Kapitalisme, Biang Kerok Hilangnya Nurani Ibu

"Sistem sekuler kapitalislah yang secara sistemis memicu maraknya masalah kejiwaan kaum ibu. Maka agar kasus ini tidak berulang, solusinya tidak cukup dengan perbaikan kejiwaan individu pelakunya saja.

Oleh. Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Ke sekian kali kita menyaksikan berita demi berita ibu tega menganiaya bahkan membunuh buah hatinya sendiri. Mirisnya lagi alasan yang melatarbelakangi perbuatan di luar nalar tersebut adalah hanya karena masalah ekonomi. Menginginkan anak-anak bahagia merupakan naluri orang tua terlebih seorang ibu, namun jika demi agar anak-anaknya tidak menderita lantas kemudian membunuh mereka, apakah itu sebuah bentuk kasih sayang dan sesuai dengan naluri orang tua?

Tentu masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia, kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu di Kabupaten Nias Utara, yang tega membunuh tiga anaknya yang masih balita pada 9 Desember 2020. Kemudian kasus seorang ibu yang tega membunuh bayinya yang masih berumur tiga bulan di Kabupaten Ende, NTT, pada 18 Oktober 2020. Juga kasus-kasus filisida lain yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia.

Terbaru adalah berita terkait seorang ibu muda dari Brebes berinisial KU, yang tega menggorok tiga buah hatinya dengan pisau cutter, akibatnya satu anaknya meninggal dan dua dalam perawatan rumah sakit. Begitu mencengangkan ketika pelaku ditanya apa motif dari perbuatan kejinya itu, ia menjawab takut anak-anaknya hidup susah, maka lebih baik mati saja. Sebagaimana dilansir dari katanya.PanturaPost.com (20/3/2022),"Saya hanya ingin menyelamatkan putra putri saya agar tidak hidup susah. Tidak perlu merasakan sedih. Jadi mereka harus mati agar tidak sedih seperti saya"

Sesungguhnya kondisi masyarakat seperti ini adalah hasil dari diterapkannya cara pandang hidup yang memengaruhi masyarakat saat ini. Cara pandang tersebut adalah sekuler kapitalis, yaitu sebuah sistem buatan manusia yang diadopsi dari barat. Karena berasal dari buah pikiran manusia yang terbatas, maka telah terbukti sekuler kapitalis hanya membawa berbagai kerusakan ketika diterapkan.

Akar dari semua itu adalah karena sekuler kapitalisme berkeyakinan bahwa kehidupan harus dijauhkan dan dipisahkan dari agama. Bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih dengan mendapatkan materi sebanyak mungkin, sekalipun itu harus menindas yang lain.

Maka hasilnya, manusia yang hidup di bawah kendali paham ini tidak akan menjadikan agama sebagai solusi penyelesaian masalah mereka. Ketika hidup mereka terimpit masalah contohnya tekanan ekonomi, bukannya kembali bertawakal dan sabar serta ikhlas menerima takdir yang menimpanya, mereka justru stres dan ingin mati. Bahkan, rela bunuh diri atau membunuh orang lain, seperti kasus ibu muda KU dengan tujuan agar tidak lagi merasakan kesulitan hidup.

Sistem sekuler kapitalis ini pun membuat masyarakat berada di dalam kelas sosial ekonomi yang timpang dan terpisah. Kapitalisme membuat para pemilik modal menguasai harta kekayaan rakyat, maupun memonopoli kebutuhan masyarakat. Negara dalam sistem ini tak berkutik dan bertekuk lutut di hadapan para korporat. Sehingga, mangkir dari fungsinya sebagai pe-riayah atau pelayan bagi rakyatnya. Maka jadilah, meskipun sumber daya alam begitu melimpah ruah, namun masih saja akan ada kepala keluarga yang menganggur dan tidak memiliki pekerjaan. Meskipun banyak perusahaan yang menyediakan bahan makanan, namun masih saja akan ada kepala keluarga yang tak mampu membeli kebutuhan hidup keluarganya. Dan walaupun banyak pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan keterampilan, nyatanya masih saja akan ada kepala keluarga yang tidak memiliki skill yang mumpuni untuk mencari nafkah.

Dengan demikian, sekuler kapitalislah yang secara sistemis yang memicu maraknya masalah kejiwaan kaum ibu. Maka agar kasus ini tidak berulang, solusinya tidak cukup dengan perbaikan kejiwaan individu pelakunya saja. Akan tetapi menghapus penyebab utama tersebut dan mencari sistem alternatif yang mampu memberi kesejahteraan bagi rakyatnya. Sistem ini tidak lain adalah sistem Islam yang disebut dengan Khilafah Islam. Sebuah sistem yang menerapkan syariat hukum Islam secara praktis. Sehingga, jaminan hidup di bawah kesejahteraan, keberkahan, dan kebaikan bisa terwujud dan dirasakan oleh semua warga Khilafah.

Dengan demikian, kasus seperti ibu KU dan kasus-kasus ibu yang membunuh anak-anaknya seperti tidak akan terulang lagi. Sebab, Khilafah menerapkan sistem ekonomi Islam yang berprinsip menyejahterakan tiap-tiap individu rakyatnya. Agar kesejahteraan tersebut diraih, Khilafah akan menyediakan lapangan pekerjaan yang begitu luas. Khilafah juga akan menyediakan balai-balai pelatihan, sehingga para laki-laki pencari nafkah sesuai dengan passion mereka. Sehingga, tidak ada satu pun laki-laki dalam Khilafah yang menganggur. Inilah bentuk jaminan tidak langsung dari Khilafah untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Pada akhirnya para kepala keluarga tersebut bisa memenuhi kebutuhan pokok yakni sandang, papan, dan pangan keluarganya dengan layak.

Adapun jaminan kesejahteraan langsung dari Khilafah, bisa dilihat dari bagaimana Khilafah mengurus kebutuhan publik, yaitu pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Semua kebutuhan dasar publik itu akan diberikan secara gratis dan berkualitas oleh Khilafah kepada seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Sehingga, tidak ada lagi kasta pelayanan sosial dalam masyarakat. Di sisi lain, sistem pendidikan Islam juga menyiapkan generasi yang siap menjadi para orang tua yang bertakwa juga berilmu. Seorang calon ayah yang siap menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, yaitu pemimpin, pengayom, dan pencari nafkah untuk keluarganya. Dan seorang calon ibu yang siap dengan tugas-tugasnya sebagai ummun warabbatun bait, yaitu sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, serta pengatur rumah tangga suaminya.

Dalam kitab Usus At-Ta'lim fi Daulah AlKhilafah karya Syekh Atta' Abu Rusythah disebutkan, tujuan pendidikan Khilafah adalah: pertama, membangun kepribadian Islam sehingga para generasi memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Kedua, mempersiapkan generasi menjadi sosok-sosok ahli agama, seperti ulama yang ahli dalam ilmu keislaman ataupun ilmu terapan. Sehingga, mereka bisa menjalani kehidupan. Bahkan, khusus untuk para muslimah disediakan kurikulum kerumahtanggaan untuk benar-benar menyiapkan dan menunjang tugas utama mereka sebagai ummun warabbatun bait. Maka, hasilnya adalah lahirnya para orang tua yang siap mengasuh, mendidik, dan mengayomi anak-anaknya menjadi para kesatria Islam yang tangguh, seperti orang tua para pejuang Islam terdahulu contohnya orang tua Shalahuddin Al-Ayyubi dan pahlawan Islam yang lainnya.

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Dusta di Antara Kita
Next
Nikah Beda Agama Tak Boleh Jadi Pilihan Pertama
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram