Konser Blackpink dan Rapuhnya Mental Generasi

”Lengkaplah penjarahan generasi kali ini, pola pikir dan pola sikapnya dijejali dengan budaya asing, sementara finansialnya dikuras.”

Oleh. Atiqoh Shamila
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Group vokal wanita asal Korea Selatan, Blackpink mengguncang Jakarta. Konsernya yang bertajuk “Word Tour (Born Pink) telah digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada akhir pekan lalu. Dikutip dari Korea Herald (12/03/23), Grup K-Pop ini mendapat penghargaan dari 'Guiness World Records' sebagai kelompok penyanyi perempuan yang paling banyak didengar di Spotify seluruh dunia.

Sederet prestasi kelas dunia mampu disabet oleh grup vokal wanita ini. Lagu-lagunya telah didengar sebanyak 88,8 miliar kali per 3 Maret 2023. Salah satu lagunya menduduki posisi pertama di tangga lagu Spotify global mingguan. Prestasi ini menjadi yang pertama dipegang oleh grup K-pop. Otomatis jumlah subscribernya pun terbanyak di YouTube bahkan jumlah pengikut di Spotify mencapai 38 juta (CNBC, 12/03/23)

Rela demi Idola

Sebagai grup vokal wanita yang sedang naik daun maka tak heran jika konsernya di negeri ini memperoleh sambutan yang luar biasa terutama dari kawula muda. Mereka tidak ragu merogok kocek hingga puluhan juta demi bisa menonton konser ini. Bagi yang di luar kota, rela jauh-jauh datang ke Jakarta hanya untuk sekadar menyaksikan pagelaran ini. Mereka pun dengan senang hati meluangkan waktu berhari-hari untuk bisa melihat langsung konser idolanya. Padahal, untuk menonton konser bukan hanya biaya yang disiapkan, tapi tetek bengek yang berkaitan dengan konser pun harus siap. Rela berdesak-desakan, rebutan memperoleh tiket dan sudi kehilangan waktu berjam-jam hanya untuk kesenangan sesaat. Sungguh di luar nalar.

Andil Negara

Negara pun memfasilitasi konser yang menawarkan budaya liberalisme ini, termasuk pengerahan personel keamanan yang tidak sedikit. Sebanyak 1022 personel dikerahkan Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk pengamanannya. Pengamanan yang luar biasa menjadi indikasi tersirat bahwa negara pun memberi dukungan pada konser ini.

Sungguh ironis, ditengah persoalan ambruknya moral generasi, negara menjadi fasilitator konser yang meracuni generasi muda dengan konsep yang berakar dari budaya luar. Konser lintas negara grup K-pop ini telah berhasil membius kaum muda dengan memanfaatkan kelabilan jiwa anak muda, menguras kantong mereka dan membuat mereka terpesona hingga apa pun bisa dikorbankan demi idolanya. Bukankah ini berpotensi menambah rusaknya generasi?

Konsep yang diusung Blackpink tak sekadar lagu terlaris belaka, namun ada budaya asing yang disuguhkan. Umbar aurat sudah pasti, gaya hidup hedonis terpampang nyata dan menyia-nyiakan waktu untuk sesuatu yang nirmanfaat menjadi keniscayaan. Bagi pemuda muslim yang berjiwa labil, sangat mudah untuk ikut-ikutan tren karena mereka butuh pengakuan eksistensi sebagai pemuda yang kekinian. Mirisnya lagi, di tengah kesulitan ekonomi yang melanda negeri ini, sebagian pemuda dengan mudahnya mengeluarkan uang yang jumlahnya jutaan rupiah hanya sekadar untuk hiburan. Lengkaplah penjarahan generasi kali ini, pola pikir dan pola sikapnya dijejali dengan budaya asing, sementara finansialnya dikuras.

Maka melemahkan generasi muslim dengan cara halus ini bukanlah sesuatu yang sulit. Apalagi negeri muslim dianggap pasar terbesar industri K-pop. Mereka pun akan menjelma menjadi generasi yang tidak punya prinsip, krisis identitas dan mempunyai jiwa pembebek.

Nyinyir pada Kebaikan

Sungguh berbeda sikap terhadap berbagai kebaikan yang ditampilkan pemuda yang membaca Al-Qur’an di sepanjang Malioboro, aktivis rohis bahkan dicap teroris. Tak sedikit warganet yang nyinyir dengan aktivitas ini. Umumnya mereka berpendapat, membaca Al-Qur'an hanya pantas di dalam masjid atau musala. Sementara kemaksiatan sah-sah saja di ruang publik. Kebaikan dikecam, tontonan yang tidak bisa jadi tuntunan diapresiasi luar biasa. Inilah potret masyarakat dan pemuda produk sistem sekuler kapitalis. Tidak punya tujuan hidup yang jelas, salah meletakkan prioritas dan tidak punya panduan yang baku bagaimana menjalani kehidupan agar kebahagiaan hakiki tercapai.

Sungguh tampak nyata wajah negara tanpa visi yang jelas terhadap generasi. Kaum muda tumbuh menjadi generasi yang rapuh. Generasi yang mudah terbawa arus modernisasi yang notabene jauh dari ajaran Islam. Mereka tidak mampu memilah dan memilih sikap dan perbuatan yang mengantarkan pada kemuliaan. Degradasi moral menjadi suatu kepastian. Jika kondisi ini terus berlangsung jangan heran jika musibah demi musibah yang menimpa negeri ini tak kunjung usai.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Anfal (8) ayat 25

وَا تَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآ صَّةً ۚ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ

"Peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya"

Generasi dalam Islam

Islam memiliki visi yang jelas atas generasi, sebagai pembangun peradaban Islam yang mulia. Islam menjadikan negara sebagai pihak yang akan mewujudkannya, mengintegrasikan misi mencetak generasi berkepribadian Islam dalam seluruh bidang kehidupan. Sebagaimana generasi terdahulu, tidak sedikit pemuda-pemuda Islam yang berkiprah sebagai penentu perubahan dari jahiliah menjadi peradaban mulia.

Islam harus menjadi landasan pokok dari setiap problem manusia, apalagi dalam mencetak generasi yang tangguh. Mulai dari pendidikan, kurikulumnya wajib berbasis akidah Islam. Karena akidah menjadi fondasi keimanan, jika fondasinya kokoh maka sekuat apapun terpaan budaya asing akan mampu ditangkal. Sistem ekonominya, sistem ekonomi Islam menjamin kesejahteraan rakyatnya karena pengelolaan sumber daya alamnya tepat sesuai juknis dari Sang Maha Pencipta. Ibu tidak perlu berjibaku di ranah publik untuk mencari nafkah, cukup di rumah fokus mendidik anak. Mewujudkan generasi yang saleh/salihah adalah tugas seorang ibu.

Maka negara mempunyai andil besar dalam mewujudkan generasi yang cemerlang. Negaralah yang berhak membuat regulasi yang dapat menyelamatkan generasi dari kebobrokan moral. Negara pun bisa membuat kebijakan yang tegas terhadap berbagai kemaksiatan yang mengancam generasi muda. Jika negara berperan aktif dalam mengawal rakyatnya agar tidak terjerembap ke lembah maksiat maka akan tercipta suasana yang kondusif bagi peningkatan ketaatan individu. Ketaatan individu yang didukung oleh sistem Islam inilah yang akan mampu menjadi benteng ketika gempuran budaya asing dimasifkan oleh musuh Islam. Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atiqoh Shamila Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Inspirasi dalam Narasi
Next
Risalah Cinta Untukmu sang Pionir
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram