Nasionalisme VS Cinta Tanah Air

Pada masa dulu di mana suku Aus dan Khazraj sering berperang di antara mereka, maka Allah satukan mereka dengan Islam. Hingga mereka saling mengasihi layaknya persaudaraan yang kokoh.

Oleh. Heni Rohmawati, SEI

Narasipost.com - Adakah manusia yang tak mencintai negerinya sendiri? Tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Tempat yang biasa disebut dengan tanah tumpah darah atau tanah air. Rasanya tak ada manusia yang tidak memiliki rasa cinta terhadap tanah airnya. Setiap insan pastilah memiliki rasa cinta bahkan bangga terhadap tanah tumpah darahnya. Namun samakah cinta tanah air dengan nasionalisme?

Banyak pihak menggembar-gemborkan nasionalisme di negeri ini. Seolah nasionalisme itu wajib dan layak hengkang dari negeri ini orang-orang yang tidak memiliki rasa nasionalisme. Benarkah nasionalisme harus dimiliki seseorang? sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita definisikan kedua maknanya. Jika tak paham definisinya manusia akan salah kaprah terhadapnya.

Pengertian Cinta Tanah Air

Cinta tanah air di dalam buku "Cinta Indonesia, Rindu Khilafah" adalah perasaan cinta pada tempat tinggal atau daerah di mana seseorang dilahirkan, dibesarkan atau ia tinggal dalam kurun waktu tertentu. Dan ini adalah suatu kewajaran yang dimiliki oleh manusia. Bahkan Rasulullah Saw seorang yang paling mulia sangat mencintai tanah kelahirannya. Makkah. Iya, di sana beliau tumbuh dan berjuang.

Sungguh Rasulullah Saw. Teramat mencintai kota Makkah. Hingga saat beliau hendak hijrah ke Madinah, beliau bersabda:

“Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang paling aku cintai. Seandainya bukan karena yang tinggal di sini mengusir, niscaya aku tak akan meninggalkan kamu”.

Dalam hadis lain beliau Saw. Juga bersabda:

"Ya Allah, cintakanlah kota Madinah kepada kami, sebagaimana Engkau mencintakan Kota Makkah kepada kami, bahkan lebih.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Pengertian Nasionalisme

Adapun nasionalisme menurut KBBI adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa. Maka nasionalisme adalah suatu pandangan yang dibangun di atas nation (bangsa).

Sementara pengertian bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sehingga orang-orang yang berpemahaman nasionalisme akan memberikan loyalitas tertingginya untuk bangsanya. Ia hanya mau diatur dengan hukum-hukum yang digali dari nilai leluhurnya. Ia siap membela bangsanya dalam keadaan benar atau salah. Bahkan matipun rela ia lakukan tak peduli benar atau salah.

Dalam pandangan Islam, suatu bangsa adalah fitrah. tak ada seorangpun yang tak memiliki nenek moyang dan asal usul. Setiap orang pasti memiliki suku bangsa. Dalam QS al Hujurat ayat 13 Allah berfirman yang artinya:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Jadi jelas dalam pandangan Islam, hakikat berbangsa-bangsa dan bersuku-suku atau dengan kata lain kebhinekaan adalah sesuatu yang alami pada umat manusia.

Pandangan Islam terhadap Nasionalisme

Terkait keanekaragaman, maka Islam tak ada masalah. Karena begitulah kondisi alami manusia yang tak bisa dilepaskan dari asal-usul dan latar belakang nashabnya. Sementara nasionalisme mengajak pemeluknya untuk memberikan kesetiaan tertinggi untuk negara meskipun itu salah.
Yang dipermasalahkan adalah adanya loyalitas kepada bangsa yang tidak berdasarkan syariat Islam. Loyalitas yang utama adalah untuk Allah dan syariahnya. Karena kesalahan tak boleh dibela meski datang dari orang-orang yang memiliki suku dan bangsa yang sama. Barang siapa yang membela sesuatu dengan tanpa mempertimbangkan syariah maka termasuk ashobiyah.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak ashobiyah (fanatik atas dasar kelompok atau suku atau bangsa). Bukan termasuk golongan kami orang yang berperang atas dasar ashobiyah. Dan tidak termasuk golongan kami, orang yang mati karena ashobiyah.” (HR. Abu Daud)

Allah menyatukan manusia atas dasar ikatan akidah atau keimanan, bukan ashobiyah. Allah tidak memandang kemuliaan seseorang berdasarkan tanah kelahiran atau suku tertentu. Sesungguhnya Allah melihat kemuliaan berdasarkan keimanan dan ketakwaannya.

Pada masa dulu di mana suku Aus dan Khazraj sering berperang di antara mereka, maka Allah satukan mereka dengan Islam. Hingga mereka saling mengasihi layaknya persaudaraan yang kokoh.

Maka jika kita mencintai tanah air kita hendaklah kita melakukan berbagai kebaikan untuknya berdasarkan aturan Allah. Agar tanah air ini diberkahi dan dilindungi dari azabnya dan dijauhkan dari berbagai malapetaka.

Jika cinta kepada tanah air, hendaknya dibuktikan secara konkrit dengan menjaga setiap tanahnya dari penjarahan negara lain. Karena cinta itu membutuhkan bukti. Apalah arti kata cinta tanah air jika perilaku menunjukkan sebaliknya, yaitu merusak negeri ini terus menerus.Tak ada artinya. Dan nasionalisme tak bisa dipakai negeri ini untuk menyatukan umat dan melakukan perbaikan bagi negeri ini. Mari lakukan yang terbaik bagi negeri ini, agar negeri ini menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Allahu a’lam.

Picture Source by Google

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Heni Rohmawati S.E.I Kontributor NarasiPost.Com  
Previous
Meneropong Konsep Pendidikan dalam Sistem Islam
Next
Sadarilah Betapa Besar Potensimu, Wahai Umat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram