Bagai Buah Simalakama Ukraina, Rusia, dan NATO

"Diplomasi diharapkan mampu untuk menghentikan serangan Rusia, dan harapan Ukraina mendapatkan bantuan dari negara NATO. Impian Ukraina yaitu bergabung dengan mereka agar terlepas dari bayang-bayang Rusia. Namun, keberadaan Ukraina juga akan dimanfaatkan oleh Barat ketika Ukraina bergabung dengan NATO. Karena sifat alamiah ideologi kapitalisme akan selalu mencari keuntungan terutama di bidang ekonomi, intervensi keuangan yang merupakan penjajahan gaya baru berkedok utang dan investasi."

Oleh. Rina Yulistina

NarasiPost.Com-Serangan Rusia terhadap Ukraina menyita perhatian dunia, serangan yang dimulai sejak Kamis (24/2) dilaporkan telah memakan korban 198 orang meninggal dunia, yang terdiri dari warga sipil termasuk tiga anak-anak. (kompas.com, 26/2/2022)

Netizen Indonesia pun ramai-ramai membela kedua kubu, ada yang membela Rusia dengan alasan sangat gagah berani melawan dominasi Amerika Serikat yang bertindak sewenang-wenang terhadap negara di Timur Tengah, ada pula yang membela Ukraina dengan alasan Ukraina negara merdeka tak layak dijajah oleh Rusia, dan sebagai negara merdeka Ukraina berhak memilih jalan politiknya yang merapat ke Barat.

Terlepas dari berbagai pendapat netizen. Ukraina merupakan negara yang begitu penting bagi Rusia maupun bagi Eropa Barat. Berbicara tentang geopolitik, negara Ukraina berada di posisi strategis, ibarat rumah, Ukraina merupakan pintunya. Siapa pun yang menguasainya, maka ia akan menguasai isi rumahnya.

Oleh karena itu, Rusia tidak ingin kehilangan pengaruhnya di Eropa Timur, sedangkan Eropa Barat dan AS juga melakukan hal yang sama sangat ingin menancapkan kekuasaannya di Eropa Timur melalui kebijakan NATO yang mempersilahkan negara Eropa Timur merapat kepadanya. Dengan kata lain, perang tak pernah terlepas oleh kepentingan ideologi yang diemban.

Rusia seperti yang kita ketahui merupakan bekas negara Uni Soviet sedangkan Eropa Barat dan AS merupakan negara berideologi kapitalisme. Perebutan kekuasaan telah terjadi sejak meletusnya perang dunia pertama disusul dengan berbagai perang setelahnya. Negara-negara berideologi inilah yang terus melancarkan perang demi merebut kekuasaan dunia, agar menjadi negara adidaya. Dengan itulah dia akan menguasai dunia menancapkan kekuasaannya sesuai dengan kepentingannya dan negara yang kalah akan menjadi negara jajahan.

Selain ideologi, ekonomi menjadi faktor selanjutnya jalur perdagangan sangat menggiurkan, hal ini didasari oleh letak geografis Ukraina yang berada di tengah-tengah. Selama ini Rusia menyuplai gas di kawasan Eropa dengan total 41% dengan harga sebelumnya € 79/ megawatt hours melalui pipa gas Ukraina, dan Ukraina mematok harga pipa gas $ 2-3 miliar ke Rusia. Maka, dengan Rusia menguasai Ukraina, harga pipa gas yang dipatok Ukraina akan di tangan Rusia. Alasan ini pula yang dilakukan Rusia untuk menginvasi Krimea yang sebenarnya merupakan wilayah Ukraina yang memiliki posisi strategis di laut Hitam untuk jalur perdagangan ke wilayah Miditerania, Afrika dan Timur Tengah. Maka, sangat terang benderang alasan Rusia menyerang Ukraina.

Diplomasi diharapkan mampu untuk menghentikan serangan Rusia, dan harapan Ukraina mendapatkan bantuan dari negara NATO. Impian Ukraina yaitu bergabung dengan mereka agar terlepas dari bayang-bayang Rusia. Namun, keberadaan Ukraina juga akan dimanfaatkan oleh Barat ketika Ukraina bergabung dengan NATO. Karena sifat alamiah ideologi kapitalisme akan selalu mencari keuntungan terutama di bidang ekonomi, intervensi keuangan yang merupakan penjajahan gaya baru berkedok utang dan investasi. Dengan kata lain, bergabung dengan Rusia akan dimanfaatkan oleh Rusia, jika bergabung dengan NATO akan dimanfaatkan negara besar Eropa dan AS. Belum lagi jika kedua ideologi ini berperang, maka Ukraina dijadikan bumper mereka, lagi-lagi rakyat sipil yang menjadi korban. Bagai buah simalakama.

Bisa jadi apa yang terjadi di Ukraina saat ini akan terjadi di negara lain, maka harus ada sikap tegas tidak boleh ada intervensi di dalam kedaulatan negara. Maka, sikap netral yang dilontarkan oleh pemimpin negeri-negeri muslim sangat amat sangat disayangkan, bukan karena tak memiliki kekuatan angkatan perang dan kekuatan ekonomi namun ada hal yang mendasar yaitu karena negeri-negeri muslim tak lagi memegang Islam sebagai ideologi sehingga tak memiliki taring untuk bersikap tegas menentang penjajah.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rina Yulistina Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Taat Istri Bukan dalam Maksiat
Next
Main Binary Option, Mendadak Sultan! Kamu Tertarik?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram