Ketika Remaja Milenial Dilanda Krisis Identitas dan Dekadensi Moral

"Usia yang masih belia dan jauh dari pemahaman agama membuat remaja sulit untuk melakukan filtrasi terhadap sesuatu, baik pemahaman atau budaya asing. Akibatnya, mereka tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk."

Oleh. Diyani Aqorib S.Si.
(Aktivis Muslimah)

NarasiPost.Com-"Gue bingung, gue gak minta dilahirin, tapi pas gue hidup, gue dipaksa menyembah tuhan, kalo gak mau menyembah, gue dimasukin ke neraka, terus gue dilahirin cuma buat disiksa gitu?"

Sebuah caption di aplikasi TikTok sontak menjadi perbincangan. Ramai orang bercuitan di Twitter. Tidak sedikit yang menyebutnya kurang iman, bahkan menghujatnya habis-habisan.

Sebuah gambaran seorang remaja yang sedang mengalami krisis identitas. Dia tidak paham akan keberadaan dirinya di muka bumi dan untuk apa dia diciptakan. Mengapa dia harus menyembah Tuhan. Sebuah fenomena yang menggejala di kalangan remaja milenial saat ini.

Sungguh sangat miris ketika kita melihat dan mendapati informasi di berbagai media tentang fenomena yang dialami remaja beberapa tahun terakhir. Bukan hanya dilanda krisis identitas, tapi juga diperparah dengan adanya dekadensi moral. Mulai dari tawuran pelajar, seks bebas, penyalahgunaan narkoba, hingga pembunuhan antarteman.

Tak dimungkiri kemajuan teknologi dalam era globalisasi mengakibatkan perubahan sosial yang begitu cepat. Derasnya arus informasi, budaya, dan pemikiran-pemikiran asing masuk dan memengaruhi kehidupan masyarakat. Akibatnya peradaban dan gaya hidup Barat berkembang pesat di tengah masyarakat. Sementara, remaja menjadi sasaran empuk untuk menaburkan benih-benih perubahan sosial ke arah yang negatif.

Biang Keladi Kerusakan Remaja

Unit sosial terkecil dari susunan masyarakat adalah keluarga. Di dalamnya diberikan kehidupan yang utama dan pertama. Orang tua menanamkan pada anak-anaknya pemahaman agama, moral, nilai-nilai sosial, dan pendidikan yang baik. Pun harus dapat memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. Apabila seorang anak tidak mendapatkan itu semua dalam keluarganya, maka ketika beranjak remaja jiwanya akan rapuh dan mudah terbawa arus dalam pergaulan.

Lingkungan pergaulan sangat berperan penting dalam membentuk karakter seorang remaja. Apabila dia bergaul dengan lingkungan yang salah, maka potensi kerusakan moral akan semakin besar. Diperparah minimnya pemahaman agama dari keluarga, maka bahaya menanti di depan mata. Dari sinilah karakternya akan terbentuk, yang akan menentukan masa depannya di kemudian hari.

Usia yang masih terlalu muda dan jauh dari pemahaman agama membuat remaja sulit untuk melakukan filtrasi terhadap sesuatu, baik pemahaman atau budaya asing. Akibatnya, mereka tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Standar penilaiannya tentang kehidupan pun bebas dan tidak jelas. Bila dibiarkan terus-menerus maka norma-norma agama dan budaya yang berlaku akan terdegradasi oleh pemahaman dan budaya Barat. Efeknya mereka akan mengalami krisis identitas dan dekadensi moral akut.

Kondisi ini diperparah dengan penerapan sekularisme di negeri ini. Negara tidak mampu mengondisikan keimanan dan ketakwaan warga negaranya. Sebab, agama adalah wilayah privasi yang tidak membolehkan adanya campur tangan negara di dalamnya. Sehingga, agama harus dijauhkan sejauh-jauhnya dari kehidupan masyarakat.

Maka, tidak heran masalah kerusakan remaja tidak pernah bisa teratasi. Alih-alih memberikan solusi untuk menuntaskannya, justru kerusakan remaja semakin parah dari hari ke hari. Oleh karena itu, diperlukan solusi hakiki yang dapat menyelesaikan problem remaja di negeri ini.

Solusi Atasi Kerusakan Remaja

Dalam Islam sangat kecil kemungkinannya seorang remaja mengalami krisis identitas dan dekadensi moral. Mengapa? Karena Islam memiliki aturan yang sempurna untuk mencegah dan mengatasi permasalahan tersebut.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah penanaman akidah Islam yang kuat sejak usia dini. Dimulai dari lingkungan keluarga. Sehingga, mereka mengenal Rabb-nya dan memahami hakikat hidup di dunia.
Sesuai Al-Qur'an surah Az-zariyat ayat 56, yang artinya: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku."

Selain ketakwaan individu, kuatnya kontrol masyarakat akan sangat berpengaruh dalam mencegah kerusakan remaja. Seperti mencegah terjadinya tawuran atau kejahatan remaja lainnya. Sehingga, akan tercipta lingkungan yang kondusif yang diwarnai dengan ketakwaan.

Negara juga akan menguatkan akidah umat melalui sistem pendidikan. Pun mencegah dan menutup semua akses yang memungkinkan masuknya pemahaman ataupun budaya yang dapat merusak akidah dan akhlak umat, terutama para remaja. Dengan begitu, krisis identitas dan dekadensi moral remaja dapat dicegah dan diatasi. Dari sini akan muncul generasi-generasi penerus bangsa yang berakidah kuat dan berakhlak mulia. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Diyani Aqorib S.Si. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Be Wise dalam Sharing-Menyaring
Next
Ibu Cerdas, Waspadalah pada Riba Sejuta Wajah!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram