Sekilas usaha memajukan perempuan melalui program invest in women tampak semanis madu. Namun, sejatinya ada racun di baliknya.
Oleh. Mutiara
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pada peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) tanggal 8 Maret 2024, UN Women merilis tema kampanye yaitu Invest in Women: Accelerate Progress yang artinya Berinvestasi pada Perempuan: Mempercepat Kemajuan. Tujuan peringatan Hari Perempuan Internasional ini untuk meningkatkan kesetaraan, menghilangkan diskriminasi, serta menjamin hak-hak kaum perempuan. Katanya, untuk menciptakan perekonomian yang sejahtera dan kehidupan yang sehat untuk generasi mendatang, penting untuk mewujudkan kesetaraan gender dan kesejahteraan perempuan di semua aspek kehidupan (detiknews, 02/02/24).
Menurut UN Women, berinvestasi pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (invest in women) tidak hanya dinikmati oleh perempuan, tetapi juga masyarakat. Sebab mereka menilai perempuan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat (Antaranews.com, 01/03/2024). Sebagaimana data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa jumlah perempuan pada tahun 2022 sekitar 3,95 miliar jiwa atau 49,68% dari total penduduk dunia. PBB menilai berinvestasi pada perempuan dan kesetaraan gender mampu membantu kemajuan ekonomi negara dan menciptakan generasi yang sehat dan aman.
Masih menurut UN Women, tidak adanya kesenjangan gender dalam dunia kerja dapat meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita sebesar 20% sehingga mereka mendorong negara untuk berinvestasi sebesar 360 miliar USD per tahun terhadap pemberdayaan perempuan dan pencapaian kesetaraan gender di dunia. Terlebih hal ini dapat membantu tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Mereka juga menyoroti berbagai tantangan dalam upaya pemberdayaan perempuan, di antaranya minimnya literasi keuangan, kurangnya pengalaman, dan minimnya pemahaman digital.
Mereka juga memberikan beberapa usulan untuk investasi bagi perempuan (invest in women) dalam rangka mewujudkan IWD tahun ini yaitu mewujudkan platform pembelajaran gratis berbasis keterampilan, disesuaikan dengan kebutuhan belajar perempuan, serta akses komunitas belajar. Usulan berikutnya dengan memberikan akses ke pengembangan keterampilan kewirausahaan yang berspektif gender dan digital untuk mendukung perempuan wirausaha berpartisipasi di ekonomi digital. Upaya ini akan membuka 300 lapangan pekerjaan dan membantu memperkuat ekonomi keluarga sehingga dapat menghilangkan kemiskinan.
Invest in Women, Madu Berbalut Racun
Sekilas usaha memajukan perempuan melalui program invest in women tampak semanis madu. Namun, sejatinya ada racun di baliknya, usaha tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian semata. Perempuan dipandang sebagai alat penghasil pundi-pundi rupiah sehingga perempuan dipandang berharga hanya jika mereka mampu menghasilkan uang atas kerja mereka.
Dalam paradigma kapitalisme, perempuan didorong untuk belajar dan berkarya agar berperan untuk meningkatkan ekonomi negara atau bahkan menjadi tulang punggungnya. Jika paradigma ini terus dipelihara, justru akan sangat berbahaya. Sebab perempuan akan disibukkan dengan mencari uang dibandingkan menjalankan kewajiban.
Perempuan, Ujung Tombak Peradaban
Padahal perempuan merupakan ujung tombak peradaban yang darinya lahir manusia-manusia pemimpin masa depan. Tidak hanya itu, generasi gemilang juga tercipta dari didikan perempuan yang memahami fitrahnya sebagai ummun wa rabbatul bayt. Ketika perempuan tersibukkan di luar untuk bekerja, kemudian porsi perhatian terhadap suami dan anak berkurang maka besar kemungkinan pertengkaran dengan suami akan terjadi dan tidak jarang perceraian menjadi ujungnya.
Belum lagi anak yang kurang kasih sayang dari pengasuhan ibu akan mencari pelarian semisal pergaulan bebas, narkoba, geng motor, dan lain sebagainya. Belum lagi potensi kekerasan dan pelecehan berseliweran di luar sana.
Invest in Women, Gagasan Kapitalisme
Untuk itu, perlu dipahami bahwa sesungguhnya sistem hidup kapitalisme yang melahirkan gagasan invest in women telah menyebabkan kesengsaraan hidup pada manusia. Masalah kemiskinan dan kesulitan ekonomi saat ini disebabkan penerapan sistem ekonomi kapitalisme itu sendiri, bukan dikarenakan tidak setaranya gender dalam dunia kerja atau tidak diberdayakannya perempuan.
