HIV/AIDS sesungguhnya disebabkan oleh sistem kehidupan manusia hari ini yang serba bebas (liberal) dan meniadakan campur tangan agama.
Oleh. Hanifah Tarisa Budiyanti S.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- HIV/AIDS kembali marak di awal tahun 2024 dan hingga kini tak pernah surut. Seperti diberitakan pada salah satu laman berita, kasus HIV/AIDS di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, sepanjang tahun 2023 masih berjumlah ratusan kasus atau tepatnya 317 kasus dari total 20.000 orang yang telah di-screening. Walaupun menurun dibanding tahun 2022 yang berjumlah 338 kasus, tetapipenanganan yang lebih komperehensif tetap diperlukan. (Kompas.com 25/1/2024).
Yang lebih mengerikan, Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Dewa Gede Dony Lesmana, mengungkapkan kasus HIV/AIDS ini didominasi oleh rentang usia 25-49 tahun, alias usia produktif. Dari jumlah tersebut, penderitanya didominasi hubungan sesama jenis atau kelompok man sex with man (MSM), pekerja seks komersial, kelompok transgender, dan kelompok lainnya. (Kompas.com 25/1/2024).
Jumlah kasus tersebut hanya menunjukkan di salah satu kota di Indonesia. Fakta lain yang semakin mengejutkan menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus HIV terus meningkat sejak 2010-2022. Hingga Juni 2022, total pengidap HIV/AIDS yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia mencapai 519.158 kasus. Bahkan menurut WHO (World Health Organization), kematian akibat HIV/AIDS juga cukup tinggi. Hingga tahun 2020, sekitar 630.000 orang meninggal akibat HIV.
Sungguh tak habis pikir ketika mendengar kasus HIV/AIDS yang tak pernah surut ini. Ratusan ribu kasus HIV/AIDS tidak bisa dipandang remeh karena hal ini menyangkut kesehatan dan kewarasan akal generasi. Bagaimana generasi bisa bernasib cerah di masa depannya, jika di masa mudanya kehidupan mereka dihantui oleh berbagai penyakit menular seksual yang hingga kini belum ditemukan obatnya. Lantas apa penyebab maraknya kasus HIV? Adakah cara untuk memutus rantai penularan kasus HIV ini?
Liberalisme Biang HIV
Maraknya kasus HIV/AIDS sesungguhnya disebabkan oleh sistem kehidupan manusia hari ini yang serba bebas (liberal) dan meniadakan campur tangan agama. Naluri kasih sayang atau menyukai lawan jenis yang merupakan potensi dari Allah justru disalurkan dengan hubungan-hubungan tak bermoral yang menimbulkan penyakit sosial. Seperti misalnya penderita HIV yang lebih didominasi oleh LSL (lelaki suka lelaki), kelompok transgender ataupun pekerja seks komersial yang sering bergonta-ganti pasangan. Hal ini menandakan ada masalah yang sama juga seriusnya yaitu maraknya penyimpangan seksual dan hubungan zina yang kian merata.
Banyak di antara manusia hari ini yang merasa tidak perlu diatur oleh agama sehingga ketika mereka ingin melampiaskan nafsu syahwatnya, mereka justru melampiaskannya dengan semau mereka dengan dalih tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. Padahal telah nyata akibat kerusakan pergaulan yang mengintai nasib pemuda hari ini. Bahkan yang lebih menyesakkan dada, telah banyak berita yang memaparkan bahwa anak sejak usia bayi-balita telah mengidap penyakit HIV yang merupakan hasil tularan dari orang tuanya. Naudzubillah.
https://narasipost.com/opini/12/2020/refleksi-akhir-tahun-derita-perempuan-dalam-ide-ide-kebebasan/
Negara yang mestinya menjadi benteng terdepan dalam menjaga nyawa rakyatnya, justru tak pernah ambil pusing akan maraknya kasus-kasus PMS (Penyakit Menular Seksual). Dengan sistem kapitalisme hari ini yang dianut negara, penguasa justru membiarkan beredarnya konten-konten pornografi, kelab-kelab malam, dan tempat lokalisasi yang seluruhnya menjadi pemicu terbesar maraknya penyimpangan seksual dan perzinaan.
Tampaknya negara juga tak pernah terlihat mengeluarkan kebijakan semisal haramnya berpacaran, LGBT, dan larangan membuka kelab-kelab malam berikut sanksinya jika ada rakyat yang melanggar. Negara seperti memfasilitasi kemaksiatan hari ini dan kalaupun ada upaya pencegahan seperti screening dan edukasi seks, hal tersebut juga tak terbukti bisa memutus rantai penularan kasus PMS. Ini karena negara hanya berfokus kepada korban HIV, tetapi tak pernah menggali apa akar masalah dari maraknya kasus HIV yaitu sistem kapitalisme liberal yang meniscayakan maraknya kerusakan pergaulan hari ini. Lalu dengan cara apa kasus HIV bisa berkurang bahkan habis tak bersisa? Mungkinkah?
Islam Menjaga Kemuliaan
Maraknya kerusakan pergaulan dan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS telah menyebabkan manusia mengalami kehinaan di dunia dan akhirat. Bahkan mereka pun tak peduli terhadap hari akhir yang akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan mereka. Oleh karenanya, Islam turun bukan hanya sekadar memerintahkan manusia untuk berakhlak baik, melainkan juga mengatur manusia dengan seluruh aturannya. Ketika aturan diterapkan menyeluruh, maka akan memuliakan manusia di dunia dan akhirat.
Terkait maraknya kasus HIV, Islam telah menekankan berbagai aturan yang jauh sebelum munculnya HIV yaitu aturan seperti perintah menjaga pandangan dan menutup aurat (Lihat QS. An-Nur ayat 30-31, dan QS. Al-Ahzab ayat 59), larangan mendekati zina (QS. Al-Isra’ ayat 32), larangan menyukai sesama jenis (QS. Al-A’raf ayat 80-81) dan perintah bagi manusia untuk menyempurnakan separuh agamanya dengan menikah, bukan melakukan hubungan seksual yang tidak terikat. Islam juga mendorong setiap individu agar bertakwa kepada Allah sehingga memiliki rasa takut ketika ingin bermaksiat.
Begitu pun peran negara dalam Islam. Negara wajib memastikan tegaknya pelaksanaan hukum Islam terhadap seluruh rakyatnya dan mendorong rakyatnya untuk senantiasa beramar makruf nahi mungkar sehingga suasana keimanan yang tinggi akan tercipta dan tidak ada yang berani bahkan malu jika kedapatan melakukan aktivitas maksiat. Negara juga akan menutup berbagai celah kemaksiatan seperti memblokir drama atau film yang berbau syahwat, tempat-tempat yang mengumbar aktivitas maksiat seperti kelab-kelab malam, lokalisasi, konser, dan melarang peredaran miras, narkoba, dan segala sesuatu yang terbukti bertentangan dengan agama dan merusak akal manusia.
Semua mekanisme ini dijalankan oleh negara karena negara adalah sebuah perisai (junnah) yang melindungi rakyatnya dan juga mengurusi mereka agar tetap taat dalam beragama sehingga terwujud kemuliaan hidup. Sebagaimana sabda Nabi saw.
“Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR. Ahmad dan Bukhari).
Alhasil, sudah semestinya seluruh umat Islam sadar akan kerusakan yang terjadi hari ini, paham akan penyebab atau akar masalahnya yaitu sistem kapitalisme sekuler nan liberal dan tahu bagaimana cara menuntaskan HIV/AIDS yaitu dengan Islam. Setelah itu, mereka tidak boleh berdiam diri melainkan harus bergerak melawan kezaliman sistem hari ini yang nyata-nyata merusak dan merendahkan kehidupan mereka. Tentunya arah perubahan itu haruslah dengan dakwah yang argumentatif dan non-kekerasan. Sungguh kemuliaan hidup tidak akan kita dapatkan jika kita masih merasa nyaman hidup dalam sistem hari ini yang meniadakan agama dan malah mencampakkan Islam.
Umar bin Khaththab ra. pernah berkata,
“Sesungguhnya kita dulu adalah kaum yang hina, kemudian Allah muliakan kita dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan selain dengan yang Allah telah muliakan kita, maka Allah pasti akan menghinakan kita.” (HR. al-Hakim)
Wallahu a'lam bishawab.[]
Masyaallah ...
Hadis terakhir bikin terenyuh. Kita sudah mulia dengan Islam. Sayangnya, hari ini kita hidup di sistem yang justru Islam dihinakan. Hingga umatnya malah doyan ikut aturan dan kebiasaan manusia yang salah ketimbang manut sama syariat agamanya.
Semoga Allah Swt. masih menjaga generasi umat ini dari perbuatan yang keji.
Ngerinya permasalahan HIV AIDS diera sekularisme. Tidak adanya agama dalam pergaulan membuat semua tertimpa masalah
Makin mengerikan kondisi negeri ini. Butuh solusi cepat dan tuntas. Semoga masyarakat sadar bahwa segala bentuk penyimpangan syariat Islam membawa kerugian dan bencana bagi manusia.
LSL, transgender, PSK memang sangat rawan terkena HIV/AIDS karena banyaknya perilaku menyimpang yang mereka lakukan saat ini. Betul memang, upaya yang dilakukan negara saat ini memang tidak pernah menyentuh akar permasalahan. Jadi gak heran penyakit itu terus menyebar dan menggurita.
Kasus HIV bagai fenomena gunung es hingga kini tak pernah surut. Malah menjadi-jadi, meluas dan menyasar siapa sj. Butuh aturan komprensif dan sistematis. agar putus mata rantai penyebarannya hingga keakar2nya. Dan itu hanya ada pada penerapan kembali Islam kaffah. Insyaallah.
Kini saatnya ganti sistem kapitalisme dgn sistem Khilafah. Agar umat selamat dari HIV AIDS dan kemaksiatan lainnya.
Barakallah untuk penulis. Maslaah HIV memang tidak ada hentinya. Yah gimana mau berhenti jika pergaulan bebas dianggap hal biasa, bahkan negara memberikan fasilitas. Miris melihat fakta generasi saat ini. Saatnya Islam memimpin dunia dan menjadikan generasj kembali pada fitrahnya sebagai agen of change
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'un. Sedih melihat fakta pemuda saat ini. Bukan menjadi agen perubahan malah menambah persoalan. Padahal jelas HIV ancaman nyata yang seharusnya sudah cukup menjadi alasan meninggalkan gaya hidup bebas
Mustanir, Mbak Hanifah.
Mau menyangkal gimana lagi mereka?
Penderita HIV memang lebih didominasi oleh LSL, transgender dan PSK.
Solusinya harus sistemik dan peran negara sangat krusial di sini.