”Tak pantas membaca kalam Allah disamakan dengan mendendangkan lagu dangdut. Sehingga, nilai kesakralan kitab suci umat Islam pun ternodai. Hal ini merupakan bentuk desakralisasi kalam Allah, Al-Qur'an.”
Oleh. Nining Sarimanah
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Muslimah)
NarasiPost.Com-Belakangan viral di media sosial seorang qariah sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an yang disawer oleh dua pria dalam acara Maulid Nabi Muhammad saw. di Pandeglang, Banten. Aksi mereka sontak saja menuai kecaman dari netizen. Pasalnya, Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia. Kebenaran tersebut wajib diyakini oleh setiap muslim. Namun, apa jadinya jika firman Allah yang begitu mulia, agung, dan istimewa diperlakukan demikian?
Buta Cara Menghormati
KH. Cholil Nafis, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah mengecam aksi sawer yang dilakukan warga Pandeglang kepada seorang qariah saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Ia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan warga tersebut adalah haram dan melanggar adab kesopanan. (Pikiran-rakyat.com, 05/01/2023)
Aksi sawer tersebut tak lepas dari tradisi yang sudah melekat pada masyarakat Pandeglang. Namun, sebagai seorang muslim harus memahami bahwa setiap tradisi yang menyalahi ajaran Islam harus ditinggalkan. Tak dimungkiri bahwa, masyarakat masih buta terhadap ajarannya sendiri. Akibatnya, dalam perkara ini pun mereka tidak memahami bagaimana adab dalam mendengarkan ayat suci Al-Qur'an yang merupakan firman Allah, Pencipta manusia.
Desakralisasi Kalam Allah
Apa yang terjadi di video tersebut jelas bertentangan dengan adab dalam mendengarkan Al-Qur'an. Tak pantas membaca kalam Allah disamakan dengan mendendangkan lagu dangdut. Sehingga, nilai kesakralan kitab suci umat Islam pun ternodai. Hal ini merupakan bentuk desakralisasi kalam Allah, Al-Qur'an.
Tampak jelas sistem sekularisme telah menggerus keimanan umat Islam dalam kehidupannya. Banyaknya materi menjadi standar kebahagiaan dalam pola pikir kapitalisme, sudah merasuk ke dalam jiwa kaum muslim. Mereka menganggap bahwa saweran sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan bagi qariah.
Aktivitas penodaan ini jika dibiarkan tanpa sikap tegas, dikhawatirkan akan menjamur di tengah masyarakat. Karena Al-Qur'an dipandang bukan lagi sebagai kitab suci yang harus disakralkan. Namun, Ia disejajarkan dengan buku lainnya. Inilah bentuk desakralisasi yang sangat berbahaya. Alhasil, umat akan terjauhkan dari petunjuk yang hak dan mereka hidup dalam aturan bukan Islam. Bukan tidak mungkin, sisi gelap kehidupan jahiliah akan kembali dan merusak kaum muslim.
Cara Menghormatinya
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaannya tampak dalam aturannya yang terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunah. Demikian pun, terkait etika ketika mendengarkan Al-Qur'an, Islam telah memberikan arahan pada seorang muslim. Firman Allah Swt. dalam surah Al-'Araf ayat 204, "Jika dibacakan ayat Al-Qur'an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati."
Abu Hurairah r.a. telah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, "Barang siapa mendengarkan suatu ayat dari Kitabullah, maka dicatatkan baginya kebaikan yang berlipat ganda. Dan barang siapa yang membacanya, maka ia mendapat nur (cahaya) di hari kiamat."
Begitu mulianya kedudukan Al-Qur'an dalam Islam. Sehingga, sikap terbaik bagi seorang muslim dalam memperlakukannya harus sesuai hukum syarak agar mendapat pahala di sisi-Nya. Rasulullah dan para sahabat selalu menangis jika mendengar ayat suci Al-Qur'an, misalnya. Hati pun akan tenang jika mendengarkan kalam-Nya dan berusaha untuk memahami serta menadaburinya. Apalagi, jika memahami isi kandungannya tentu umat Islam akan mendapat pencerahan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini agar bahagia baik di dunia maupun akhirat.
Diperlukan Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan yang kondusif merupakan salah satu upaya untuk mencegah desakralisasi makin luas. Yaitu, dengan menyuasanakan lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat agar dekat dengan Al-Qur'an.
Penyakralan Al-Qur'an tidak sebatas dengan menyimpan di atas rak, menciumnya, menyimak, dan menghafal. Tetapi, harus memahami kandungannya dan menerapkannya dalam kehidupan baik individu, masyarakat, dan negara sebagai petunjuk hidup. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 89, "Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri."
Ayat di atas adalah tuntunan bagi umat manusia dalam memperlakukan Al-Qur'an dengan cara terbaik agar mendapat rahmat.
Khatimah
Penyakralan tidak akan mampu dilakukan dengan sempurna selama kehidupan umat manusia masih terjerat oleh sistem sekuler kapitalisme. Pemikiran Barat tersebut akan terus memengaruhi pola pikir umat Islam hingga merendahkan Al-Qur'an. Akibatnya, desakralisasi Al-Qur'an terwujud dan umat jauh dari petunjuk yang hakiki. Wallahu'alam.[]