Dekadensi moral tidak mencerminkan karakter khas pemuda, yakni generasi yang akan melanjutkan estafet perubahan (agent of change).
Oleh. Rastiash
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Beberapa pekan terakhir ini masyarakat Indonesia digegerkan dengan berita yang menyesakkan dada. Seorang remaja berinsial J (16 Tahun) membunuh satu keluarga hingga menewaskan lima orang. Pelaku masih kelas 3 SMK. Kasus pembunuhan tersebut terjadi di Desa Babulu, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (kompas.com, 6/2/2024).
Sebelum peristiwa sadis ini terjadi, pelaku berpesta minuman keras bersama teman-temannya. Setelah pesta selesai, pelaku diantar pulang oleh temannya, kemudian J mengambil sebuah parang dan menuju rumah korban yang memang berdekatan untuk melancarkan aksinya. Motif pembunuhannya adalah karena dendam dan persoalan asmara dengan korban RJS (14 Tahun). Korban memutuskan hubungan dengan pelaku dikarenakan sudah memiliki pasangan lain. Selain itu, sebelum tragedi terjadi, terdapat konflik sepele yakni masalah ayam yang sering masuk ke pekarangan pelaku dan pinjam helm belum dikembalikan.
Sungguh miris persoalan sepele berujung hilangnya nyawa. Persoalan dekadensi moral bukan hal baru yang menimpa generasi negeri ini. Bahkan, sudah berulang kali terjadi. Padahal bangkit dan jatuhnya suatu bangsa ditentukan oleh pemudanya. Pemuda adalah generasi yang akan melanjutkan estafet perubahan (agent of change). Namun, realitasnya berbanding terbalik, pemuda mengalami dekadensi moral (kemerosotan moral). Mengapa bisa terjadi? Apa penyebabnya?
Akar Masalah Dekadensi Moral
Remaja yang tega melakukan perbuatan sadis itu menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres. Semua itu adalah akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme di negeri ini. Kapitalisme dengan asas sekularisme telah memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dibolehkan mengatur masalah ibadah mahdah saja, seperti salat, zakat, puasa, dan haji. Agama dijadikan sebagai urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri dan tidak boleh mencampuri urusan publik, termasuk pendidikan.
Oleh karena itu wajar, buah pahit dekadensi moral yang mengidap remaja dan masyarakat terus mengeluarkan bau busuk. Dukungan sistem pendidikan, media informasi, dan sanksi dalam menyumbang dekadensi moral juga sangat luar biasa.
Sistem pendidikan kapitalisme sekuler tidak mampu mencetak generasi unggul yang berkepribadian Islam. Kurikulum pendidikan yang diberikan kepada pelajar minus aplikasi agamannya. Pelajaran agama hanya diberikan 2 jam selama sepekan. Akibatnya, hilanglah nilai-nilai ketakwaan dalam diri pelajar. Perilakunya tidak lagi diukur berdasarkan syariat Islam. Ancaman siksa api neraka tidak lagi ditakuti. Asas sekularisme telah menancap kuat, hingga hawa nafsu yang dipandu gaya hidup liberal dijadikan kepemimpinan berpikir.
https://narasipost.com/opini/10/2022/maraknya-tawuran-antarpelajar-potret-buram-pendidikan-sekuler/
Sistem informasi juga menyumbang kerusakan generasi. Tidak adanya filter dari penguasa sehingga semua informasi masuk begitu saja, seperti tontonan kekerasan, pornografi, dan pornoaksi. Selain itu, media games juga banyak yang berbau kekerasan. Kemudian sistem sanksi yang diterapkan tidak memberi efek jera, sehingga kejahatan terus berulang dari waktu ke waktu.
Di sisi lain, sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan negara lebih mementingkan keuntungan daripada keselamatan generasi. Miras yang sudah jelas sebagai pemicu kejahatan, masih saja diproduksi dan didistribusikan.
Islam Solusinya
Penyelesaian dekadensi moral generasi dan masyarakat tidak akan pernah tuntas tanpa mencabut akar permasalahannya yakni kapitalisme sekuler, kemudian menggantinya dengan sistem Islam. Islam bukan hanya sekadar agama yang mengatur masalah ibadah mahdah saja. Islam adalah agama yang sempurna, di mana mempunyai seperangkat aturan yang mengatur semua aktivitas kehidupan manusia. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, mulai masalah pribadi sampai masalah negara. Sejarah mencatat bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah telah menguasai 2/3 dunia dengan keadilan dan kejayaannya ketika aturan Islam diterapkan secara menyeluruh.
Islam mampu melahirkan generasi berkualitas yang memiliki kepribadian Islam, pola pikir Islam, dan pola sikapnya juga Islam. Karena kurikulum pendidikan yang digunakan berasaskan pada hukum Allah yakni Al-Qur'an dan hadis. Islam telah berhasil melahirkan banyak para ulama seperti Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki dan masih banyak lagi. Selain itu juga melahirkan ilmuwan dalam berbagai bidang.
Kemudian dalam penerapan sistem informasi, Islam hanya akan memberikan tontonan yang mampu meningkatkan keimanan. Adapun tontonan yang mengarah pada dekadensi moral akan difilter oleh negara yang berfungsi me-riayah umat secara totalitas. Dalam Islam, keselamatan umat lebih penting dibanding dengan keuntungan materi.
Islam juga melarang keras untuk menjual atau membeli minuman khamar. Seseorang yang melakukan kemaksiatan akan dipandang sebagai pelaku membuat aib bagi keluarga dan masyarakat, sehingga tidak ada orang yang berani melakukannya. Jika ada seseorang yang masih melanggar, maka kepala negara akan memberikan sanksi yang tegas.
Penerapan sistem sanksi dalam Islam sangat tegas. Siapa pun yang melakukan kejahatan atau pelanggaran syariat akan ditindak dengan tegas tanpa terkecuali. Sanksi dalam Islam berfungsi sebagai penebus dosa pelaku dan sebagai pencegah munculnya pelaku baru. Jadi kembali kepada Islam dengan diterapkannya syariat Islam secara kaffah adalah solusi tuntas mengatasi masalah dekadensi moral generasi.
Khatimah
”Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: (salah satunya)... pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah...”(HR. Bukhari)
Wallahu a'lam bishawab.[]
Pemuda yang seharusnya menjadi salah satu pilar pembangun bangsa kini mengalami kemerosotan moral yang sangat memprihatinkan. Semua tidak terlepas dari penerapan sistem dalam kehidupan saat ini
Dekadensi moral generasi menambah kompleksnya permasalahan di negeri ini. Ini yang wajib disadari dan diinsyafi oleh para peninggalan negeri
Barokallahu fiik, Mbak
Sekularisme yang menggenggam prinsip kebebasan memang menjadi penyebab maraknya dekadensi moral saat ini. Generasi yang seharusnya menjadi penerus estafet peradaban, justru mengalami kondisi memprihatinkan.