“Ketika pergi ke pengajian dianggap tidak bermanfaat, buang-buang waktu, bahkan melalaikan urusan rumah tangga, maka seseorang tersebut tidak akan mengikuti pengajian dan lebih memilih berdiam diri di rumah.”
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Viral! Dunia maya dihebohkan dengan sebuah pernyataan nyinyir dari seorang ibu pejabat terhadap ibu-ibu yang suka ke pengajian. Tentu saja, hal ini membuat geram para ibu yang biasa ke pengajian. Dikutip dari media sindonews.com (18/2/2023), Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengatakan, "Saya melihat ibu-ibu itu ya, maaf ya, kenapa toh seneng banget ke pengajian ya. Maaf beribu maaf. Ini pengajian sampai kapan? Anake arep diapake?"
Tentu saja, pernyataan ini mengundang perhatian masyarakat terutama kaum ibu. Sikap prihatin juga datang dari tokoh masyarakat di negeri ini. Ketua Majelis ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Cholil Nafis, turut angkat bicara atas pernyataan kontroversial Mega itu. Kiai Cholil menulis di akun Twitter pribadinya pada Sabtu (18/2), "Saya maafkan. Tapi tak ada ceritanya ibu-ibu itu jadi bodoh dan tidak kreatif. Ngaji itu melatih hati, mengkaji, dan melatih pikir. Keduanya banyak yang bisa memadukan sekaligus."
Akibat Sekularisme
Sebenarnya apa yang dilontarkan Bu Mega tak mengherankan dalam sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan saat ini. Di mana pola pikir dan sikap seseorang dibentuk untuk melepaskan aturan agama dalam kehidupan. Dalam arti, mereka bebas mau melakukan apa saja.
Mereka beranggapan kehidupan dunia adalah hak manusia untuk mengatur sepenuhnya. Karena, yang menjadi tolok ukur kebahagiaan adalah mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya atau sesuatu yang memiliki nilai manfaat dan menguntungkan baginya. Ketika pergi ke pengajian dianggap tidak bermanfaat, buang-buang waktu, bahkan melalaikan urusan rumah tangga, maka seseorang tersebut tidak akan mengikuti pengajian dan lebih memilih berdiam diri di rumah.
Sebagai umat Islam terbesar di dunia, kita semua tentu menyayangkan kata-kata nyinyir yang dilakukan Ibu Mega. Apatah lagi beliau adalah seorang tokoh. Ucapannya yang mempersoalkan ibu-ibu gemar ke pengajian seolah menstigmakan ibu-ibu tidak becus mengurus anaknya di rumah. Terlihat ada upaya mengerdilkan makna pengajian. Tentu ucapan seperti ini tak pantas dilakukan, sebab bisa memunculkan sikap pembenaran, abai untuk belajar agama, serta islamofobia di kalangan masyarakat.
Seharusnya Ibu Mega mendorong para ibu pergi ke pengajian. Jika perlu ada peraturan yang mewajibkan para ibu untuk ikut pengajian. Sebab, dengan hadirnya mereka ke pengajian akan banyak ilmu yang mereka peroleh, di antaranya tahu bagaimana cara membaca Al-Qur'an dengan benar, memahami kewajiban salat, cara mendidik anak menjadi saleh/salihah, menutup aurat, menjaga lisan, adab bergaul, menghormati orang tua, jual beli tanpa riba, sanksi hukum, dan masih banyak ilmu yang lain.
Di kehidupan sekuler hari ini, jika tak berbekal dengan ilmu Islam kaffah seseorang akan menjadi bodoh, rapuh, dan tidak mengerti cara menyelesaikan setiap persoalan yang sedang dihadapinya. Mengerikannya lagi, ketidaktahuan/kebodohan dalam agama akan memunculkan kehinaan bagi individunya di dunia dan akhirat. Pun berbagai kerusakan bisa ditimbulkan di tengah masyarakat.
Kewajiban Belajar Islam
Berbeda dengan kapitalisme sekularisme, Islam justru mendorong dan mewajibkan pemeluknya untuk belajar ilmu agama dan berbagai cabang ilmu lainnya. Islam sejak awal dibawa Rasulullah saw. sangat menekankan kepada pemeluknya untuk belajar dan mengikat diri dengan majelis-majelis ilmu. Sebab, belajar Islam merupakan fardu ain bagi orang beriman. Sebagaimana diriwayatkan hadis Ibnu Majah no.224, Rasulullah saw. menuturkan, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim."
Jika kita menengok sejarah, pengajian yang marak sekarang bukanlah hal yang baru. Di Makkah, masa awal dakwah Rasul saw. sudah ada Darul Arqam. Di tempat ini, majelis ilmu dan pembinaan pertama kali dilaksanakan oleh Rasulullah saw. untuk membimbing dan mengajari para sahabat tentang ilmu tauhid, Al-Qur'an, tsaqafah Islam, berbagai disiplin ilmu, dan kegiatan dakwah. Sehingga, lahirlah para pemuda-pemuda hebat yang berkepribadian Islam, bertakwa, dan tangguh dengan keunggulan potensi masing-masing.
Di majelis Rasulullah saw. telah banyak melahirkan sosok-sosok shahabiyah yang memiliki keutamaan dan layak menjadi panutan bagi para muslimah. Seperti, Aisyah r.a. binti Abu Bakar Ash-Shidiq merupakan ummul mukminin yang terkenal dengan kecerdasannya, memiliki daya ingat yang kuat, sedikitnya 1.210 hadis yang telah diriwayatkannya. Wajarlah jika beliau menjadi rujukan dan tempat bertanya para sahabat. Aisyah juga memiliki keunggulan di berbagai cabang ilmu seperti fikih, syair, dan kesehatan.
Hindun binti Utbah bin Rabi'ah adalah seorang wanita multitalenta yang terkenal pemberani, cerdas, dan kefasihan lisan yang tak diragukan. Beliau selalu menerbitkan ide-ide cemerlang. Selain pandai bersyair, suaranya yang lantang kerap menyemangati kaum muslimin dalam peperangan melawan musuh.
Asma' binti Yazid terkenal dengan sikapnya yang kritis, tak pernah gentar, dan mahir dalam berucap. Sehingga, selalu menjadi perwakilan para sahabat dalam bertanya ketika di majelis Rasulullah saw. Seperti, saat ia mengajukan pertanyaan atas keheranannya terkait kaum pria yang lebih utama dalam hal ibadah di masjid, jihad, menyaksikan jenazah, dll. Sedangkan wanita hanya berdiam diri di rumah, mengurus anak, menjaga harta suami, dan seterusnya. Apakah akan mendapat pahala yang sama seperti kaum pria? Begitulah pertanyaan Asma kala itu.
Masyaallah tabarakallah. Sungguh mengagumkan karakter orang yang menyibukkan diri dalam belajar Islam. Di bawah gemblengan Rasulullah saw. lahirlah pribadi-pribadi cemerlang. Mereka bagaikan kilau mutiara yang indah, sekalipun berasal dari lumpur yang hitam.
Semoga kisah kehebatan para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama menjadi mood booster bagi wanita muslimah abad kekinian. Sehingga, mereka lebih bersemangat lagi hadir ke pengajian guna belajar Islam kaffah. Kemudian melaksanakan amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah umat.
Pada akhirnya, cukuplah kiranya firman Allah Swt. dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 menjadi penguat kita dalam belajar Islam demi meraih keridaan-Nya. "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti atas apa yang kamu kerjakan."
Wallahu a'lam bishawab[]
Belum tahu ya Ibu rasanya ikut pengajian ala ideologis, itu bukan sekadat takliman pada umumnya. Ini bener2 mencetak menjadi hamba yg bersyakhsiyah islamiyah sesuai perintah Allah utk berislam kaffah sbagaimana dlm AlBaqarah ayat 208. Maka ibu2 yg biasa ngaji pasti merindukan ini. Majelis ilmu healing mereka. rugi loh bu klo gak ngaji.