Banyak penyebab seseorang memutuskan untuk bunuh diri. Namun, semua ini terjadi karena penerapan sistem kapitalisme sekuler.
Oleh. Umul Istiqomah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Baru-baru ini, publik digegerkan dengan berita penemuan empat orang mayat. Mereka diduga bunuh diri dengan melompat dari rooftop sebuah apartemen pada Sabtu, 9 Maret 2024. Kepala Kepolisian Sektor Penjaringan, Jakarta Utara, Komisaris Agus Ady Wijaya, menjelaskan identitas keempat orang tersebut, di antaranya EA (50), EL (52), JL (15), dan JWA (usia belum diketahui). (tempo.co, 09/03/2024)
Dari informasi yang diterima, keempat jenazah tersebut akan dikremasikan di Krematorium Grand Heaven lantai 5. Namun, sebelum melakukan proses kremasi, jenazah akan lebih dahulu disemayamkan sesuai ajaran agama Buddha di Rumah Duka Grand Heaven Lantai 10, Economy Room, Penjaringan, Jakarta Utara. Sejumlah keluarga dan kerabat berdatangan silih berganti untuk menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam. Awan duka menyelimuti suasana haru kala itu. Hingga berita ini dimuat, perwakilan pihak keluarga belum bersedia menjelaskan perihal latar belakang kejadian bunuh diri yang menewaskan satu keluarga tersebut, karena masih dalam suasana berduka. (beritasatu.com, 11/03/2024)
Bunuh Diri, Fenomena Berulang
Kejadian bunuh diri bukanlah hal yang baru di masyarakat. Bahkan, bunuh diri seolah telah menjadi jalan yang biasa ditempuh oleh orang-orang yang memiliki persoalan hidup nan pelik dan tak kunjung menemukan jalan keluar. Belakangan ini, muncul tren bunuh diri yang dilakukan tidak hanya seorang diri, melainkan secara massal, bahkan bersama keluarga.
Bunuh diri sekeluarga juga pernah terjadi beberapa bulan lalu di Malang. Satu keluarga melakukan bunuh diri massal dengan menyisakan satu anak yang masih hidup. Sungguh miris, siapa pun pasti teriris hatinya menyaksikan maraknya bunuh diri yang sebenarnya tidak dibenarkan oleh agama, apa pun alasannya.
Selain itu, peristiwa bunuh diri selalu menyisakan misteri yang sulit ditelusuri. Pasalnya, bunuh diri dilakukan satu keluarga seperti yang terjadi di Penjaringan, tanpa ada saksi kunci yang dapat menguak penyebab di balik kejadian tragis tersebut. Alhasil, publik hanya menerka-nerka motifnya, bisa jadi karena masalah ekonomi, seperti terlilit utang. Demikianlah, masalah hidup bisa membawa seseorang kepada perasaan putus asa dalam menghadapi persoalan hidupnya.
Tekanan Hidup di Dalam Sistem Kapitalisme
Banyak sekali kemungkinan penyebab seseorang bisa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Ada yang karena persoalan ekonomi, cinta, stres, dll. Namun, singkatnya semua ini terjadi karena penerapan sistem yang salah dalam menjalani kehidupan saat ini, yaitu sistem kapitalisme sekuler.
Kapitalisme menjadikan riba marak. Akibatnya, banyak orang depresi hingga bunuh diri karena utang ribawi. Selain itu, dari segi pendidikan, sistem ini menghasilkan generasi yang memiliki daya juang rendah, ingin serba instan, dan memiliki mental yang lemah sehingga banyak yang mengalami mental illness atau penyakit mental.
Kapitalisme juga menghasilkan masyarakat yang individualis alias tidak mau peduli dengan masalah orang lain. Padahal, mungkin saja orang tersebut butuh bantuan. Walhasil, orang tersebut tidak terkoneksi dengan kehidupan sosial. Inilah yang disebut isolasi sosial yang menyebabkan seseorang merasa kesepian hingga muncul faktor-faktor yang mencetuskan keinginan untuk bunuh diri.
https://narasipost.com/opini/07/2022/putus-asa-berujung-duka/
Masalah di atas hanyalah sebagian kecil dari begitu banyaknya masalah yang terjadi, akibat diterapkannya sistem kapitalisme sekuler yang rusak. Di dalam kapitalisme, standar kebahagiaan yang ingin diraih manusia adalah materi. Oleh karenanya, manusia berusaha mengejar materi, meskipun harus berbenturan dengan aspek yang lain.
Namun, maraknya bunuh diri tidaklah disebabkan persoalan inividu semata, melainkan ada peran penting negara. Negara tidak memiliki aturan atau solusi yang efektif untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri. Hal ini karena sistem kapitalisme tegak di atas asas sekularisme, yakni menjauhkan agama dari kehidupan sehingga membuka peluang lebar bagi seseorang untuk menghabisi dirinya sendiri karena tekanan hidup dari berbagai sisi.
Bunuh Diri Menurut Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam, penyebab utama seseorang melakukan bunuh diri tentunya karena kurangnya keimanan mereka terhadap adanya kehidupan akhirat, yaitu bahwa akan ada perhitungan terhadap amal manusia (yaumil hisab). Saat itu, semua ucapan dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
Artinya, masalah tidak akan selesai dengan mengakhiri hidup. Bahkan justru memunculkan masalah baru di kehidupan akhirat nanti. Hal ini karena sejatinya dunia ini bukanlah akhir dari perjalanan hidup manusia. Kehidupan manusia terbagi menjadi tiga fase, yakni kelahiran, kematian, dan kebangkitan. Setelah dibangkitkan, manusia akan terbagi menjadi dua golongan, yaitu ashabul yamin (golongan kanan) dialah ashabul janah (penghuni surga), dan ashabusy syimal (golongan kiri) dialah ashabunnaar (penghuni neraka).
Lantas, termasuk golongan mana seseorang yang memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? Bunuh diri merupakan perbuatan yang terlarang dalam agama Islam, apa pun alasannya. Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 29-30, yang artinya,
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Siapa pun yang mengadakan hal demikian, yakni menyalahi hukum Allah dan berbuat aniaya maka kelak Kami akan melemparkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah perkara yang sangat mudah bagi Allah.”
Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa pelaku bunuh diri tergolong ke dalam golongan kiri, yakni penghuni neraka, naudzubillahimindzalik.
Islam Menjaga Akidah Umat
Di dalam negara yang menerapkan aturan Islam, perbuatan yang dilarang agama tidak akan dibiarkan menjadi sebuah kewajaran yang terus berulang. Semua akan diurus tuntas dengan solusi yang mengakar, bukan hanya di permukaan.
Untuk menyelesaikan masalah maraknya kasus bunuh diri, negara Khilafah akan melakukan hal-hal berikut:
Pertama, negara akan memenuhi kebutuhan ruhiyah rakyatnya dengan cara menjaga dan meluruskan akidah umat, yakni menjelaskan bahwa kehidupan setelah mati itulah yang kekal, dan akan ada hisab tentang apa yang sudah dilakukan di dunia.
Kedua, negara akan hadir sebagai pelayan umat. Rakyat akan dijamin kesejahteraannya sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan jasadiyah sehingga tidak ada lagi masalah yang menyangkut kebutuhan primer yang bisa menjadi faktor seseorang mengalami stres berlebihan, hingga putus asa dalam menjalani kehidupannya.
Kolaborasi antara pemenuhan ruhiyah dan jasadiyah ini penting untuk mencegah terjadinya perbuatan bunuh diri. Oleh karena itu, penerapan Islam secara menyeluruh akan membentuk individu yang kukuh keimanannya. Dengan demikian, takwa dan tawakal menjadi sumber kekuatan dalam menjalani kehidupan di dunia, demi meraih kebahagiaan yang hakiki, yakni rida Allah Swt.
Wallahua’lam bishawab.[]
Kejadian terus berulang menandakan tak ada solusi tuntas yang diberikan