Pakan Naik, Peternak Mandiri Tercekik

Pakan Ternak

Pakan ternak melonjak sejatinya diakibatkan oleh sistem kapitalisme sekuler yang menjauhkan para penguasa dari tanggung jawabnya dalam mengatur negeri ini.

Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Peternak mandiri di Sumatra Utara (Sumut) kembali menjerit. Pasalnya, beberapa bulan terakhir ini harga jagung untuk pakan ternak terus mengalami kenaikan.Lonjakan ini pun mengancam eksistensi mereka karena tidak bisa bersaing dengan pelaku usaha terintegrasi.

Kepala Kanwil I Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Ridho Pamungkas, mengungkapkan bahwa kenaikan harga jagung di pasar Sumatra Utara melebihi Harga Acuan Penjualan (HAP) jagung di konsumen yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Rp5,000 per kilogram. Ia mengungkapkan pada 2 Februari 2024, harga jagung sebesar Rp6,116 per kilogram, bahkan pernah mencapai puncaknya pada 23 Januari 2024 dengan harga Rp6,500 per kilogram (cnnindonesia.com, 04/02/2024).

Tidak Ada Korelasi

Dari fakta di atas, ada hal yang menarik perhatian yaitu tidak adanya korelasi antara fluktuasi harga jagung dengan fluktuasi harga daging ayam di pasaran.

Kepala Kanwil I Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Ridho Pamungkas, mengatakan bahwa ketika harga jagung naik, harga daging ayam justru mengalami penurunan, begitu pun sebaliknya.

Ridho menilai, kondisi ini bisa saja terjadi karena faktor permintaan daging ayam dan jagung berbeda. Permintaan jagung tergantung pada volume ayam hidup yang ada di peternakan, sedangkan permintaan daging ayam tergantung pada momen-momen tertentu saja, seperti hari raya Idulfitri. Di mana, pada hari-hari biasa permintaan daging ayam lebih sedikit dibandingkan dengan momen-momen tertentu (cnnindonesia.com, 04/02/2024).

Imbas Kenaikan Pakan

Kenaikan harga jagung untuk pakan ternak di daerah Sumut yang tidak berkorelasi positif dengan harga ayam menjadi ancaman tersendiri bagi para peternak mandiri. Hal ini diakibatkan karena mereka tidak mampu bersaing dengan peternak yang terintegrasi.

Peternak terintegrasi adalah pelaku usaha yang menguasai proses peternakan dari hulu hingga hilir, di mana mereka bisa menghasilkan keuntungan dari penjualan obat-obatan dan juga DOC, walaupun harga ayam di pasaran anjlok. Sedangkan para peternak mandiri hanya bergantung pada hasil panen daging ayam. Jika harga pakan ternak mahal, sedangkan harga daging ayam murah, hal ini akan berdampak buruk bagi mereka.

Adanya ketimpangan antara biaya produksi dengan keuntungan dari penjualan jelas membuat peternak mandiri mengalami kerugian. Jika hal ini dibiarkan, lambat laun akan berimbas pada kebangkrutan bagi mereka.

Solusi Pragmatis Pakan

Masalah kenaikan harga pakan jagung sejatinya bukanlah masalah yang baru. Akan tetapi, masalah ini telah menjadi problem yang tak kelar-kelar.  Penguasa telah memberikan solusi bagi masalah tersebut, tetapi nyatanya solusi yang diberikan tidak kunjung mengatasi problem ini.

Hal itu akibat solusi-solusi yang diberikan tidaklah menyentuh akar masalahnya, melainkan terfokus pada solusi praktis semata. Lihat saja, solusi yang diberikan pada kenaikan harga jagung untuk pakan ternak yaitu  mengambil langkah untuk membuka kran impor jagung dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Padahal, impor bukanlah solusi tuntas terhadap masalah ini karena impor jagung hanya memenuhi kebutuhan pada saat itu saja. Sedangkan yang dibutuhkan oleh para peternak mandiri adalah kebutuhan pakan ternak yang berkelanjutan. Artinya, harus ada swasembada pangan untuk tetap menjaga ketersediaan jagung.

Wajib diketahui juga bahwa kecanduan impor justru membuat suatu negeri berada dalam jebakan penjajah yang ingin menguasai dan mendikte negeri ini. Bagaimana tidak, impor membuat suatu negara akan kehilangan kedaulatan dan ia tidak mampu mandiri dalam menyelesaikan masalah yang membelit negerinya. Padahal, negeri ini memiliki kemampuan melakukan swasembada pangan karena memiliki tanah yang subur serta iklim yang bagus.

Dalang Kelangkaan Pakan

Problem kelangkaan pakan yang tidak kelar-kelar sejatinya diakibatkan oleh sistem yang mengatur negeri ini. Sistem kapitalisme sekuler telah menjauhkan para penguasa dari tanggung jawabnya yaitu mengurus urusan rakyatnya, termasuk dalam mewujudkan swasembada pakan untuk para peternak. Hal itu terbukti bagaimana solusi yang diberikan hanya bersifat pragmatis.

Di sisi lain, sistem kapitalisme juga membuat para penguasa justru lebih memihak pada kepentingan para oligarki daripada rakyat sendiri. Hal itu terlihat bagaimana kebijakan yang dibuat oleh para penguasa memberikan kebebasan kepada para oligarki untuk menguasai produksi dari hulu hingga hilir.

