Maraknya Thrifting: Bukti Gagalnya Negara Menjamin Sandang Rakyat

"Maraknya thrifting memperlihatkan ketidakmampuan rakyat untuk membeli pakaian yang baru. Sehingga mereka berbondong-bondong membeli pakaian bekas. Maraknya thrifting sekaligus memperlihatkan bahwa rakyat mengalami kemiskinan."

Oleh. Sri Retno Ningrum
(Kontributor NarasiPosts.Com)

NarasiPost.Com-Baru-baru ini Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa impor baju bekas disetop. Beliau berpendapat impor baju bekas dinilai merugikan industri dalam negeri. Pemerintah pun meminta kepolisian, Bea dan Cukai hingga Kementerian Perdagangan untuk menegakkan larangan impor baju bekas. Sebelumnya juga sudah ada aturan pelarangan impor baju bekas yakni melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag No. 18 tahun 2021 (Detikfinance, 19/3/2023).

Thrifting merupakan sebuah aktivitas berbelanja pakaian bekas dengan maksud agar pembeli mendapatkan harga yang lebih murah. Baru-baru ini thrifting sangat diminati oleh masyarakat Indonesia terlebih thrifting yang branded namun harganya murah.

Selain itu, aktivitas belanja adalah aktivitas yang disukai oleh para perempuan apalagi dengan harga murah. Sehingga tak heran thrifthing lebih dipilih masyarakat saat ini. Akan tetapi, hal tersebut telah menyebabkan penurunan omset penjualan dari industrii tekstil dalam negeri. Omset penjualan mereka turun sehingga hal tersebut membuat pendapatan pemerintah melalui pajak menjadi berkurang.

Lebih jauh lagi, maraknya thrifting memperlihatkan ketidakmampuan rakyat untuk membeli pakaian yang baru. Sehingga mereka berbondong-bondong membeli pakaian bekas. Maraknya thrifting sekaligus memperlihatkan bahwa rakyat mengalami kemiskinan.

Tak bisa dimungkiri bahwa akibat dari penerapan sistem kapitalisme telah melahirkan rakyat yang miskin. Kebutuhan hidup seperti sembako, gas, listrik, air, dan lain-lain harus dipenuhi rakyat dengan harga yang mahal terlebih disaat bulan Ramadan seperti ini, harga-harga pangan merangkak naik. Demikian pula, kebijakan penguasa dalam sistem kapitalisme menambah kesengsaraan rakyat, seperti: kebijakan penarikan pajak dan pungutan liar lainnya. Walhasil dapat disimpulkan bahwa negara telah gagal menjamin kebutuhan rakyat.

Di sisi lain, maraknya thrifting disebabkan gaya hidup hedonisme yang menjadi buah dari diterapkannya sistem kapitalisme. Kapitalisme yang memiliki standar kebahagiaan seseorang adalah untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya materi. Tak heran ketika ada thrifting, baik barang itu dibutuhkan seseorang atau sekadar mengikuti tren tetap laris manis.

Pada hakikatnya sandang termasuk kebutuhan hidup rakyat. Oleh karena itu, sebagai penguasa maka negara wajib menyediakan sandang pada rakyat dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang mumpuni. Karena sejatinya penguasa atau pemimpin adalah pelayan bagi rakyat. Sebagaimanaa Rasulullah saw. bersabda: “Imam atau khalifah adalah pemelihara urusan rakyat, ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Akan tetapi, sangat disayangkan penerapan sistem kapitalisme telah gagal melahirkan penguasa yang mempu memelihara rakyat. Maka dari itu, dibutuhkan sistem sahih yang dapat mengantarkan rakyat pada kesejahteraan hidup. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam atau sistem Khilafah.

Sistem Islam atau Khilafah memiliki mekanisme dalam merelisasikan tanggung jawabnya sebagai pengurus rakyat. Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang mencakup adanya distribusi terhadap kepemilikan harta yang menjadi milik individu, umum, maupun negara. Adapun terkait SDA seperti: hutan, hasil laut dan hasil pertanian termasuk kepemilikan umum. Semua itu dikelola negara dan hasilnya untuk kemaslahatan rakyat. Harta tersebut disimpan ke dalam Baitulmal. Negara juga memiliki pemasukan yang berasal dari zakat, fa’i, ganimah, anfal, kharaj, jizyah, usyur, khumus, rikaz yang hasilnya dimasukkan ke dalam Baitumal. Pun negara akan menjamin harga kebutuhan sandang, pangan dan papan tetap stabil sehingga rakyat mampu membelinya.

Sungguh dengan penerapan sistem Islam akan mampu mengantarkan rakyat pada kesejahteraan karena semua kebutuhan hidup dipenuhi dengan harga terjangkau. Bahkan untuk kebutuhan kesehatan, keamanan dan pendidikan diberikan negara dengan gratis, yang berasal dari hasil pengelolaan SDA. Maka sudah selayaknya kita beralih dari sistem kapitalisme menuju sistem Islam. Lebih dari itu dengan penerapan sistem Islam tidak ada rakyat yang memilih untuk thrifting karena harga sandang baru harganya murah. Wallahu a'lam bisshawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Sri Retno Ningrum Kontributor NarasiPost.Com
Previous
NarasiPost.Com adalah Rumah
Next
Sejumput Kisahku dan NP
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram