrasi saat ini, kecurangan demi kecurangan pun rentan terjadi. Tak heran jika pada tahun 2012, Mahfud yang kala itu menjabat sebagai Ketua MK juga pernah mengungkapkan bahwa, jika sistem Pilkada tidak diubah maka malaikat pun kalau masuk ke dalam sistem bisa jadi iblis.
Mirisnya, dalam pemerintahan yang antikritik seperti saat ini, para aktivis khususnya para pengemban dakwah Islam justru dibungkam. Siapa yang berani memberikan nasihat pada penguasa akan dianggap musuh dan dicari-cari kesalahannya. Berbagai dalih dan tuduhan mereka lontarkan, mulai dari isu radikal, intoleran, teroris, ekstremis, hingga Khilafah yang menjadi ancaman. Hal ini terjadi akibat pemerintah mengekor pada ide-ide Barat, sehingga Islam pun dimusuhi. Selain itu, berbagai macam racun pemikiran dicekokkan pada umat hingga umat semakin jauh dari syariat.
Belum lagi penjajahan yang terus terjadi di berbagai belahan bumi akibat adanya para agresor yang haus kekuasaan, salah satunya seperti yang menimpa umat Islam di Palestina. Hingga saat ini wilayah Palestina masih dijajah Zionis Israel.
Sementara itu, atas nama nasionalisme, para pemimpin negeri-negeri muslim hanya bisa terdiam tanpa mengirimkan bantuan pasukan tentara yang mereka miliki. Padahal kekuatan militerlah yang sejatinya dibutuhkan oleh Palestina saat ini untuk melawan dan mengusir para agresor dan antek-anteknya.
Andai saja umat Islam bersatu dalam satu pemikiran, perasaan, dan aturan dalam satu kepemimpinan daulah Khilafah islamiah, maka musnahnya kezaliman dan penjajahan atas negeri-negeri kaum muslim merupakan sebuah keniscayaan.
Solusi Islam Mencegah Kezaliman
Dalam Islam, proses mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkaam) hukumnya fardu (wajib) atas kaum muslim. Hal ini dilakukan dengan maksud agar pemerintahan berjalan sesuai syariat Islam.
Terdapat banyak dalil untuk memperingatkan para penguasa yang zalim, salah satunya sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Al-Hafidz at-Turmudzi dalam Kitab Jami’, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
أفضل الجهاد كلمة عدل عند سلطان جائر
"Jihad yang paling afdal (utama) adalah menyampaikan kalimat keadilan di hadapan penguasa yang zalim."
Adapula perintah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar kaum muslim memberi nasihat kepada para penguasa fajir dan zalim secara mutlak. Imam Al Hakim dan Ath Thabrani menuturkan riwayat dari Jabir ra., bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
"Pemimpin para syuhada di sisi Allah, kelak di hari Kiamat adalah Hamzah bin 'Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di depan penguasa zalim atau fasik, kemudian ia memerintah dan melarangnya, lalu penguasa itu membunuhnya." (HR. Imam Al-Hakim dan Thabrani)
Tak jarang orang yang melakukan amar makruf nahi mungkar kepada penguasa yang zalim akan mendapat makian, cacian, hinaan, dan kerap mendapatkan tudingan miring (radikalis, ekstremis, hingga teroris), bahkan nyawa pun jadi taruhannya. Itulah mengapa aktivitas di atas dikatakan "afdholul jihad."
Oleh karena itu, amar makruf nahi mungkar yang dilakukan rakyat terhadap pemimpin harus terus dilakukan, karena hal ini bisa menjadi salah satu cara mengentaskan kezaliman yang dilakukan penguasa, sehingga lahirlah kesesuaian hidup dalam bernegara. Dengan begitu, pemimpin dalam Islam akan terus sesuai pada rel hukum syarak.
Pemimpin dalam Islam atau khalifah sadar betul bahwa kekuasaan yang ia miliki adalah amanah besar yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Peran khalifah adalah untuk melakukan riayah suunil ummah (mengurus seluruh urusan umat). Oleh karenanya, khalifah akan menjalankan tugasnya dengan amanah secara maksimal dan totalitas, sebagaimana hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diriwayatkan Al-Bukhari:
"Kepala negara (imam/khalifah) ialah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia urus."
Daulah Khilafah akan menerapkan aturan Islam secara kaffah dan menjamin kesejahteraan seluruh wara negaranya. Khilafah akan mengelola sumber daya alam (SDA) secara mandiri dan melarang asing ataupun pihak swasta menguasainya. Hasil pengelolaan SDA akan digunakan untuk kebutuhan masyarakat baik langsung ataupun tidak langsung, seperti jaminan layanan kesehatan dan pendidikan secara gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun, terpenuhinya infrastruktur dan layanan umum yang dibutuhkan masyarakat, terjaminnya pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Selain itu daulah juga akan menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi para pencari nafkah. Dengan begitu masyarakat akan tersejahterakan.
Penerapan sistem pendidikan Islam yang dibangun atas asas akidah Islam juga akan melahirkan individu-individu yang saleh dan muslih, yang memiliki keimanan dan ketakwaan tinggi, serta memiliki self control sehingga tak mudah melakukan segala kemaksiatan dan kezaliman lainnya. Dengan begitu tingkat kriminalitas pun bisa diminimalisasi.
Dengan adanya kepemimpinan umat Islam yang satu dalam naungan daulah Khilafah, negeri-negeri kaum muslim akan terjaga dari serangan para agresor. Penjajahan terhadap tanah kaum muslim harus dilawan, tentunya dengan kekuatan militer yang kuat dan tangguh. Secara historis, kaum muslim terbukti pernah menjadi negara adidaya pada masanya. Kekuatan militernya mampu menggentarkan hati para kaum kuffar. Adanya haibah (wibawa) yang dimiliki oleh daulah Khilafah pada saat itu, menjadi alasan tidak adanya negara kafir yang berani melecehkan dan mengambil wilayah kaum muslim walau hanya sejengkal.
Oleh karenanya, untuk mengembalikan haibah umat Islam diperlukan adanya sebuah perisai atau pelindung (junnah) yang mampu melindungi umat dari segala ancaman dan serangan musuh Islam. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
"Sesungguhnya seorang (imam/khalifah) laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, umat sudah seharusnya sadar dan bersegera berjuang bersama jemaah Islam ideologis yang memiliki tujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam dalam naungan daulah Khilafah islamiah. Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]
Pernah lihat video tawon dan lebah di atas. Ada hikmah yang bisa diambil. Yaitu kita tidak boleh diam terhadap kezaliman.
Pemimpin zalim diakibatkan oleh sistem, maka ketika sistem tidak diganti pemimpin zalim akan tetap ada.