Kapitalisme pula yang memandang perempuan sebagai aset untuk meningkatkan perekonomian negara sebab materi merupakan asas dari ideologi ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kebijakan kapitalisme berporos pada perekonomian, termasuk pemberdayaan perempuan.
Ketika kapitalisme telah gagal dalam menghapuskan kemiskinan dan ekonomi menjadi makin sulit, perempuan yang kemudian menjadi sasaran untuk menggerakkan perekonomian. Kesetaraan gender yang digaungkan, hanya kamuflase semata dengan iming-iming perempuan tidak lagi menjadi makhluk kelas dua sehingga dapat didorong untuk turut serta menggerakkan ekonomi negara. Jadi kemajuan yang diharapkan dari invest in women dengan paradigma kapitalisme, sukar diwujudkan dan menyisakan kemalangan bagi perempuan.
Paradigma Islam terhadap Invest in Women
Berbeda halnya jika paradigma Islam yang digunakan. Islam memandang bahwa negara bertanggung jawab memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan hidup masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk kesempatan belajar dan berkarya. Islam memiliki mekanisme sempurna dalam menyejahterakan seluruh rakyat, termasuk nonmuslim, yaitu dengan penerapan sistem ekonomi Islam.
Di dalam Islam, sumber daya alam, termasuk di dalamnya tambang, hutan, laut dan lainnya, merupakan kepemilikan umum yang dikelola oleh negara dan hasilnya harus dikembalikan kepada umat, baik dalam bentuk infrastruktur, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan lain-lain dan haram dimiliki individu. Dengan ini, ketimpangan ekonomi dapat dihindari.
Selain itu, terdapat juga pemasukan negara berupa zakat yang diperuntukan bagi delapan asnaf yang telah ditetapkan syariat sehingga orang-orang fakir miskin yang termasuk di dalamnya dapat keluar dari kemiskinan. Negara juga akan membuka lapangan pekerjaan, terutama bagi laki-laki karena mereka memiliki kewajiban mencari nafkah. Penyediaan modal usaha tanpa bunga, lahan pertanian, maupun industri padat karya juga salah satu solusi yang dilakukan negara.
Perempuan Mulia dengan Islam
Perempuan dalam Islam memiliki hak untuk belajar, berkarya, dan boleh bekerja. Namun, tanpa meninggalkan kewajiban utama mereka sebagai ibu dan pengurus rumah. Malah sebenarnya investasi terbesar terhadap perempuan adalah dengan mendidiknya agar memahami peran mulia mereka karena dengan itu mereka akan melahirkan generasi gemilang pada masa yang akan datang.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi perempuan-perempuan pada masa Rasulullah dan para sahabat serta pada masa kekhilafahan setelahnya. Sebut saja Bunda Aisyah ra. yang merupakan seorang perawi hadis perempuan terbanyak yang darinya banyak sahabat hebat berguru. Beliau tetap berkarya, tetapi tidak meninggalkan fitrahnya. Di dalam Islam, perempuan didorong untuk belajar dan berkarya, bukan untuk pertumbuhan ekonomi semata.
https://narasipost.com/opini/11/2020/keadilan-dalam-khilafah-bagi-perempuan/
Inilah sesungguhnya investasi yang membawa pada kesejahteraan dan kemajuan, bukan investing in women yang justru mebawa pada kemalangan. Dengan kebijakan-kebijakan tersebut, masyarakat tidak lagi kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Laki-laki dapat fokus mencari nafkah dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Sementara itu, perempuan tidak harus banting tulang demi ekonomi keluarga, bahkan negara. Mereka dapat membangun peradaban yang maju dengan tenang. Untuk itu, dibutuhkan penerapan syariat dengan sempurna sehingga membawa negeri dipenuhi berkah. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt.,
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ
Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).
Wallahua'lam bishawab.
Nasib perempuan di ujung tanduk seirimg dengan nasib generasi saat ini dan akan datang. Tanpa sentuhan perempuan, anak tumbuh fisik tapi tidak jiwanya. Tatkala perempuan hanya dilihat dari sudut ekonomi, demikian juga mereka memandang kesuksesan mendidik anak. Tujuannya sebatas mencari uang. Rantai pemikiran akibat sistem kapitalisme
Perempuan menjadi ajang investasi? Sungguh miris. Hanya Islam yang memuliakan kaum perempuan
Kapitalis oh kapitalis... Tak habis" Makarnya ada saja ide" Aneh bermunculan kapan pula sadarnya bahwa wanita dalam Islam sudah sungguh di muliakan posisinya sebagai ibu peradaban.
Bukannya fokus membesarkan peran itu justru menggerus dr seluruh penjuru... Sungguh racun berbalut madu.