Paylater, Digitalisasi yang Menjebak Generasi

"Konsumerisme dan hedonisme merupakan lifestyle Barat yang mengakibatkan kerusakan bagi masa depan generasi. Terlebih hal itu pun telah mengalihkah tujuan hidup generasi muslim saat ini."

Oleh. Ummi Nissa
(Kontributor NarasiPost.Com dan Member Komunitas Muslimah Rindu Surga)

NarasiPost.Com-Tidak dimungkiri, kemajuan digitalisasi khususnya sektor keuangan telah membuka akses kemudahan dalam segala transaksi. Salah satu fitur yang menyajikan berbagai kemudahan yang menarik minat penggunanya adalah aplikasi layanan bayar nanti (paylater). Sebuah aplikasi yang memberikan pelayanan bagi siapa saja yang ingin berbelanja berbagai kebutuhan yang diinginkan, dapat dilakukan meski tidak memiliki saldo untuk pembayaran. Tentu, hal ini sangat diminati kaum muda yang belum mempunyai pendapatan. Tidak heran, bila pengguna layanan bayar tunda memang cenderung terus bertambah.

Sebagaimana dilansir oleh bbc.com (29/12/2022), berdasarkan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kredivo terhadap 3.560 responden pada Maret 2021 lalu, menunjukkan adanya peningkatan jumlah pelanggan baru paylater sebesar 55% selama pandemi.

Namun demikian, tidak sedikit dari pengguna fitur paylater tersebut yang gagal melakukan pembayaran. Seperti pengguna twitter beberapa waktu lalu, sempat membagikan tangkapan layar dengan menunjukkan tagihan paylater sehingga membuatnya sesak untuk membayar. Karena gagal bayar, bunganya terus bertambah sampai melebihi total pinjamannya.

Secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa angka kredit macet paylater telah mencapai 7,61% pada September lalu. Peneliti Institute for Development of Economic Studies (Indef), Nailul Huda, menyebut bahwa karakter pengguna yang kesulitan membayar tunggakan kredit menjadi makin muda. Sebab, sistem paylater ini mudah diakses secara digital. Sehingga, generasi muda sebagai pengguna digital, lebih banyak yang terjebak pada fitur layanan bayar nanti tersebut, meski mereka belum punya pendapatan.

Konsumtif dan Hedonis Menghinggapi Gaya Hidup Generasi

Terjebaknya generasi muda dengan fitur layanan bayar nanti, tidak lain karena merebaknya sikap konsumtif dan hedonis yang melanda gaya hidup mereka saat ini. Gaya hidup mewah ala Barat yang terus menggempur generasi saat ini mendorong keinginan memiliki barang-barang mewah seolah menjadi kebutuhan. Demi mengikuti gengsi dan gaya hidup, banyak pemuda yang tanpa berpikir panjang terjerat jebakan paylater tersebut.

Kondisi konsumerisme dan hedonisme inilah, yang dimanfaatkan oleh rentenir gaya baru untuk menjerat para generasi sebagai sasaran empuk. Fitur layanan paylater dipromosikan besar-besaran melalui berbagai media. Disampaikan dengan narasi yang menarik, serta menawarkan berbagai kemudahan mulai dari metode cicilan maksimal 12 bulan, sampai limit pinjaman mencapai Rp15 juta.

Ibarat racun berbalut madu, paylater tampil dengan manisnya berupa tawaran yang menggiurkan. Kondisi ini didukung pula oleh negara yang memfasilitasi jeratan haram tersebut dengan berbagai alasan, seperti bunga rendah, terdaftar di OJK, tanpa syarat adanya penghasilan, dan lain sebagainya. Sehingga, pinjaman berbunga melalui paylater dianggap hal biasa, padahal sangat merugikan masa depan generasi.

Kapitalisme Melahirkan Budaya Konsumtif dan Hedonis

Konsumtif merupakan gaya hidup dengan mentalitas yang boros, menghabiskan barang dan jasa secara berlebihan, serta suka menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting. Sementara hedonisme adalah paham yang menjadikan kenikmatan dunia sebagai tujuan hidup. Model kehidupan seperti ini lahir dari sebuah sistem kehidupan kapitalisme yang berlandaskan pemisahan aturan agama dari kehidupan.

Dalam sistem ini materi dan kepuasan jasmani menjadi standar kebahagiaan dan tujuan hidup. Orang merasa bahagia ketika bergelimang harta, memiliki rumah, kendaraan, pakaian, gawai yang serba mewah. Meski semua itu didapat dengan cara kredit (pinjaman berbunga) yang penting bergengsi. Inilah sistem kapitalisme yang telah mengubah keinginan manusia seolah menjadi sebuah kebutuhan semu.

Di sisi lain, peran negara juga memberikan kebijakan yang berpihak pada para kapitalis. Sehingga, tidak heran jika kebijakan yang ditetapkan mendukung para pemilik modal. Demi mendongrak perekonomian, aplikasi layanan bayar nanti pada e-commerce dan pinjaman online, semua dilegalkan selama terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Seakan tak peduli meskipun merugikan masa depan generasi, sebab adanya unsur bunga dapat menjerat penggunanya terlilit utang yang makin besar.

Konsumerisme dan hedonisme merupakan lifestyle Barat yang mengakibatkan kerusakan bagi masa depan generasi. Terlebih, hal itu pun telah mengalihkah tujuan hidup generasi muslim saat ini. Oleh sebab itu, hanya Islam yang dapat mengembalikan jatidiri pemuda. Sebagai seorang muslim, wajib memahami bahwa tujuan hidup seorang muslim hanya untuk beribadah kepada Allah Swt..

Sistem Islam Menjamin Pemenuhan Kebutuhan Manusia

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya mengaitkan setiap perbuatannya dengan tujuan hidup di dunia. Sebagaimana firman Allah Swt.,“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Dari ayat di atas, secara jelas Allah menyampaikan bahwa manusia harus berusaha agar setiap perbuatan yang dilakukan dapat bernilai ibadah. Sekaligus mendapatkan keridaan Allah Swt. dan menjauhkan dari kemurkaan-Nya. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan saat berpegang teguh pada aturan Islam secara keseluruhan termasuk dalam membelanjakan harta.

Islam memberikan beberapa panduan umum terkait penggunaan harta milik. Pertama, memastikan status kehalalan harta yang diperoleh. Hanya harta halal yang akan mendatangkan keberkahan dan keridaan-Nya. Kedua, membelanjakan harta haruslah sesuai dengan status hukumnya. Semua kewajiban ditunaikan terlebih dahulu, sebelum melakukan perkara sunah dan mubah. Ketiga, dalam membelanjakan harta dilarang berlebih-lebihan dan tidak boleh pula kikir. Oleh sebab itu, budaya konsumtif dan hedonis jelas bertentangan dengan Islam.

Selain itu dalam pengaturan sistem ekonomi, Islam pun telah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Terkait kebutuhan manusia untuk menjaga kelangsungan hidup, maka itulah kebutuhan sesungguhnya. Sementara keinginan adalah kehendak manusia atas dorongan hawa nafsu hanya untuk memiliki sesuatu demi gaya hidup atau gengsi.

Sehingga dalam menjamin kebutuhan hidup, negara memiliki peran penting. Sebab, dalam Islam pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengurus rakyatnya serta menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat, baik secara langsung atau tidak langsung.

Selain itu, negara juga tidak boleh menghalalkan pinjaman yang mengandung unsur riba, seperti halnya paylater. Sebab keharaman riba telah jelas ditetapkan melalui dalil yang ditunjukkan oleh syariat baik dalam Al-Qur’an maupun sunah.

Oleh sebab itu, sebagai generasi muslim selayaknya menyibukkan diri dengan kegiatan yang akan mendatangkan keridaan Allah Swt., seperti giat menuntut ilmu dan terlibat dalam perjuangan membangkitkan peradaban Islam dengan menegakkan Islam kaffah. Bukan terjerumus pada perbuatan sia-sia dengan menghamburkan harta hanya demi tuntutan keinginan sesaat.

Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ummi Nissa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Qariah Disawer, Cermin Peradaban Matre!
Next
Menyambut Akhir yang Mulia
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram