Terbukanya pintu langit dan bumi. Momen berharga sepanjang sejarah, kembalinya Khilafah yang dijanjikan. Terbitnya matahari akan menyirnakan hitam pekat dan pahit getirnya kehidupan umat. Alam semesta pun ikut bersorak-sorai. Hanya para durjana yang merintih, menggigil, dan berselimut kengerian akan hadirnya perisai umat yang akan mengeksekusi siapa saja yang zalim. Semoga dalam waktu dekat, kita ikut menjadi saksi akan peristiwa besar ini.
Oleh : Nurjamilah S.Pd.I
NarasiPost.Com - Islam Kafah Pasti Berkah
“Islam…
Tanpamu dunia kacau
Segala naluri dan hajatul udwiyah menggelinding di atas ranjau
Mata hati dan pikiran diterpa rasa galau
Ratapan demi ratapan terus berkicau
Islam…
Kaulah mabda bukan sekadar agama
Laksana mentari pancarkan cahaya
Ajaranmu titah dari Sang Maha Sempurna
Tiga dimensi ditata sedemikian rupa
Dimensi pertama
Kau atur pertalian manusia dengan Sang Pencipta
Akidah dan Ibadah ranahnya
Dimensi kedua
Kau atur tautan manusia dengan dirinya
Pangan, sandang, dan akhlak kancahnya
Dimensi ketiga
Kau atur harmonisasi manusia dengan sesamanya
Muamalah dan persanksian domainnya
Itulah Islam kafah
Jika dinaungi Khilafah
Hidup berkah berfaedah
Jalan lurus menuju jannah”
(Nurjamilah)
Puisi di atas kiranya menggambarkan betapa semesta diselimuti kabut, fitrah manusia tercerabut, akal dan jiwa manusia menjadi kalut, derita tak pernah surut tersebab ditinggalkannya syariat Islam dan Khilafah oleh umat Islam hingga karut-marut.
Penderitaan kaum muslim di Indonesia dan berbagai negeri lain tak berkesudahan. Harapan untuk hidup bahagia pupus. Padahal potensi umat Islam sangat besar. Bayangkan jumlah kaum muslim di dunia sekitar 1,9 miliar , kekayaan alam di dunia sebagian besar berserakan di negeri-negeri muslim. Tapi semuanya terabaikan karena tak adanya perisai umat yang melindungi dan memimpin dalam sebuah institusi agung yang dimandatkan Sang Khalik, yakni Khilafah.
Pusparagam Ideologi
Dunia ini konfrontasi peradaban, deru mesiu propaganda saling bersahutan, dan proxy war saling diluncurkan. Jangan kira lugu tanpa lawan. Dunia adalah arena pergulatan 3 ideologi: kapitalisme, sosialisme, dan Islam.
Kapitalisme adalah ideologi yang menjadikan sekularisme (paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan) sebagai akidah dan menjadikan kekuatan kapital (pemilik modal) sebagai dalang dari sandiwara kehidupan. Sekularisme ini melahirkan demokrasi, liberalisme (kebebasan tanpa batas), pluralisme (menganggap benar semua agama, tidak boleh fanatik), nasionalisme, imperialisme (penjajahan), hedonisme (berfoya-foya), permisivisme (serba boleh) dll.
Demokrasi merupakan metode paling jitu dalam melanggengkan kekuasaan sekuler-kapitalisme. Racun berbalut madu, tampak dalam jargonnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi berteriak lantang berkedok aspirasi, demi rakyat siap mati, umbar janji dan resolusi. Ternyata hanya alibi untuk rebut kursi. Ketika sudah duduk di kursi empuk, pengkhianatan vulgar pun ditampakkan. Nyata mengkhianati Rabbul Izzati karena dengan pongah mencipta aturan sendiri, agama dicampakkan, kepentingan kapitalis jadi sumber rujukan. Mengkhianati rakyat karena terjadi perselingkuhan antara penguasa dengan pengusaha. Meluncurlah undang-undang yang merugikan rakyat.
Omnibus Law, UU sapu jagat yang melegalkan perampokan besar-besaran di bumi pertiwi ini. Moderasi agama, senjata untuk menancapkan sekularisme sekaligus memberangus ajaran Islam kafah beserta pengembannya dengan dalih intoleransi, radikalisme, ekstremisme dll. Tak hanya itu, kesetaraan gender dengan mencatut emansipasi ibu Kartini, mantra yang menyeret para perempuan hengkang dari ranah domestiknya dan berjibaku di ranah publik demi materi dan eksistensi, mereka mengira itu prestasi. Namun faktanya, keluarga porak-poranda dihantam derasnya kebudayaan Barat, angka perceraian meroket imbasnya anak broken home bergelimpangan, jadi korban biadabnya sekuler-kapitalis. Dan masih banyak lagi. Sungguh sistem kapitalisme inilah yang sedang menancapkan kuku-kukunya di negeri ini, sehingga kita terkulai tak berdaya.
Beranjak kepada ideologi sosialisme-jomunisme. Ideologi ini berlandaskan akidah materialisme. Atheisme (paham yang menafikan adanya Tuhan) pun menjadi dasar. Sama rata sama rasa, homogen. Negara punya andil penuh, semua didikte sesuai selera penguasa. Masyarakat ditertibkan dengan kebijakan tangan besi.
Berbeda dengan Islam. Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt kepada Rasulullah Saw untuk mengatur hubungan antara: manusia dengan sang Khalik meliputi akidah dan ibadah; manusia dengan diri sendiri meliputi makanan, minuman, pakaian dan akhlak; manusia dengan manusia lain meliputi muamalah dan uqubat. Melihat kesempurnaan ajarannya, itu menandakan Islam bukan sekadar agama, tapi juga ideologi.
Mengingat Islam adalah ideologi, maka tak cukup diemban oleh individu atau kelompok saja, tapi wajib diemban oleh negara. Hal ini lumrah terjadi sebagaimana ideologi yang lain. Islam telah menetapkan metode sekaligus institusi macam apa yang berjodoh dengan syariat Islam. Bukan monarki, aristokrasi apalagi demokrasi, tetapi Khilafah berdasarkan manhaj kenabian.
Masa Depan Dunia di Tangan Khilafah
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslim secara di dunia untuk menegakkan hukum syara' dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Sedangkan khalifah adalah imam/pemimpin yang menduduki jabatan Khilafah an-nubuwwah dalam melindungi agama dan pengaturan urusan dunia. Khalifah bisa juga disebut umamah atau amirul mukminin. Jika khalifah adalah sosok subjek pemimpin, maka Khilafah adalah konsep kepemimpinannya.
Menegakkan Khilafah wajib hukumnya, berdasarkan dalil Al-Quran: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sungguh aku akan menjadikan di muka bumi ini Khalifah…” (TQS. al-Baqarah:30).
Dalil lain QS An-Nisa ayat 59 dan al-Maidah ayat 48.
Berdasarkan dalil as-Sunnah, Rasulullah Saw bersabda: “Siapa saja yang mati, sedangkan di dalamnya tidak ada baiat (kepada imam/Khalifah) maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim)
Berdasarkan ijma sahabat, Imam al-Haitsami pernah menuturkan: ”Sungguh para Sahabat telah bersepakat bahwa mengangkat seorang imam/Khalifah setelah berakhirnya zaman kenabian itu wajib. Bahkan mereka menjadikan itu sebagai kewajiban paling penting. Faktanya mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban itu dengan menunda (sementara) kewajiban menguburkan jenazah Rasulullah.” (Lihat al-Haitsami, as-Showaiq al-Muhriqah, hlm.7).
Berdasarkan kesepakatan ulama Aswaja. Syekh Abdurrahman al-Jaziri menuturkan, “Para imam Mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa Imamah/Khalifah adalah wajib.” (Lihat al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, juz V/416).
Sejarah mencatat kegemilangan Khilafah yang tiada tara, 13 abad lamanya dunia bertekuk lutut di bawah kekuasaannya yang mampu menaklukan 2/3 bagian dunia (sebagian. Asia, Afrika dan Eropa). Kala itu, Islam dan kaum muslim ada pada puncak kemuliaannya. Keberkahan hidup tumpah ruah dari langit dan bumi. Kegagahan Khilafah membungkam kepongahan darul kufur. Terhitung sejak Rasulullah hijrah ke Madinah hingga runtuhnya Khilafah Utsmaniyyah di Turki (tahun 622-1924 M).
Amerika saja yang dulu bukan siapa-siapa, saat ini melesat menjadi negara adidaya dengan ideologi kapitalismenya. Apalagi Khilafah yang pernah merajai panggung kekuasaan dunia. Mudah saja bagi Allah untuk merealisasikannya. Terlebih Allah dan telah menjanjikannya dalam QS. an-Nur ayat 55. Imam Zamaksyari menafsirkan: “Allah berjanji kepada mereka (kaum muslim) untuk memenangkan Islam atas kekufuran, dan mewariskan kepada mereka bumi, dan mereka para Khalifah di muka bumi” (Tafsir al-Kasysyaf IV/421).
Bahkan Rasulullah pernah menyampaikan bisyarah (kabar gembira):
“….kemudian akan ada lagi Khilafah yang menempuh jejak kenabian..” (HR. Ahmad)
Harum semerbak Khilafah bukan tanpa legitimasi, dunia menjadi saksi, bahkan kaum kafir pun mengakui betapa piawainya sang Amirul Mukminin menata berbagai urusan warga negaranya. Semua kebutuhan terjamin pemenuhannya. Sandang, pangan, dan papan disediakan dengan jumlah yang mencukupi dan harga terjangkau. Pendidikan, kesehatan, dan keamanan diberikan secara gratis. Sistem pergaulan terjaga dan proporsional. Sistem ekonomi adil, tangguh dan nonribawi. Kaum hawa dimuliakan dengan kodratnya sebagai tulang rusuk, yakni ummun warabbatul bait dan hamlu ad-dakwah. Kaum adam tetap gagah berwibawa dengan kodratnya sebagai tulang punggung, penanggungjawab kebutuhan dan keselamatan dunia akhirat keluarga. Hukum adil pada semua kalangan. Nonmuslim yang menjadi warga negara Khilafah pun ikut merasakan kesejahteraan dan keadilan, hidup berdampingan dengan damai. Indeks kebahagiaan melesat. Semua rindu dan nyaman bernaung di bawah sistem ini.
Lantas dalih apalagi yang memasung diri dan membuat bibir kelu dalam menyerukan tegaknya Khilafah? Buka cakrawala, hempaskan keegoisan dan kedunguan. Kebutuhan umat akan sinar Khilafah sudah semakin mendesak, kezaliman makin merangsek. Jadilah pemain, jangan menjadi penonton! Inilah arena pergulatan yang sarat profit, kemenangan sudah dijanjikan Sang khalik sebelum pertarungan dimulai. Ambil peran dalam panggung perjuangan ini, siapapun dan apapun latarbelakangmu, walau hanya sebesar biji zarrah.
Peran inilah kelak yang akan mengundang Nasrullah, terbukanya pintu langit dan bumi. Momen berharga sepanjang sejarah, kembalinya Khilafah yang dijanjikan. Terbitnya matahari akan menyirnakan hitam pekat dan pahit getirnya kehidupan umat. Alam semesta pun ikut bersorak-sorai. Hanya para durjana yang merintih, menggigil, dan berselimut kengerian akan hadirnya perisai umat yang akan mengeksekusi siapa saja yang zalim. Semoga dalam waktu dekat, kita ikut menjadi saksi akan peristiwa besar ini.
Wallahu’alam bi ash-showwab
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]