Pola Asuh Salah Siapa?

"Orang tua berperan penting dalam mendidik generasi. Seorang ayah bagaikan kepala sekolah yang memimpin keluarga dan mengarahkan keluarganya ke jalan yang benar. Sedangkan peran ibu, ibarat seorang guru yang langsung mendidik anaknya, juga berperan sebagai madrasah pertama bagi anaknya."

Oleh. Lastri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Polisi menetapkan Mario Dandy Satriyo (20), anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu manjadi tersangka atas penganiayaan terhadap David (17) putra dari salah satu pengurus GP Anshor.

Menkopolhukam Mahfud MD menegaskan, negara tetap menyeret Mario Dandy ke pengadilan. Mahfud mengaku tak habis pikir ada anak pejabat yang tega menganiaya seseorang hingga koma. Orang tua dari Mario Dandy juga harus bertanggung jawab atas tindakan anaknya. Orang tua dari Mario Dandy sudah dicopot dari jabatannya. Meski demikian, hukum pidana sang anak tetap berlanjut, hanya dicopot hukum administrasinya saja. (krjogja.com,24 Februari 2023)

Salah satu hal yang dikaitkan dengan perilaku buruk anak adalah kesalahan pola asuh dalam keluarga. Apalagi keluarga adalah figur bagi anaknya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaksiapan dalam berperan sebagai orang tua.

Sebagaimana hadis Rasulullah saw. berikut:
"Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama." (HR. Ibnu Majah)

Sangat penting untuk mengajarkan tata krama kepada anak agar bisa berbuat baik kepada sesamanya. Dalam mendidik anak dibutuhkan ilmu agar menjadi anak yang berkepribadian Islam. Peran orang tua adalah satu keniscayaan, sehingga seharusnya menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Namun saat ini hal tersebut justru tidak didapatkan di sistem pendidikan Indonesia.

Sistem pendidikan yang menggunakan sistem kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan hanya mencetak generasi yang berorientasi pada materi semata. Kesadaran akan pentingnya ilmu menjadi orang tua malah menjadi peluang bisnis dalam sistem kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme, semua hal hanya diukur oleh materi. Jika ingin mendapatkan layanan terbaik, maka harus mengeluarkan biaya yang besar.

Faktor Lingkungan

Kesalahan orang tua dalam mendidik juga memengaruhi lingkungan pertemanan. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis,

"Adapun penjual minyak wangi, jika engkau dekat dengannya, maka paling tidak akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, jika engkau dekat dengannya, maka mendapatkan bau yang tidak enak atau bajumu terbakar." (HR. Bukhori No. 5534 dan Muslim No. 2628)

Maka, sangat penting untuk memilih lingkungan pertemanan yang baik karena lingkungan pertemanan memengaruhi kualitas hidup seseorang. Sistem kapitalisme yang sudah cacat dari lahir hanya menciptakan generasi yang bermoral kriminal. Tidak tegasnya hukum membuat seseorang tidak takut berbuat kejahatan.

Mendidik Anak ala Islam

Hal ini dapat dimulai dari diri orang tua. Orang tua akan mencontohkan perilaku yang baik, seperti salat tepat waktu, berbuat baik, dan lain sebagainya. Maka, anak akan mencontoh perbuatan orang tuanya. Orang tua harus lembut mengajarkan dan menyuruh anak melaksanakan salat. Jika anak sudah berusia 10 tahun namun anak belum mau melaksanakan salat, maka dibolehkan untuk memukul bagian pantat namun jangan sampai menyakiti.

Jangan lupa ceritakan kisah inspiratif, sehingga anak menjadi termotivasi untuk menjadi anak yang baik. Mengenalkan tokoh Islam pada anak juga salah satu cara yang baik untuk dilakukan. Banyak sekali tokoh Islam yang berjuang demi tegaknya Islam di muka bumi, diharapkan anak bisa mencontoh para tokoh Islam. Terbukti 1.300 tahun lamanya Islam menjadi ideologi yang mencetak generasi cemerlang dan bermanfaat bagi umat, seperti Imam Syafi'i, Al-Khawarizmi, dan lain-lain.

Oleh karena itu, orang tua berperan penting dalam mendidik generasi. Seorang ayah bagaikan kepala sekolah yang memimpin keluarga dan mengarahkan keluarganya ke jalan yang benar. Sedangkan peran ibu, ibarat seorang guru yang langsung mendidik anaknya, juga berperan sebagai madrasah pertama bagi anaknya. Orang tua akan menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia agar selamat di akhirat, yaitu dengan jalan menempuh pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam.

Pilar-pilar Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak generasi yang paham matematika, berbagai ilmu sains, dan teknologi, juga menjadikan generasi berkepribadian Islam. Inilah bentuk tanggung jawab negara sebagaimana yang disyariatkan dalam Islam, yakni mencetak generasi yang tidak hanya unggul di bidang sains dan teknologi, namun juga unggul dalam kesalehan dan ketakwaan. Masyarakat pun memiliki andil besar dalam membentuk kepribadian generasi. Masyarakat yang memiliki satu pemikiran, perasaan, dan aturan Islam akan senantiasa melakukan kontrol sosial. Dalam hal ini melakukan amar makruf nahi mungkar ketika terjadi perilaku-perilaku negatif di tengah masyarakat.

Yang tidak kalah penting adalah peran keluarga di dalam rumah. Negara akan memfasilitasi para orang tua dalam mendidik anaknya. Hal ini dalam rangka memupuk serta meningkatkan ketakwaan individu pada anak-anak sejak dini. Agar kelak anak-anak yang menjadi generasi penerus, mampu menjadi sosok pemimpin yang bertakwa, menjalankan segenap aturan Islam agar terterapkan secara kaffah di muka bumi.

Keunggulan pendidikan dalam Islam tak hanya dinikmati oleh muslim, namun juga nonmuslim yang secara rela menyerahkan harta dan darahnya pada pemimpin kaum muslim. Pendidikan dalam Islam tentu dinikmati secara gratis dan dengan kualitas terbaik. Sangat berbeda dengan sistem pendidikan kapitalisme saat ini, antara pemerintah dan rakyat hanya sebatas hubungan seperti pedagang dan pembeli saja.

Oleh karena itu, kita butuh sistem Islam. Sebab, semua itu hanya bisa terwujud jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dalam institusi Khilafah. Keberadaan sistem Islam akan mencabut akar sistem kapitalisme yang masih menancap kuat di kehidupan sampai hari ini, di mana berbagai kejahatan masih melanglang di mana-mana dan mengintai generasi kapan saja. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Lastri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Muslim Indonesia Darurat Baca Al-Qur'an, Imbas Ketiadaan Khilafah!
Next
Sampai Kapan pun Palestina Tak Bisa Dimusnahkan!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram