Islam Kaffah vs Islam Moderat/Kapitalis, Mengapa Berbeda Jalan?

"Syariat Islam bagi para pengusung kapitalis dianggap telah banyak menghalangi berkembangnya proses penguasaan mereka terhadap ekonomi dunia. Khususnya yang datang dari ideologi Islam, sebagaimana syariat Islam yang diterapkan umat muslim di negara berpenduduk mayoritas muslim dunia. Sehingga para kapitalis membuat strategi pengalihan berupa aturan atau makna baru bagi umat muslim atas syariat mereka sendiri."

Oleh. Desi Wulan Sari, M.Si.

NarasiPost.Com-Akhir-akhir ini narasi moderasi beragama tengah ramai digaungkan kepada masyarakat. Namun, yang menjadi persoalan adalah narasi dan opini tersebut banyak mengandung polemik, seakan jauh dari kata menyatukan umat. Bahkan, kerapkali terindikasi wacana yang muncul selalu menjadi polemik akibat kebijakan yang senantiasa dibalut atas nama moderasi beragama oleh para pemangku negeri.

Islam adalah agama yang satu dan universal. Semestinya, tidak ada pemisahan menjalankan syariat dalam agama Islam. Pemahaman Islam kaffah haruslah sesuai dengan yang diwahyukan kepada Rasulullah saw untuk seluruh umat manusia. Melihat fakta-fakta yang tengah bergulir, banyak sudah perubahan yang dilakukan melalui berbagai kebijakan yang mengatasnamakan moderasi beragama. Namun, jika kita tela'ah lebih jauh, moderasi beragama ini lebih banyak ditujukan pada Islam. Di mana berbagai persoalan dipandang perlu dimoderasikan jika berkaitan dengan syariat.

Melihat fenomena yang kini muncul di masyarakat, semestinya umat lebih kritis dalam bersikap, melihat Islam kini seakan-akan tengah dibenturkan oleh Islam yang lebih modern yang dianggap sebagai cara pemersatu umat beragama. Padahal, pemikiran ini jelas berasal dari kapitalisme dan selalu bertolak belakang dengan hukum-hukum syariat. Bagi pemahaman kapitalis, moderasi beragama perlu dilakukan agar cara pandang dalam beragama mengarah kepada moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan cara tidak ekstrem, baik ekstrem kanan (pemahaman agama yang sangat kaku) maupun ekstrem kiri (pemahaman agama yang sangat liberal).

Upaya-upaya perubahan menuju moderasi beragama diterapkan ke berbagai bentuk program. Seperti halnya program yang dibuat oleh Instansi Kementrian Agama, dengan mengeluarkan program Penguatan Moderasi Beragama (PMB) di sekolah. Menurut Dirjen Pendidikan Islam, M. Ali Ramdhani, menyebut PMB menekankan pada tiga hal, yakni nilai integritas, solidaritas, dan tenggang rasa. (ihram.co.id, 16/11/2021)

Seakan -akan dalam syariat tidak diatur bentuk interaksi hubungan di luar umat muslim, sehingga tercipta ketidakharmonisan atau dianggap kurang tenggang rasa, benarkah?

Beberapa waktu lalu program sertifikasi pendakwah pun pernah digulirkan, akibatnya para pendakwah ahlu sunah wal jamaah banyak yang dikriminalisasi karena dianggap ceramah atau dakwahnya terlalu ekstrem (mendakwahkan syariat Islam), hingga dakwah-dakwah mereka mulai diatur dengan pembatasan ruang tema dakwah melalui sertifikasi. Hal tersebut masih menjadi pro dan kontra di masyarakat hingga kini. (kompasiana.com, 21/5/2018)

Latar Belakang Moderasi ala Kapitalis

Sebelumnya, kita perlu memahami kondisi umat di dunia belakangan ini, yakni adanya indikasi kebangkitan umat Islam yang kian menguat. Kesadaran umat yang semakin memahami syariat Islam secara utuh menimbulkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi di belahan dunia beberapa waktu lalu. Dan inilah beberapa peristiwa yang terjadi serta melatari kebangkitan umat muslim dunia, antara lain:
1. Terjadinya demonstrasi di berbagai negeri Arab, Tunisia, Aljazair, Mesir, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, terjadi kebangkitan di negeri-negeri wilayah Arab (Arab springs).

2. Barat (kapitalis) melihat suara umat muslim yang semakin merindukan syariat Islam ditegakkan, hingga membuat Barat menuntut perubahan pada syariat Islam melalui berbagai cara.

3. Para pengusung kapitalis telah membaca tanda-tanda kebangkitan tersebut di negara-negara mayoritas muslim.

4. Di Indonesia, agenda memoderasi agama pun sudah masuk melalui program-program yang menghambat laju kebangkitan umat, membatasi aturan Islam Kaffah, dan mencoba menetralisasikan setiap syariat menjadi tersamar, dengan alasan mereka ingin menjaga harkat dan martabat manusia. Menjaga persatuan dan mampu mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan dalam mengimplementasikannya.

Bukan hal yang asing bagi kita, saat ini bahwa Barat memiliki suatu lembaga penelitian yang bernama RAND Corporation yaitu sebuah think tank nirlaba Amerika yang “katanya” memiliki tujuan mengembangkan solusi untuk tantangan kebijakan publik, untuk membantu agar masyarakat di seluruh dunia lebih sehat dan lebih sejahtera. Padahal, terindikasi dari penelitian yang banyak dilakukan, salah satunya penelitian yang dilakukan di negeri-negeri muslim, dan hasil penelitiannya menjadi usulan dalam menghadapi dan menghalangi kebangkitan umat Islam di dunia. (Al Wa’ie, 28/12/2019)

Syariat Islam bagi para pengusung kapitalis dianggap telah banyak menghalangi berkembangnya proses penguasaan mereka terhadap ekonomi dunia. Khususnya yang datang dari ideologi Islam, sebagaimana syariat Islam yang diterapkan umat muslim di negara berpenduduk mayoritas muslim dunia. Sehingga para kapitalis membuat strategi pengalihan berupa aturan atau makna baru bagi umat muslim atas syariat mereka sendiri. Sebisa mungkin, penafsiran tentang Islam diselaraskan dengan Islam internasional, misalnya HAM. Sehingga terminologi moderasi pun sesuai dengan keinginan Barat atau muslim moderat. Tentunya, agenda-agenda Barat tersebut harus mendukung liberalisme, sekularisme, modernisme sehingga membatasi gerakan-gerakan Islam “ekstrem” agar hidden agenda yang mereka miliki dapat berjalan dengan mulus. Adapun jenis program yang dilakukan cukup banyak, di antaranya merangkul para ulama, jurnalis, influencer, bahkan cendekiawan muslim sekali pun, agar umat muslim mana pun ragu pada ajaran agamanya sendiri, sehingga tidak tercipta opini Islam yang benar.

Maka, sebagai umat muslim yang cerdas harus memiliki kekuatan dalam dirinya, agar mampu menghadapi serangan-serangan pemikiran dari ideologi kapitalisme tersebut, dengan cara terus menuntut ilmu, terus mengkaji ilmu-ilmu pengetahuan dan agama secara menyeluruh, agar tidak mudah terbawa arus pada agenda-agenda para pengusung kapitalis Barat yang menyesatkan. Umat perlu memahami perbedaan antara pemahaman akidah Islam Kaffah yang benar, dengan pemahaman Kapitalis sebagai pengusung moderasi beragama saat ini, adapun perbedaannya dalam hal:

Pertama, dalam akidah/keyakinan:

Islam mengakui keberadaan Allah juga mengakui syariat Allah. Muslim moderat/kapitalisme; mengakui adanya Tuhan tapi tidak mengakui syariat Tuhan.

Kedua, dalam sumber aturan:

Islam; hanya dari Allah Sang Pencipta makhluk-Nya, mengatur manusia dengan segala aturan-Nya dalam bentuk syariat sebagai aturan hidup. Muslim moderat/kapitalisme; menjadikan hukum yang mudah dikompromikan/dirundingkan sesuai keinginan manusia dalam mengatur kehidupannya.

Ketiga, dalam melihat standar perbuatan baik buruk:

Islam; terdapat hukum yang jelas, tegas dan kepastian hukum dalam setiap muamalah yang dilakukan manusia berdasarkan hukum Allah, seperti halal, haram, wajib, sunah, mubah, sehingga kuat secara hukum syariat, karena Allah Maha Pembuat Aturan. Muslim moderat/kapitalisme; melakukan agenda kepentingan atau kemaslahatan kelompoknya saja yang akan didahulukan sesuai dengan hukum-hukum buatan manusia itu sendiri (hanya akal, walinya akal, dan solusi sesuai akal saja sehingga lemah secara hukum).

Islam adalah Solusi

Seorang muslim yang istikamah adalah muslim yang terikat pada aturan yang tidak dikurang-kurangi dan tidak dilebih-lebihkan dalam menjalankan agama. Taat pada syariat dan nas adalah kewajiban. Sehingga kita harus menghindari dari perasaan-perasaan bahwa kita merasa sudah berislam dengan baik, tetapi mengabaikan syariat Islam dalam hal politik. Karena Islam moderat merupakan narasi Barat agar umat muslim dijauhkan dari aturan bernegara secara kaffah. Maka, yang perlu dilakukan oleh umat muslim adalah wajib terikat pada syariat Allah, harus merasa berbangga dengan predikat yang dimiliki sebagai khairu ummah, pemimpin bagi kehidupan, penegak syariat Allah dengan meratakan pemahamannya kepada umat, berdakwah dan istikamah sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya, dan jangan mengikuti hawa nafsu semata.

Seorang muslim harus mulai membenahi diri, meng- upgrade kemampuan berpikir menjadi muslim yang lebih baik, dengan cara menambah ilmu dan mempelajari Islam secara menyeluruh, juga secara kritis mengetahui agenda-agenda di luar pemahaman Islam seperti pemahaman kapitalisme kini, serta semakin mencintai dan membela Islam sebagai agama rahmatan lil al’aamiin. Walahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Desi Wulan Sari Seorang penggiat dakwah dan Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Temuan Rahim Sintetis, Gagasan Pragmatis Lahir dari Sistem Kapitalis
Next
Pertolongan Allah Itu Dekat
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram