Debut Ms. Marvel: antara Sensasi dan Jati Diri Muslimah

"Barat menjadikan media ujung tombak menebarkan gaya hidup, salah satunya dengan film. Selain keuntungan materi, Barat sebagai pengemban ideologi kapitalisme hendak menebarkan paham kapitalisme dan seluruh derivasinya, termasuk kebebasan."

Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Sudah menjadi rahasia umum bahwa Barat begitu sengit permusuhannya terhadap Islam. Berbagai cara mereka tempuh demi menggerus dan melumpuhkan pemikiran kaum muslim. Media menjadi salah satu mercusuar Barat untuk membuat pemikiran umat Islam babak belur. Film, lagu, game, ataupun sinema dirumuskan bukan sekadar untuk memberikan hiburan, tapi lebih semacam hipnotis dan menjadi tuntunan dalam gaya hidup kaum muslim. Sungguh miris.

Debut Ms. Marvel: antara Sensasi Jati Diri Muslimah

Syahdan, film yang menjadi buah bibir lantaran sosok superhero muslim pertama yang diperkenalkan oleh MCU (Marvel Cinematic Universe). Film ini disebut-sebut memiliki fakta menarik, seperti sosok superhero muslim pertama, pemerannya Iman Vellani, dia seorang muslim Asia Selatan, dan lain-lain. (Liputan6.com, 16/3/2022)

Dalam film ini, ada sosok remaja bernama Kamala Khan. Dia tinggal di New Jersey, AS. Kamala ini berdarah Pakistan dan sangat mengidolakan Captain Marvel. Trailer film tersebut menggambarkan Kamala yang berjuang dengan dunia sekolahnya. Singkat cerita, dia mendapatkan kekuatan super idolanya. Bahkan, dalam cuplikan trailer itu, ada scene salat jemaah yang diikuti Kamala. (cnbcindonesia.com, 16/3/2022)

Hadirnya superhero muslim di kancah perfilman tentu sangat menarik. Namun, kaum muslim justru harus berhati-hati dalam menyikapi debut Marvel ini. Walau pemeran utama muslim dan ada kegiatan salat berjemaah, harus dipahami bahwa itu tak lepas dari polesan skenario gaya hidup Barat. MCU adalah perusahaan yang bergerak dalam industri perfilman internasional, sangat kecil peluangnya jika ia hanya ingin mengangkat kehebatan sosok muslim. Bagaimana Barat memusuhi Islam dan kaum muslim sangatlah jelas. Rasanya seperti mimpi jika MCU memiliki niatan mengangkat harkat, martabat, dan kemuliaan kaum muslim.

Apalagi tokoh Ms. Marvel di dalam film tersebut tidak menutup aurat dengan sempurna, masih bergaul dengan lawan jenis, dan sejumlah pergaulan lain yang tak menggunakan norma Islam. Maka, MCU membuat debut Marvel sang superhero muslim ini sebatas dorongan keuntungan materi. Sesuai dengan asas sistem kapitalisme, yakni asas manfaat.

Barat menjadikan media ujung tombak menebarkan gaya hidup, salah satunya dengan film. Selain keuntungan materi, Barat sebagai pengemban ideologi kapitalisme hendak menebarkan paham kapitalisme dan seluruh derivasinya, termasuk kebebasan. Tak bisa dimungkiri, pandangan Barat terhadap muslimah identik dengan buaian feminisme dan kroninya. Kiprah seorang muslimah di ranah publik adalah hal yang terus digaungkan agar muslimah meninggalkan jati dirinya, setara dengan kaum adam. Sekuel kehidupan muslimah dipenuhi sensasi ala gaya hidup Barat tanpa filter pemahaman Islam. Terlebih sekularisme berdendang bar-bar dalam jiwa dan pemikiran kaum muslim, termasuk muslimah.

Sensasi demi sensasi berlayar dalam tiap langkah muslimah di kehidupan umum. Mereka tak peduli apa tugas utama nan mulianya. Mereka pun tak peduli jati diri dan hakikat hidupnya. Superhero diciptakan oleh Barat sebab banyak sekali problematika kehidupan yang tak terselesaikan. Belum selesai masalah yang satu, beruntun masalah lainnya muncul.

Begitu kompleks Barat menghadapi masalah. Berbagai konflik dalam konstelasi perpolitikan internasional juga digawangi Barat demi menjauhkan dan memusnahkan ajaran Islam dari muka bumi. Maka, superhero ciptaan mereka seakan hadir menjadi pahlawan yang akan menyelesaikan kekacauan dunia. Tak terkecuali, peluang superhero muslim pun diambil demi pencitraan kepedulian. Padahal, itu demi memuluskan sebaran ideologi kapitalisme dan perolehan keuntungan semata.

Superhero Muslim Paham Jati Dirinya

Superhero yang sesungguhnya dalam peradaban Islam sangatlah banyak, bukan hanya muslim, tapi juga muslimah. Sebutlah Sumayyah, muslimah yang syahid pertama kali tatkala mempertahankan keimanan. Ada pula Nusaibah binti Ka'ab dan Asma' binti Yazid yang turut dalam baiat Aqabah kedua dan turut serta melindungi Rasulullah saw. dalam medan tempur, Perang Uhud. Meski begitu, para sahabiah tersebut tak pernah meninggalkan keutamaan fitrahnya di ranah domestik. Jati diri mereka tetap menjadi ummun warabbatul bait saat di rumah.

Superhero muslim adalah superhero sesungguhnya. Tak terbersit satu pun pemikiran untuk mencari sensasi dan keuntungan. Begitu pun dengan superhero muslimah. Debut para muslimah dalam peradaban Islam sebagai bentuk konsekuensi keimanan. Kontribusi untuk Islam dan kaum muslim menjadi prioritas utama sebab dakwah adalah poros hidup bagi seorang mukmin sejati.

Debut muslimah dalam ranah publik di masa peradaban Islam sangat menjaga iffahnya. Kemuliaan dan jati diri seorang muslimah tak pernah ditanggalkan saat mereka berkiprah di luar rumah walau sedetik pun. Keseimbangan kiprah domestik dan publik selalu dijaga, namun muslimah dalam peradaban Islam akan lebih banyak fokus pada amanah agungnya di dalam rumah. Ke luar rumah hanya untuk kepentingan dakwah dan kewajiban lainnya, seperti menuntut ilmu dan silaturahmi. Hal yang mubah tak lantas menjadikan mereka terlena. Jati diri seorang muslimah terus menjadi selendang dalam tiap langkah menapaki peranannya.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Segala macam problematika kehidupan ada solusinya. Islam tak perlu menciptakan sosok superhero untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Sebab, dalam peradaban Islam, superhero itu akan terlahir dalam rahim ketaatan dan suasana keimanan yang dikondisikan oleh negara. Khalifah akan terus menjaga suasana keimanan, mendorong dan memfasilitasi tiap muslim sehingga mereka lahir dan tumbuh menjadi superhero sesungguhnya. Pun dengan superhero muslimah, mereka akan menjadi superhero tanpa pelabelan dari sebuah peran abal-abal.

Superhero muslimah akan paham jati dirinya ketika syariat Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan oleh institusi negara. Maka, debut apa pun yang akan dilakoninya, muslimah akan senantiasa berada dalam koridor syariat Islam secara mutlak. Superhero muslimah tak seperti debut Ms. Marvel yang dipenuhi oleh sensasi.

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Stunting, Persoalan Sistemis yang Butuh Peran Negara
Next
Persiapan Menuju Bulan Kompetisi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram