"Kondisi seperti ini, jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari generasi, terutama untuk menyikapi setiap realitas kehidupan. Yang lebih mengkawatirkan lagi akan merusak masa depan generasi itu sendiri. Di sisi lain, generasi adalah calon pemimpin masa depan bangsa, bagaimana jadinya masa depan bangsa ini nantinya, jika generasi sebagai calon pemimpin masa depan mayoritas mengalami depresi?"
Oleh. drh. Lailatus Sa'diyah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berdasarkan data Americal Psychological Association, selama pandemi Covid-19, remaja yang tergolong milenial dan gen Z mengalami peningkatan gangguan kesehatan mental sebanyak 53%. (alenia.id, 07/10/2021)
Psikolog, Sandy Kartasasmita, mengatakan bahwa gangguan yang muncul akibat kesehatan mental dapat bermacam-macam, seperti kecemasan, stres, dan depresi. Sandy menambahkan, kasus ini terus meningkat selama pandemi Covid-19. Survei yang dilakukan oleh Blue Cross Blue Shield Association (BCBSA) menggolongkan depresi, penyalahgunaan zat adiktif atau narkoba, dan alkohol menjadi tiga teratas gangguan yang menyerang milenial.
Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah dua minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga. (Alodokter.com, 14/07/2020)
Ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan seseorang terkena gangguan kesehatan mental, yaitu mengalami kecemasan dan kekawatiran yang berlebihan, tidak stabil secara emosional, merasa putus asa ataupun frustrasi. Kondisi seperti ini, jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari generasi, terutama untuk menyikapi setiap realitas kehidupan. Yang lebih mengkawatirkan lagi akan merusak masa depan generasi itu sendiri. Di sisi lain, generasi adalah calon pemimpin masa depan bangsa, bagaimana jadinya masa depan bangsa ini nantinya, jika generasi sebagai calon pemimpin masa depan mayoritas mengalami depresi?
Akar Masalah
Menurut Psikolog, Deborah Serani, lingkungan sosial saat milenial tumbuh dewasa menjadi faktor utamanya. Bagaimana kondisi lingkungan sosial terbentuk pastinya tidak telepas dari peran keluarga, masyarakat serta negara yang mengondisikannya. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, komunikasi yang sehat serta dukungan keluarga sangat dibutuhkan bagi milenial dan Gen Z dalam menjalani kehidupannya. Milenial dan Gen Z yang kurang memiliki kepercayaan diri akan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya. Mudahnya mengakses informasi akan memberi masalah tersendiri pada pemuda jika tidak mampu memilah dan memilih informasi yang benar. Karena tidak bisa dimungkiri banyak sekali hoax "menakutkan" yang beredar dan ini bisa meningkatkan kadar depresi seseorang.
Belum lagi masalah dari dalam diri generasi yang kurang bisa menyikapi secara tepat masalah yang dihadapi. Kurang adanya pengarahan dari keluarga ataupun orang-orang sekitar bisa meningkatkan potensi yang mengarah pada perilaku negatif (bunuh diri, melukai diri sendiri atau orang lain) ketika terjadi depresi. Maka dari itu, faktor keimanan merupakan salah satu yang paling penting yang harus dimiliki generasi agar mampu bersikap dengan tepat menyikapi masalah yang ada.
Di sisi lain, karakter masyarakat kita adalah masyarakat yang gampang memberikan bullying juga menjadi faktor yang memperparah tingkat depresi seseorang. Ditambah kondisinya saat ini negara belum bisa memberikan perannya secara optimal. Negara tidak memiliki filter terkait informasi-informasi yang beredar sehingga tidak bisa dibedakan mana yang termasuk informasi yang hoax dan mana yang benar. Belum lagi pendidikan yang ada saat ini cenderung melahirkan generasi yang sangat mudah mengalami depresi karena hanya berorientasi pada keilmuan tanpa diimbangi pendidikan berbasis akidah Islam yang menanamkan pola pikir dan pola sikap Islam.
Solusi Islam
Islam adalah agama yang fundamental. Al-Qur'an sebagai kitabullah, di dalamnya terdapat solusi yang sangat relevan sebagai problem solver berbagai masalah kehidupan sepanjang zaman.
Dalam Islam, faktor terpenting untuk mengurangi depresi atau mengobati depresi adalah dengan meningkatkan keimanan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah ta'ala dalam terjemah surat Al-Ahqaf ayat 13 : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", Kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.”
Dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, sebesar apa pun masalah yang dihadapi, akan mampu mendudukkan bahwasanya semua datangnya dari Allah ta'ala dan meyakini itulah yang terbaik bagi dirinya. Jika yang datang adalah suatu kebaikan baginya, maka hendaknya bersyukur. Namun jika sebaliknya, dia akan bersabar. Begitu juga dalam melaksanakan suatu aktivitas, tidak serta-merta berorientasi pada hasil. Namun, mengupayakan seoptimal mungkin karena hal tersebut yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah ta'ala.
Maka, setiap aktivitas yang akan dilakukan hendaknya dikembalikan untuk mendapatkan rida Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 38 : “Kami berfirman: turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. "
Ini berarti sebagai seorang muslim sudah selayaknya mengambil Islam sebagai jalan hidupnya. Bukan hanya sebagai ibadah ritual saja, namun juga mengambil Islam untuk diterapkan pada tataran negara sebagaimana yang telah dicontohkan Rasullullah saw. Faktanya Islam mampu memimpin hingga 2/3 dunia selama 13 abad. Penerapan sistem Islam secara kaffah inilah yang nantinya akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang ideal. Memberikan lingkungan yang kondusif hingga terjangkitnya generasi dengan masalah mental akibat lingkungan menjadi kemungkinan yang sangat kecil.
Rekomendasi mencegah generasi dari masalah depresi pada tataran keluarga, di antaranya:
- Menanamkan Syaksiyah Islamiyyah pada anak sedini mungkin. Memperkenalkan Rabb-nya dan risalah Nabi-nya.
- Menciptakan komunikasi yang produktif di lingkungan keluarga.
- Mendorong generasi untuk senantiasa mengkaji Islam kaffah.
Sedangkan berkaitan dengan mewujudkan kondisi yang baik untuk perkembangan mental generasi di lingkunngan masyarakat butuh peran negara untuk menerapkan Islam secara kaffah. Karena hanya penerapan Islam dalam tataran negara yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas sebagaimana Fatimah Al-Fihri, Salahudin Al-Ayubi, Muhammad Al-Fatih dan masih banyak lagi. Dengan penerapan Islam secara kaffah, kita akan mampu mewujudkan cerminan umat terbaik sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
Wallahu a’lam bishshawab.[]
setuju.. mengenalkan Allah Swt. pada sang anak sedari dini..