Bobroknya Perilaku Generasi Dipayungi Demokrasi

"Sistem demokrasi yang diagung-agungkan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia ini nyatanya menampilkan hipokrisi. Klaim kebebasan yang diusung demokrasi demi melindungi hak asasi, faktanya malah menjerumuskan manusia bahkan negeri ini dalam jurang kebinasaan."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(RedPel NarasiPost.com)

 


NarasiPost.Com-Seorang cendekiawan sekaligus ulama yang hidup di masa kekhilafahan Bani Umayyah, Hasan Al-Bashri, pernah mengatakan bahwa seorang yang mencari ilmu, akan tampak di wajah, tangan dan lidahnya serta dalam kerendahan hatinya kepada Allah. Abu Bakar Ash-Siddiq r.a pun pernah mengatakan bahwasannya ilmu merupakan kehidupan bagi pikiran. Artinya, ilmu memengaruhi kualitas pemikiran dan corak perilaku seseorang.

Orang yang berilmu memang selayaknya mencerminkan ilmu tersebut ke dalam dirinya, tak sekadar tersimpan di ruang benak. Namun, terpancar dalam keagungan akhlak dan moralitas. Namun sayangnya, sistem pendidikan hari ini rupanya telah gagal mencetak generasi berilmu sekaligus bertakwa dan berakhlak. Betapa banyak kita jumpai fakta generasi intelektual berstatus pelajar atau mahasiswa yang justru terlibat perbuatan asusila dan kriminal.

Sebagaimana yang baru-baru ini viral, seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau bercumbu di depan layar Zoom pada saat perkuliahan online berlangsung. Akibat perbuatannya tersebut, sang mahasiswi terkena drop out (DO) secara tidak hormat dari pihak kampus karena dianggap telah merusak nama baik kampus. (Sindonews.com/03-03-2022)

Selama pandemi yang notebenenya pembelajaran dilakukan secara online, kasus serupa sudah sering terjadi sebelumnya, baik di dalam maupun luar negeri. Alangkah bobroknya perilaku generasi hari ini, bahkan saat forum ilmu pun mereka melakukan hal itu. Naudzubillah!

Demokrasi Memayungi Kebobrokan

Sistem demokrasi yang diagung-agungkan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia ini nyatanya menampilkan hipokrisi. Klaim kebebasan yang diusung demokrasi demi melindungi hak asasi, faktanya malah menjerumuskan manusia bahkan negeri ini dalam jurang kebinasaan.

Sebagaimana diketahui, ada empat pilar kebebasan yang diusung demokrasi, di antaranya kebebasan beragama, berkepemilikan, berpendapat, dan berekspresi/berperilaku. Empat kebebasan yang dijamin demokrasi inilah yang seringkali dijadikan tameng bagi para pelaku penyimpangan terhadap syariat untuk teguh melakukan aksinya. Sebut saja, atas nama kebebasan beragama, bemacam-macam agama baru bermunculan, bahkan mereka mengultuskan Nabi baru sesuai kepercayaan mereka. Padahal jelas hal itu bertentangan dengan akidah Islam yang meyakini bahwa tak ada lagi Nabi setelah Rasulullah Muhammad saw.

Atas nama kebebasan berperilaku, banyak orang yang bersikap sesuai keinginannya tanpa mengindahkan norma apalagi aturan agama. Begitulah prinsip demokrasi, selama tidak mengusik ketentraman orang lain, maka lakukanlah apa yang diinginkan. Wajar jika di bawah payung demokrasi, perzinaan dengan alasan suka sama suka kian merajalela. Dan mirisnya tak sedikit pelakunya adalah pelajar dan mahasiswa yang notabenenya adalah kaum terdidik. Sungguh demokrasi telah gagal menyajikan sistem pendidikan yang terintegrasi dengan pembentukan kepribadian peserta didiknya. Ya, sebab sejatinya sistem pendidikan hari ini bernapaskan kapitalisme sehingga output pendidikan diarahkan kepada industri. Akhirnya, orientasi pendidikan bergeser sekadar demi materi, bukan lagi demi mereguk pahala berlimpah dan menghidupkan takwa di dalam diri. Implikasinya, output pendidikan di bawah payung demokrasi hari ini hanya bergelar akademik mentereng, namun kosong dari nilai-nilai ruhiyah, lebih-lebih visi untuk mengubah negeri menjadi baldatun toyyibatun wa robbun ghofuur, sungguh ilusi!

Islam Mengorelasikan Ilmu dengan Amal

Proses pengajaran dalam sistem pendidikan Islam tak sekadar transfer ilmu dari guru kepada muridnya, melainkan ada proses talqiyan fikriyan (membangkitkan pemikiran). Seorang guru, harus mampu mengaitkan fakta-fakta terindra dengan materi pembelajaran yang diberikan. Tak hanya itu, setiap pembelajaran juga harus mampu menguatkan ketaatan anak didik kepada penciptanya, yakni Allah Swt. Demikianlah sistem pendidikan Islam yang mengadopsi kurikulum berbasis akidah islamiah. Tak hanya itu, para gurunya pun harus memiliki visi misi yang sejalan dengan kurikulum berbasis akidah tersebut. Maka, mau tak mau, guru yang mengajar siswa muslim tentu haruslah seorang muslim pula, selain itu guru juga harus memiliki kepribadian Islam yang kokoh dan ketaatan terhadap syariat-Nya. Karena seorang guru akan menjadi role model bagi anak didiknya.

Demikianlah mekanisme sistem pendidikan Islam yang mampu mengorelasikan ilmu dengan amal. Sehingga ilmu yang didapat akan terpancar dalam perilakunya, yakni berhias akhlak terpuji sebagai hasil dari ketundukan pada syariat-Nya.

Dalam Islam, semua ilmu yang diajarkan itu wajib dikaitkan dengan akidah islamiah. Sehingga seseorang yang memperoleh ilmu pengetahuan akan berkorelasi dengan bertambahnya keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt. Hal itu persis sebagaimana yang disampaikan Allah Swt dalam firman-Nya di surat Al-Fathir ayat 28, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama (orang-orang yang berilmu)."

Demikianlah, sistem pendidikan Islam mencetak generasi berkualitas yang taat pada syariat dan enggan berbuat maksiat. Adapun sistem pendidikan Islam tersebut hanya bisa mewujudkan tujuannya manakala diterapkan dalam wadah yang juga bervisi akhirat, yakni khilafah islamiah, bukan demokrasi. Wallahu'alam bish shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Gila Baca Ala Ulama
Next
Ukraina Vs Rusia, Di mana Posisi Muslim?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram