Derita minoritas muslim Uighur semakin tak tersolusikan. Alih-alih mendapatkan dukungan nyata dari saudaranya sesama muslim di seluruh belahan dunia lain, penguasa negeri muslim hanya diam terhadap kebijakan yang dilakukan oleh otoritas Cina atas muslim Uighur.
Oleh. Sifa Isnaeni
NarasiPost.Com-Otoritas Belanda menyatakan bahwa perlakuan pemerintah Cina terhadap etnis uighur sama dengan Genosida. Belanda menjadi negara Eropa yang mengklaim hal tersebut. (detik.com, 26/2/2021)
Hal tersebut dibantah oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, mereka mengecam mosi yang disampaikan anggota parlemen Belanda. Hal tersebut dianggap upaya Belanda mencampuri urusan dalam negeri Cina. (CNN.com, 27/2/2021)
Sebelum Belanda, Inggris sudah memberlakukan sanksi bisnis terhadap otoritas Cina. Menteri Perdagangan, Liz Truss menyatakan bahwa sikap yang diambil Inggris sebagai langkah konkret mereka untuk tidak mentoleransi pelanggaran HAM di Xinjiang. (detiknews.com, 13/1/2021)
Mengurai Derita Uighur
PBB dan kelompok hak asasi manusia memprediksi sekitar 1 juta orang minoritas muslim Uighur di ditahan di Xinjiang. Meskipun Cina membantah hal tersebut sebagai genosida.
Namun demikian, penguasa negeri muslim tidak ada yang memiliki keberanian menghentikan kezaliman di Xinjiang. Bahkan, sekadar mengecam atau memberikan suaka saja tidak sanggup. Cina bebas semena-mena terhadap muslim minoritas Uighur karena mereka tahu bahwa tidak ada yang bisa mencegahnya. Berharap kepada negeri muslim lainpun sia-sia belaka. Mereka justru mendukung kebijakan Cina.
Atas dalih deradikalisasi dan memerangi ekstremis, Cina merasa boleh membatasi minoritas muslim Uighur menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Muslim Uighur dilarang melakukan salat berjamaah, melarang puasa di bulan Ramadan, termasuk melarang pria untuk berjenggot. Kebijakan intimidasi terus dilakukan tanpa ada yang bisa melarang. Cina berdalih memberikan pelatihan kejuruan untuk mengurangi kelompok ekstremis. Mereka menganggap tindakannya adalah prestasi di dunia HAM.
Diamnya Penguasa Muslim Terkait Muslim Uighur
Derita minoritas muslim Uighur semakin tak tersolusikan. Alih-alih mendapatkan dukungan nyata dari saudaranya sesama muslim di seluruh belahan dunia lain, penguasa negeri muslim hanya diam terhadap kebijakan yang dilakukan oleh otoritas Cina atas muslim Uighur.
Turki, Arab Saudi dan 35 negeri lainnya justru berdiri mendukung kebijakan Cina terkait Xinjiang. Indonesia pun diminta berhati-hati memberikan pernyataan sikap terkait ini. ( republika.co.id, 18/1/2019)
Sementara Malaysia, melalui Perdana Menterinya kala itu Mahathir Muhammad menyatakan negaranya tidak akan turut campur terhadap internal Cina. Tetapi, bersedia memberikan suaka bagi etnis Uighur. (tempo.co.id, 27/12/2021)
Uighur Butuh Junnah Yaitu Khilafah
Kezaliman yang dialami kaum muslimin di berbagai penjuru dunia sebenarnya sudah digambarkan oleh baginda Rasulullah Saw. Ketika kaum muslimin tersekat oleh teritorial bernama nasionalisme, maka penguasa negeri muslim pun memilih diam tanpa daya.
Rasulullah bersabda,
“Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.”
Seseorang berkata,
“Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?”
Beliau bersabda,
“Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.”
Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Muslim Uighur telah lama menjerit meminta pertolongan kepada dunia. Namun seolah dunia menutup mata. Padahal, menolong sesama muslim merupakan kewajiban. Allah Swt berfirman:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
"Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan."
(TQS al-Anfal [8]: 72).
Mirisnya, Uighur tidak sendirian, ada Rohingya, Palestina, Kashmir yang menjadi objek kezaliman hanya karena mereka menjadi kaum minoritas di negerinya. Itulah potret penderitaan kaum muslimin tanpa junnah.
Junnah merupakan perisai, tameng pelindung bagi kaum muslimin. Ketiadaan junnah meniscayakan kaum muslimin hidup tanpa penjagaan, tanpa kekuatan. Nabi Saw bersabda:
وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
"Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia." (HR al-Bukhari dan Muslim).
Perisai tersebut adalah khilafah. Khilafahlah satu-satunya yang bertanggungjawab mengurus kaum muslimin. Khilafah akan memastikan kaum muslimin aman dan sejahtera. Nabi Saw bersabda:
الإِمَامُ رَاعٍ وَ هُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Imam/Khalifah itu pengurus rakyat dan hanya dia yang bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR al-Bukhari dan Muslim).
Khalifah juga meniscayakan lahirnya pemimpin yang kuat dan pemberani, yaitu khalifah. Dia tidak takut dengan tekanan dari siapapun, melainkan hanya takut pada Rabbnya.
Tergambar jelas bagaimana Khalifah Al Mu'tashim Billah membela kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan olah prajurit Romawi di Turki. Ketika dilecehkan, muslimah tersebut berteriak memanggil Khalifahnya, Al Mu'tashim Billah. Seketika itu juga, Khalifah memerintahkan pasukan untuk menyerang prajurit Romawi tersebut. Diriwayatkan, panjang pasukannya kala itu, sepanjang dari pintu gerbang Baghdad di Irak tanpa putus sampai Ammuriah (Turki).
Sungguh hal itu menunjukkan pembelaan yang luar biasa dari seorang pemimpin. Adapun itu dapat terwujud jika kaum muslimin bersatu, berkomitmen bersama menegakkan dinnul Islam ini dalam bingkai Khilafah. Karena hanya Khilafah yang mamou menjamin kaum muslimin terlindungi hak-haknya. Semoga Allah menyegerakan pertolongan-Nya. Agar derita Muslim Uighur dan negeri muslim lainnya berakhir segera.
Wallahu'alam Bi Shawab[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]