"Padahal yang mesti diketahui kaum muslim adalah fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup. Sejauh mana kaum muslim menyadari bahwa Al-Qur'an berisi petunjuk dan aturan kehidupan. Jangan sampai, ayat Al-Qur'an dihormati dengan aktivitas sawer, tetapi tidak menyadari esensi dari Al-Qur'an itu sendiri."
Oleh. Isti Rahmawati, S.Hum
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Viral video seorang qari'ah yang disawer dua orang pemuda saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Sontak video tersebut ramai dikomentari oleh warganet karena aksi sawer yang dinilai tidak beradab. Diketahui, peristiwa tersebut terjadi di Pandeglang Banten.
Majelis Ulama Indonesia melalui K.H Cholil Nafis dalam tweet -nya menyampaikan bahwa aktivitas sawer kepada qari atau qari'ah merupakan cara yang salah dan tidak menghormati majelis. Hukumnya pun haram karena telah melanggar adab dan melanggar nilai kesopanan. (Republika.co.id, 1/5/23)
Peristiwa sawer pada qariah tersebut merupakan aksi yang melanggar adab mendengarkan Al-Qur'an. Memperlakukan qari dan ayat Al-Qur'an disamakan dengan biduan dangdut. Kesakralan Al-Qur'an pun menjadi tercoreng. Tentu, hal ini merupakan bentuk desakralisasi Al-Qur'an.
Gaya hidup sekuler tampaknya terlihat dari sikap kaum muslim. Nilai agama tak lagi menjadi hal yang diutamakan. Standar kehidupan pun beralih pada pola pikir kapitalis. Kebahagiaan dinilai dari uang. Akhirnya, sawer dianggap sebagai aktivitas penghormatan kepada qari'ah dan Al-Qur'an.
Ternyata, tradisi ini sudah melekat di berbagai wilayah lain di Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan, aktivitas tersebut akan dianggap biasa dan menjamur di kaum muslim. Sangat dikhawatirkan nantinya Al-Qur'an tak lagi disakralkan. Bahkan dianggap sebagai buku biasa sebagaimana buku lainnya.
Padahal yang mesti diketahui kaum muslim adalah fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup. Sejauh mana kaum muslim menyadari bahwa Al-Qur'an berisi petunjuk dan aturan kehidupan. Jangan sampai, ayat Al-Qur'an dihormati dengan aktivitas sawer, tetapi tidak menyadari esensi dari Al-Qur'an itu sendiri.
Islam telah mengajarkan bagaimana sikap seorang muslim ketika diperdengarkan ayat suci Al-Qur'an. Sebagaimana dalam firman Allah:
"Jika dibacakan Al-Qur'an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati." (TQS Al-A'raf: 204)
Jelas di dalam ayat tersebut diterangkan bahwa seorang muslim diperintahkan untuk diam dan mendengarkan ketika diperdengarkan ayat suci Al-Qur'an. Dalam beberapa hadis pun dijelaskan bahwa seorang muslim yang mendengarkan Al-Qur'an maka dicatat baginya kebaikan yang berlipat ganda.
Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa mendengarkan satu ayat dari kitabullah (Al-Qur'an), maka dituliskan baginya satu kebajikan yang pahalanya dilipatgandakan. Dan barang siapa membaca satu ayat, maka ayat tersebut akan menjadi cahaya baginya kelak di hari kiamat" (HR. Ahmad)
Tak hanya mendapatkan kebaikan, dengan menyimak Al-Qur'an dan mentadaburinya membuat hati tenang. Bahkan Rasulullah dan sahabatnya selalu menangis jika diperdengarkan ayat suci Al-Qur'an.
Menghormati Al-Qur'an
Sakralisasi terhadap Al-Qur'an merupakan tugas kaum muslim. Akan tetapi, dibutuhkan lingkungan yang kondusif yakni lingkungan yang senantiasa dekat dengan Al-Qur'an. Sakralisasi Al-Qur'an tak cukup hanya dengan memastikan Al-Qur'an selalu tersimpan rapi di rak atas, menciuminya, mendengarkan bahkan menghafal saja. Al-Qur'an harus dipahami dan diaplikasikan isinya dalam kehidupan sebab Al-Qur'an adalah petunjuk hidup.
Sebagaimana dalam ayat berikut:
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (TQS. Al Isra: 9)
Ada banyak ayat di dalam Al-Qur'an mengenai peran Al-Qur'an dalam kehidupan. Jadi jelas, kitab Allah ini bukan saja sekadar bacaan indah yang diperdengarkan dan dihormati saja, tetapi sebagai petunjuk kehidupan kaum muslim.
Yang kita saksikan hari ini, ayat-ayat Al-Qur'an dinistakan bahkan diragukan oleh kaum muslim sendiri. Banyak dari mereka yang justru merasa tidak yakin untuk mengamalkan aturan dalam Al-Qur'an.
Aturan Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dipilih berdasarkan kepentingan seperti halnya prasmanan. Di sisi lain, mengabaikan ayat atau syariat yang lain. Mirisnya, syariat yang terkandung dalam Al-Qur'an seringkali disandingkan dengan ide barat. Kandungan Al-Qur'an disesuaikan dengan perkembangan zaman bukan zaman yang harus mengikuti Al-Qur'an.
Khatimah
Selama masih dalam sistem hari ini, Al-Qur'an tidak bisa disakralkan secara sempurna. Al-Qur'an harus disakralkan secara fisik dan juga esensi dari ayat-ayat di dalamnya. Hanya dengan sistem Islam yang mampu menjaga Al-Qur'an dengan sempurna. Tak hanya dijaga, Al-Qur'an juga akan diterapkan secara sempurna sebagai petunjuk hidup. Hanya dengan itulah Al-Qur'an akan tetap terjaga kesakralannya. Jangan sampai, ide sekularisme yang kini tengah mencengkeram kaum muslim membuat esensi Al-Qur'an menjadi kabur di tengah umat. Jangan biarkan pemikiran barat mempengaruhi pemikiran kaum muslim dalam memaknai Al-Qur'an. Wallahu'alam bishawwab[]