Tujuan diadakannya ajang Best Diplomats ini agar mampu berpikir kritis, namun yang terjadi justru pemikiran itu dijauhkan dari agamanya.
Oleh. Suryani
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pegiat Literasi)
NarasiPost.Com-Sebuah kabar datang dari Kabupaten Bandung. Dua pemudi berbakat asal Majalaya terpilih mewakili Indonesia di Ajang Best Diplomats di Istanbul, Turki, yang berlangsung dari tanggal 1 sampai 4 Maret. Apresiasi tinggi langsung diberikan Ketua DPD KNPI Rifki Fauzi, yang menyatakan kebanggaannya terhadap dua gadis tersebut.
Rifki menyatakan bahwa di Turki keduanya akan mempromosikan kebudayaan dan pariwisata serta potensi lain yang ada di Kabupaten Bandung. Tentu hal ini baik dan akan menjadi pengalaman serta pengetahuan yang berharga bagi mereka, di samping akan mampu untuk meningkatkan keterampilan dalam melobi, berpikir kritis, dan negosiasi. (Ketik.co.id, 6 Maret 2024)
Best Diplomats yang berkantor pusat di New York merupakan lembaga penyelenggara simulasi diplomatik yang didedikasikan untuk menanamkan keterampilan diplomasi di kalangan pemuda, dengan fokus utamanya yaitu pelatihan dan pengembangan diplomat masa depan. Dengan ini diharapkan para pemuda akan terlibat aktif dalam perubahan dan terlibat dalam dialog konstruktif untuk mengatasi masalah-masalah global yang mendesak.
Sepintas ajang ini membawa angin segar bagi yang menginginkan keadaan lebih baik, serta menjadi solusi bagi terciptanya para pemuda yang cerdas dan mampu berpikir kritis atas kondisi yang ada juga mempunyai kredibilitas dalam menyongsong perubahan. Namun benarkah hal ini mampu untuk mewujudkannya? Ke arah mana sebenarnya mereka akan dibawa?
Mengingat ajang ini dibuat oleh mereka pengusung sistem kapitalisme. Di mana cara pandang perubahannya pun dilihat dari kacamata yang diembannya bukan dari pandangan Islam, tentu hasil yang didapat pasti akan berbeda. Hingga wajar timbul pertanyaan akan ke mana sebenarnya potensi para pemuda ini akan dibawa? Yang pasti dimanfaatkan sesuai kepentingan mereka. Apalagi ajang ini dilakukan di Istanbul, Turki ibu kota negara yang dikenal dengan kesekulerannya.
Rupanya bonus demografi di Indonesia menjadi sasaran empuk bagi sistem yang eksis saat ini. Mereka berusaha untuk mengalihkan pandangan dan segala potensi para pemuda agar mencukupkan diri sekadar mencari kepuasan duniawi dan materi, terlebih mereka hanya dijadikan penyokong bisnis para kapital. Sedangkan tujuan diadakannya ajang Best Diplomats ini agar mampu berpikir kritis, namun yang terjadi justru pemikiran itu dijauhkan dari kebanggaan dan kecintaan terhadap agamanya, sebaliknya merasa bangga pada peradaban Barat.
Bisa kita saksikan, kerusakan merebak di kalangan para pemuda, gaya hidup hedonis, individualis, food, fun, fashion yang senantiasa berkiblat ke Barat, ditambah aksi tawuran, geng motor, narkoba, kriminal, seks bebas bahkan LGBT menjamur seolah menjadi budaya saat ini. Penyebab semua itu adalah karena penerapan sistem kapitalisme sekuler, yang telah menjauhkan agama dari kehidupan dan memuja dunia. Maka dari itu diperlukan perubahan yang sistemis pula untuk mengatasinya.
Pemuda Bersinar dalam Naungan Islam
Islam hadir untuk seluruh manusia. Aturan yang ada didalamnya mampu menjadikan para pemuda kembali kepada jati dirinya sebagai hamba Allah juga agen perubahan dalam mewujudkan kebangkitan. Mereka senantiasa dipenuhi keimanan, ketaatan, keberanian amar makruf nahi mungkar, serta keteguhan dalam membela agama dan yakin akan kemenangan yang dijanjikan Allah Swt. sebagaimana firman-Nya:
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama, cukuplah Allah sebagai saksi". (TQS. Al-Fath ayat 28)
Negara hadir melindungi rakyatnya dari gempuran pemikiran di luar Islam, terutama para pemuda yang akan menggantikan kepemimpinan setelahnya. Dimulai dari sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, diberikan mulai dari keluarga, sekolah hingga perguruan tinggi, tentu dengan akses yang mudah, gratis dan berkualitas, karena pendidikan merupakan kebutuhan umum yang wajib disediakan negara. Ditambah kontrol dari masyarakat yang mempunyai budaya amar makruf nahi mungkar.
Walaupun anggarannya besar namun pasti bisa dipenuhi, karena ditopang oleh sistem ekonomi Islam. Di mana pos pendapatannya bisa didapat dari sumber berupa jizyah, kharaj, fai, ghanimah juga dari harta kepemilikan umum seperti SDA yang dikelola negara dan hasilnya dikembalikan untuk kepentingan rakyat. Sehingga bonus demografi yang dikaruniakan kepada bangsa ini akan membawa keberkahan.
Hal tersebut telah terbukti di masa kejayaan Islam. Negara mampu mencetak para ilmuwan-ilmuwan sekaligus ulama faqih fiddin yang rujukan keilmuannya masih kita rasakan hingga saat ini. Sebut saja Ibnu Sina dan Abdul Qasim az-Zahrawi sebagai penemu di bidang kedokteran, ar-Razi ilmu sains, al-Biruni dan al-Khawarizmi yang mengenalkan ilmu matematika, dan masih banyak cendekiawan yang lainnya.
Aturan Islam diterapkan dan berjalan saling berkaitan, hingga terbentuk menjadi sistem kehidupan yang dinaungi negara. Maka seharusnya para pemudalah yang menjadi garda terdepan dalam mengembalikan kejayaan Islam agar kembali bersinar menyinari dunia sebagaimana yang dialami kaum terdahulu. Itulah hakikatnya arah perubahan yang seharusnya diemban oleh para pemuda. Sudah seharusnya perubahan ke arah Islam terus menerus digelorakan kepada benak umat muslim agar bersatu untuk mewujudkannya.
Wallahu a'lam bi shawab.
Ajang seperti ini memang dianggap mampu melejitkan potensi pemuda. Sayangnya, sistem kapitalisme yang melandasinya kerap membuat potensi pemuda hanya dimanfaatkan untuk kepentingan sistem ini.
Jazakunnallah Narasi post semoga medianya selalu eksis dan terdepan dalam dakwah