Sebagaimana pengesahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009. Pengesahan Undang-Undang ini seolah-olah ingin memajukan para peternak mandiri atau lokal agar bisa memiliki usaha dari hulu hingga hilir. Namun, hal tersebut jauh panggang dari api. Mengapa demikian? Sebab, bagaimana peternak mandiri bisa menjalankan usaha peternakan dari hulu hingga hilir, yaitu mampu menyediakan obat-obatan hingga  bibit unggul jika mereka tidak memiliki modal besar untuk memulai usaha? Ditambah peran negara dalam menjamin harga jagung murah juga sangat minim.

https://narasipost.com/opini/07/2023/inflasi-melanda-islam-solusinya/

Lagi-lagi semua hanya fatamorgana bagi kesejahteraan para peternak mandiri. Yang diuntungkan kembali jelas para pemodal besar atau oligarki, sebab mereka memiliki modal untuk melakukan produksi dari hulu hingga hilir. Oligarki mampu menyuplai bibit unggul dan obat-obatan yang banyak karena memiliki modal besar. Sedangkan pemodal kecil tidak dapat berbuat apa-apa karena kalah di pemodalan. Alhasil, mereka hanya bisa pasrah mengikuti ketentuan para oligarki. Di sisi lain, adanya monopoli pasar yang dimainkan oleh para oligarki semakin menambah derita mereka.

Sejahtera dalam Islam

Sejatinya problem tersebut hanya bisa tuntas jika Islam diambil sebagai solusi, sebab agama adalah sebuah aturan untuk mengatur kehidupan manusia.  Islam melahirkan para penguasa yang mampu mengemban amanah kepemimpinan sesuai ketentuan hukum syarak. Khalifah memainkan perannya sebagai raa'in dan junnah bagi rakyatnya. Kesejahteraan rakyat dalam kepemimpinan Islam menjadi prioritas utama untuk dipenuhi. 

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh Islam untuk memberikan kesejahteraan bagi peternak, yaitu:

Pertama, melakukan swasembada pakan dengan cara menaruh perhatian besar pada sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki andil besar untuk menunjang keberhasilan dalam sektor peternakan. Maka dari itu, khalifah akan memberikan perhatian pada sektor ini dengan cara tidak membiarkan adanya tanah-tanah pertanian yang mati (tidak dikelola), membangun fasilitas penunjang produktivitas pertanian, seperti bendungan, drainase, kincir angin, dan lainnya.

Kemudian, negara juga memberikan modal tanpa riba bagi para petani yang ingin menggarap tanahnya.  Negara bertanggung jawab secara langsung menyuplai kebutuhan pertanian, seperti bibit unggul, obat-obatan, pupuk, dan lainnya.  Dengan demikian swasembada pakan dan pangan pun akan terwujud.

Kedua, tidak membiarkan asing berkuasa. Negara tidak akan memberikan kewenangan kepada asing untuk menguasai pengelolaan dari hulu hingga hilir. Sebab, jika asing atau swasta berkuasa, yang menjadi standar bukan lagi kesejahteraan rakyat, melainkan keuntungan individu semata. Hal ini akan membuat negara lepas tangan dari tanggung jawabnya meriayah urusan rakyatnya.

Ketiga, mengawasi sistem pasar yakni tidak membiarkan adanya kecurangan dan monopoli harga. Dalam hal ini penguasa akan mengawasi pasar dengan menurunkan para qadhi hisbah-nya. Siapa yang melakukan kecurangan akan mendapatkan sanksi tegas dari negara. Dengan demikian, sistem pasar akan berjalan sesuai dengan permintaan dan penawaran yang sehat. Di sisi lain, negara tidak boleh melakukan pematokan harga karena Islam melarang aktivitas tersebut. Rasulullah saw. bersabda,

“Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, dan saya sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorang pun dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kezaliman pun dalam darah dan harta." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Keempat, mengatur pendistribusian barang. Negara melakukan pengawasan ketersediaan pakan dan kebutuhan rakyat lainnya di suatu daerah. Jika di suatu daerah kekurangan, negara melakukan pendistribusian dari daerah lain sehingga pasokan tetap terjaga.

Dengan berbagai mekanisme di atas dan ditunjang dengan sistem ekonomi dan sistem lainnya yang berlandaskan pada ideologi Islam, maka peternak mandiri dan seluruh rakyat mendapatkan kesejahteraan.

Khatimah

Penerapan sistem kapitalisme dalam berbagai lini kehidupan manusia membawa manusia pada malapetaka dan keterpurukan, sebagaimana nasib rakyat saat ini. Oleh karena itu, rakyat harusnya segera sadar bahwa penerapan sistem kapitalisme adalah biang keladi dari segala kerusakan dan segera mengambil Islam sebagai solusinya.

Dengan adanya penerapan Islam secara kaffah dalam seluruh sendi kehidupan manusia, maka rakyat akan sejahtera sebagaimana pada masa kejayaan Islam silam. Negara akan bertanggung jawab me-riayah urusan rakyatnya dengan baik. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Siti Komariah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Pemerintah dalam Mengelola Potensi Migas Raksasa
Next
Migrasi ke Jepang demi Kesejahteraan?
4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
8 months ago

Problem pakan hanya akan tuntas dengan penerapan sistem Islam

Sartinah
Sartinah
8 months ago

Kenaikan pakan memang jadi momok para peternak kecil. Problem ini terus berlarut dan tidak pernah mampu diselesaikan oleh penguasa. Di bawah sistem ini, tidak ada petani, peternak, dan masyarakat kecil yang bisa sejahtera.

Firda Umayah
Firda Umayah
8 months ago

Kenaikan pakan juga membuat sebagian peternak di Jawa Tengah gulung tikar.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram