Kapitalisme Membunuh Populasi Manusia

“Sistem rusak ini telah membuat manusia hanya memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan demi memenuhi kenaikan biaya hidup. Sehingga, memaksa wanita lebih banyak memasuki dunia kerja dan memilih menunda untuk memiliki anak, bahkan menolak punya anak.”

“Sistem rusak ini telah membuat manusia hanya memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan demi memenuhi kenaikan biaya hidup. Sehingga, memaksa wanita lebih banyak memasuki dunia kerja dan memilih menunda untuk memiliki anak, bahkan menolak punya anak.”

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sedang ramai seorang influencer muslim yang mengaku awet muda karena memilih untuk tidak mempunyai anak alias childfree. Baginya, tidak memiliki anak membuatnya bisa tidur delapan jam sehari, tidak stres karena mendengar anak yang menjerit-jerit, dan mempunyai uang untuk perawatan karena tak harus membiayai anak. Tak pelak, ocehannya langsung viral dan mengundang respons berbagai kalangan. Ada yang mendukung, namun tak sedikit yang menghujat. (liputan6.com, 8/2/2023)

Tak hanya itu, dunia TikTok pun sedang dihebohkan dengan unggahan beberapa TikTokers, salah satunya akun @teguhtodiro. Dia memperlihatkan penampakan beberapa wilayah di Jepang yang terlihat lengang dan sepi. Rumah-rumah penduduk terlihat sunyi tak berpenghuni. Dalam narasinya, sang vlogger mengatakan bahwa tahun ini pemerintah Jepang telah menarik sekitar 9 juta rumah kosong karena tak ada yang mewarisi. Ya, Jepang telah mengalami resesi seks yang mengakibatkan jumlah penduduknya menurun drastis.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, telah menegaskan masalah rendahnya angka kelahiran di negaranya, juga membengkaknya populasi tua yang harus segera diatasi. Bahkan Bank Dunia mencatat, bahwa proporsi penduduk Jepang yang berusia 65 tahun ke atas berada di urutan kedua tertinggi di dunia setelah Monako. Saat ini, tercatat jumlah penduduk Jepang mencapai 125 juta jiwa. Negeri tersebut telah lama berjuang untuk menanggulangi resesi seks akut, serta mencari cara bagaimana memenuhi kebutuhan pesatnya pertumbuhan penduduk lanjut usia. Dalam pernyataannya, perdana menteri Jepang mengatakan, "Jumlah kelahiran telah diperkirakan menurun hingga mencapai angka di bawah 800 ribu tahun lalu". (dream.co.id, 9/2/2023)

Angka kelahiran di beberapa negara maju mengalami kelambatan dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya, sistem kapitalisme yang telah menghancurkan pemahaman manusia terkait hakikatnya sebagai makhluk sosial yang harus berkembang biak dan mempunyai generasi. Sistem rusak ini telah membuat manusia hanya memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan demi memenuhi kenaikan biaya hidup. Sehingga, memaksa wanita lebih banyak memasuki dunia kerja dan memilih menunda untuk memiliki anak, bahkan menolak punya anak. Pemikiran menambah pendapatan inilah yang akhirnya merusak fitrah manusia serta mengesampingkan pemenuhan naluri. Tak heran, banyak bermunculan fenomena LG8T dan pemikiran childfree, dengan alasan tak ingin repot dan berkurangnya income.

Dampak Kurangnya Penduduk

Jika di suatu negeri angka kelahiran terus berkurang, maka yang akan terjadi adalah ledakan aging population. Aging population adalah kondisi terjadi peningkatan jumlah angka lansia yang drastis dan mendominasi masyarakat dalam suatu negara. Kurangnya usia produktif dan dominasi lansia ini, tentu akan sangat memengaruhi kemajuan suatu negeri karena tak ada regenerasi serta penerus cita-cita bangsa.

Inilah watak dari sistem kapitalisme. Sistem yang menjadikan manusia tak pernah puas dalam menggapai kebahagiaan semu. Sehingga mengancam kepunahan populasi manusia serta merusak kehidupan dunia dan seisinya.

Pandangan Islam

Islam adalah agama yang sangat manusiawi. Secara fitrah, manusia pasti ingin mempunyai keturunan dan senang dengan anak-anak. Islam sangat menganjurkan umat muslim untuk mempunyai anak banyak. Karena, jumlah yang besar merupakan suatu kenikmatan bagi suatu kaum. Terlebih, disertai dengan pendidikan agama yang baik, adab, dan akhlak mulia pada anak.

Islam membantah slogan kapitalisme yang menyesatkan bahwa, “Banyaknya penduduk adalah beban negara”. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 6, bahwa jumlah yang banyak merupakan kenikmatan bagi suatu kaum, “Dan Kami jadikan kelompok yang lebih besar.”

Dalam surah Al-A’raf ayat 86, Allah telah memperbanyak jumlah kaum Nabi Syu’aib padahal sebelumnya sedikit. “Dan ingatlah, ketika dulunya kalian berjumlah sedikit, kemudian Allah memperbanyak jumlah kalian.”

Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan kepada umatnya agar memiliki anak yang banyak. Sebagaimana yang beliau sampaikan dalam hadis mulia riwayat Ibnu Hibban 9/338, Irwa’ no 1784,

عن أنس بن مالك قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, ‘Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak, karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan para nabi pada hari kiamat’."

Jelaslah, dalam hadis di atas Rasulullah memerintahkan umatnya untuk memperbanyak keturunan agar umat ini dapat beliau banggakan di hadapan umat lain. Dalam pandangan Islam, memiliki banyak anak yang saleh dan salehah merupakan harta terbesar dan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Selain sebagai penyejuk mata, anak-anak juga merupakan regenerasi dan aset mereka di akhirat kelak. Bahkan Rasulullah sering mendoakan para sahabat supaya mempunyai anak yang banyak, salah satunya sahabat Anas bin Malik.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad (no. 653), nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakannya,

اَللَّهُمَّ أَكْشِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَ طِل حَيَاتَهُ وَا غْفِرْلَهُ

“Ya Allah! Banyakanlah hartanya dan anaknya, dan panjangkanlah umurnya dan ampunkanlah ia.” [Derajat hadis ini hasan]

Namun mempunyai banyak anak juga harus disertai dengan pendidikan dan perhatian yang baik, terutama pendidikan agama. Karena, anak-anak yang memahami agama kelak akan dapat mendoakan dan menjadi syafaat bagi orang tuanya. Sebagaimana dalam hadis beliau yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad no. 9079, Imam Muslim no. 4310, Imam Abu Daud no. 2882, dan yang lainnya, "Apabila manusia mati maka terputuslah amalnya, kecuali karena tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat bagi manusia, dan anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya."

Dalam kitabnya Ihya ‘Ulum Ad-Diin, Imam Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan, ada banyak sekali manfaat mempunyai banyak anak. Di antaranya, usaha yang dilakukan dalam rangka mendapatkan keturunan, sudah dinilai sebagai suatu ibadah dan akan mendapat pahala di sisi Allah. Hal ini dilihat dari beberapa faktor, yaitu :

  1. Manusia berusaha menjalankan perintah Allah agar tetap memiliki keturunan, sehingga eksistensi manusia tetap terjaga.
  2. Mengharapkan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena rasa bangga beliau dengan banyaknya jumlah keturunan umatnya pada hari kiamat.
  3. Mengharapkan berkah dari doa-doa anak saleh setelah itu, karena hanya anak saleh yang bisa mendoakan orang tuanya dan doanya dikabulkan oleh Allah.

Banyaknya jumlah akan membuat umat ini kuat. Apalagi, jika didukung dengan sistem yang mumpuni, maka akan terlahir generasi yang unggul. Islam telah membuktikan selama kurang lebih 13 abad mampu memimpin dunia dengan sistemnya yang hebat. Islam telah melahirkan orang-orang hebat di bidangnya.

Sistem pemerintahan yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh telah melahirkan sistem pendidikan unggul dengan banyaknya universitas-universitas hebat. Sebut saja, Universitas Al-Qarawiyyin di Kota Fez, Maroko yang didirikan oleh perempuan hebat bernama Fatimah Al-Fihri, Universitas Al-Azhar Mesir yang masih bertahan hingga saat ini, dan sejumlah perguruan tinggi lain yang menjadi primadona pusat pendidikan dunia kala itu.

Kemudian, para ilmuan andal dan para ulama muktabar yang sampai sekarang ilmu mereka masih menjadi patokan ilmu pengetahuan modern. Sebut saja, Ibnu Sina, Ibnu Al-Haitsami, Al-Khawarizmi, Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Ibnu Hanbal, Imam Abu Hanifah, sang Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Batuthah Al-Biruni, Al-Kindi, Abbas Ibnu Firnas, dan masih banyak lagi.

Banyaknya jumlah juga akan memengaruhi kekuatan militer suatu bangsa. Bagi negara Khilafah, maka akan sangat berguna untuk membantu upaya penaklukkan negara-negara kufur agar risalah Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia, seperti yang terjadi di masa keemasan Islam terdahulu. Semangat jihad yang membara, para panglima tangguh yang bertakwa, serta besarnya jumlah militer telah menjadikan Khilafah sebagai negara adidaya. Tak ada yang berani merendahkan Islam, karena khalifah akan dengan tegas mengerahkan pasukan untuk memerangi musuh kaum muslimin.

Kegemilangan inilah yang membuat musuh-musuh Islam ketakutan dan cemas akan bangkitnya sistem Islam dan banyaknya kaum muslimin. Mereka membuat narasi dan propaganda busuk untuk menakut-nakuti kaum muslimin, serta membuat berbagai program dalam rangka membatasi kelahiran di negeri-negeri Islam. Menciptakan barometer kebahagiaan yang berporos pada pencapaian fisik dan materi sehingga meracuni pemikiran kaum muslimin.

Selain itu, kemunculan ide feminisme yang menginginkan persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan juga telah memorak-porandakan fungsi keluarga. Karena, perempuan lebih mengejar karier daripada memenuhi kodratnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ditambah lagi, maraknya laki-laki yang sudah terpapar LG8T lebih memilih menjadi gay daripada menjadi kepala keluarga. Maka dari itu, sudah saatnya sistem kapitalisme yang mematikan fitrah manusia diganti dengan sistem yang terbukti dapat menjaga keberlangsungan eksistensi manusia, yaitu sistem Islam.
Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Protect Great Barrier Reef with the Great System
Next
Nikah Beda Agama: Institusi Keluarga Sasaran Empuk Sekuler-Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram