Penculikan Marak, Bukti Hilangnya Rasa Aman bagi Anak

”Diakui atau tidak, realitas merajalelanya tindak penculikan terhadap anak menunjukkan bahwa eksistensi hukum kapitalisme sekularisme nyata-nyata telah gagal memberikan kepastian hukum dalam hal keamanan. “

Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Masa kanak-kanak adalah masa yang penuh kelucuan dan kejutan. Di masa inilah anak-anak mulai mengembangkan potensinya. Berekspresi secara jujur dan alami. Mereka butuh waktu dan tempat yang begitu bebas dan luas untuk memuaskan keingintahuannya serta mempelajari banyak hal. Lingkungan di luar rumah adalah tempat yang paling cocok untuk mengeksplorasi imajinasinya. Namun sayang, keberadaan mereka di luar rumah tidaklah selalu aman. Anak-anak yang seharusnya bebas bermain dan mengisi hari-harinya dengan bermain dan bergembira, ternyata rawan terhadap bahaya seperti penculikan.

Padahal, keamanan anak-anak adalah prioritas utama bagi setiap orang tua. Akan tetapi, dalam beberapa situasi, terkadang orang tua tidak bisa selalu menemani anak-anaknya beraktivitas di luar rumah. Dengan keluguan dan kepolosan anak yang mudah terkena bujuk rayu menjadi salah satu ancaman besar bagi anak-anak. Akibatnya hingga saat ini kasus penculikan anak pun masih saja menghantui masyarakat, khususnya para orang tua.

Salah satu kasus penculikan anak terbaru yang menggegerkan masyarakat dialami oleh bocah perempuan berusia 6 tahun dengan inisial MA. Seperti diberitakan, MA diculik oleh tersangka Iwan Sumarno alias Jacky alias Yudi alias Herman selama hampir satu bulan sejak 7 Desember 2022. Orang tua MA pun langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib, yang kemudian langsung melakukan pencarian terhadap korban. Kasus penculikan tersebut viral di media sosial setelah pelaku tertangkap kamera pengawas (CCTV) saat menculik MA menggunakan bajaj.

Hingga pada Senin malam 2 Januari 2023, MA berhasil ditemukan oleh personel Satreskrim Polres Metro Jakarta Pusat di kawasan Pasar Cipadu, Tangerang Kota dalam keadaan selamat. Korban kemudian langsung dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk menjalani visum dan pemeriksaan kesehatan. Dari hasil pemeriksaan MA dinyatakan tidak mengalami kekerasan seksual, akan tetapi ia mengalami beberapa tindakan kekerasan fisik dari pelaku penculikan. (MediaIndonesia, 4/1/2023)

Sementara di tempat lain pada Selasa malam 10 Januari 2023, polisi berhasil menangkap dua remaja pelaku penculikan di Makassar, Sulawesi Selatan, berinisial AI (17) dan Fa (14). Korban yang diculik adalah seorang anak berusia 11 tahun bernama M Fadil Sadewa yang sebelumnya dilaporkan hilang oleh pihak keluarga sejak Minggu 8 Januari 2023. Saat itu, korban sedang berada di depan supermarket di Jalan Batua Raya, Makassar. Namun kemudian Dewa ditemukan telah tewas mengenaskan di kolong jembatan, Inspeksi Pam Timur Waduk Nipa-nipa, Moncongloe, Kabupaten Maros, Selasa 10 Januari 2023 dini hari.

Kepala Polrestabes Makassar Komisaris Besar Budhi Haryanto menjelaskan, Dewa dilaporkan dibawa orang tidak dikenal pada Minggu petang. Hal ini diketahui dari kamera pengawas (CCTV). Motif pembunuhan karena pelaku tergiur dengan iming-iming imbalan yang besar dari penjualan organ manusia yang ia dapat dari internet. Namun setelah menculik, pelaku bingung hendak menjual ke siapa karena nomor yang ia dapat di internet tidak merespons pesannya. Sehingga korban dianiaya dan dibunuh selanjutnya mayatnya dibuang dalam keadaan kaki dan tangan diikat dan dimasukkan ke dalam plastik sampah. (TribunMedan.com, 11/1/2023)

Kasus MA dan Dewa bukanlah satu-satunya kasus penculikan anak yang terjadi di negeri ini. Masih ada banyak kasus penculikan anak lain yang belum mendapat titik terang. Tidak sedikit orang tua yang sampai saat ini masih meratapi nasib anak-anaknya yang hilang karena menjadi korban penculikan dan belum juga ditemukan. Bahkan, tidak sedikit dalam kasus penculikan, orang tua mendapati anaknya tinggal nama.

Tindak penculikan selama ini memang lebih rawan terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Kelemahan dan keluguan korban yang hanya dengan iming-iming permen, sedikit uang, atau sikap ramah pelaku, membuat anak dengan mudah teperdaya oleh pelaku. Selanjutnya karena dorongan faktor kelainan atau perilaku menyimpang pelaku, juga membuat pelaku tega melakukan penculikan. Di tanah air, sebagian besar umumnya anak yang diculik dijadikan objek kekerasan seksual oleh pelaku, seperti diperkosa, disodomi, hingga akhirnya dibunuh pelaku untuk menutupi tindakan kejahatannya. Selain itu ada juga penculikan anak karena motif komersial. Global Alliance Against Traffic in Women (GAATW) mengatakan bahwa sebagian besar anak yang menjadi korban penculikan dipaksa bekerja di sektor industri seksual komersial, sebagai anak jalanan, meminta uang tebusan kepada orang tuanya atau diambil organ tubuhnya untuk dijual kepada orang kaya yang anaknya mengalami kelainan organ penting sejak lahir.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyebut terjadi 28 kasus penculikan anak sepanjang tahun 2022. Data tersebut berdasarkan laporan yang diungkap Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, SH, M.Si, mengatakan jumlah tersebut cenderung meningkat jika dibandingkan tahun 2021 yang hanya 15 kasus penculikan anak. Ia juga menyebut bahwa ini hanya kasus penculikan yang diproses ke jalur hukum. Karena menurutnya tidak semua penculikan dilaporkan ke jalur hukum, khususnya untuk penculikan yang kerap dilakukan oleh anggota keluarga atau kerabat. (CNNIndonesia, 5/1/2023)

Diakui atau tidak, realitas merajalelanya tindak penculikan terhadap anak menunjukkan bahwa eksistensi hukum kapitalisme sekularisme nyata-nyata telah gagal memberikan kepastian hukum dalam hal keamanan. Hidup dalam kekuasaan sistem kapitalisme akan terus mendatangkan penderitaan bagi umat. Sekularisme yang meniadakan peran Tuhan telah mengikis keimanan manusia. Akibatnya rasa takut akan peringatan Allah pun makin hilang. Rasa belas kasihan dan kasih sayang seolah tidak lagi dimiliki. Tidak lagi terlihat di mata mereka lucu dan polosnya anak-anak yang mereka culik dan aniaya serta mereka bunuh.

Ditambah lagi sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan negeri ini telah menimbulkan kesenjangan antarwarga. Kekayaan negeri yang melimpah hanya dikuasai segelintir pemilik modal. Sedangkan rakyat masih tetap hidup dalam jerat kemiskinan. Banyaknya PHK terhadap pekerja laki-laki membuat pengangguran semakin menjamur. Sementara semua kebutuhan pokok makin hari makin melambung tinggi. Di samping itu gaya hidup hedonisme dan konsumtif terus mempengaruhi. Hal inilah yang menambah mereka mulai frustrasi dengan keadaan. Mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan materi. Termasuk melakukan tindakan kriminal hingga tega menghilangkan nyawa korbannya.

Di samping itu, sistem yang ada juga lebih memprioritaskan pekerjaan bagi para perempuan. Sehingga demi memenuhi kebutuhan, tak jarang seorang ibu meninggalkan peran utamanya untuk mendidik dan mengawasi buah hati, karena terpaksa harus bekerja di luar atau bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Tanpa mereka sadari bahwa keamanan buah hati mereka dalam ancaman. Sungguh kondisi yang sangat miris.

Lain halnya dengan sistem pemerintahan dalam Islam. Syariat Islam tidak bisa dipisahkan dengan akidah Islam. Oleh karena itu syariat Islam tidak akan bisa ditegakkan di tengah masyarakat, kecuali masyarakat tersebut telah menjadikan akidah Islam (tentu juga syariatnya) sebagai pandangan hidupnya. Sehingga masyarakat tersebut memiliki ciri khas sebagai masyarakat Islam yang menjalankan sistem hukum Islam secara total.

Syariat Islam ditegakkan atas dasar tiga pilar, yakni individu yang bertakwa, yaitu individu yang taat serta takut akan murka Allah Swt.. Sehingga, mereka tidak akan melakukan tindak kejahatan yang jelas melanggar syariat Allah. Ditambah adanya kontrol dari masyarakat yang tidak individualis yang melakukan amar makruf nahi mungkar, akan membentengi seseorang untuk melakukan tindakan kejahatan. Selanjutnya adalah keberadaan negara yang akan memberikan perlindungan terkait agama, akal, kehormatan, harta, darah, dan jiwa manusia. Sedangkan fungsi penguasa di dalam Islam adalah sebagai pelayan (raa’in) dan ppelindung (junnah) bagi rakyatnya. Sehingga, mereka akan selalu memperhatikan keamanan seluruh rakyat yang ada dalam pengurusannya. Sebab nyawa manusia sangat berharga dalam Islam.

Allah Swt. berfirman di dalam surah Al-Maidah ayat 32, "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya."

Perintah Allah Swt. tersebut menjadikan sistem Islam sangat memperhatikan keamanan rakyat. Di dalam Islam ada satuan polisi (syurthah) yang berfungsi menjaga keamanan masyarakat. Syurthah ini bertugas melakukan patroli di pemukiman, pasar, atau jalan raya, sehingga rakyat tidak perlu menyewa satpam untuk menjaga keamanan lingkungannya.

Selain keamanan, negara juga memperhatikan rakyat dalam segala aspek kebutuhannya. Baik ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Dalam masalah ekonomi negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok bagi rakyatnya dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi laki-laki yang mampu. Serta tidak akan membiarkan rakyatnya menjadi pengangguran ataupun pemalas. Sehingga dengan terpenuhinya semua kebutuhannya, tidak ada lagi yang melakukan tindak kejahatan dengan alasan impitan ekonomi. Semua ini hanya akan terwujud ketika Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Ummu ainyssa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jenazah Manusia Dijadikan Pupuk Kompos, kok Bisa?
Next
Sadar
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram