Generasi Kian Hilang Arah dan Identitas

"Dunia remaja yang harusnya menatap masa depan dengan percaya diri dan optimis tinggi, justru di ambang kehancuran. Lantaran mereka dekat pada aksi kekerasan, pergaulan bebas, bahkan kematian. Ada apa dengan remaja?"

Oleh. Sitra Ali
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Berita seputar remaja selalu saja berkutat pada persoalan kerusakan moral, seperti pergaulan bebas, kekerasan seksual, pacaran, mengonsumsi narkoba, mengonsumsi minuman keras, pembunuhan, gantung diri karena putus cinta, serta tindak krinimal seperti tawuran. Sebut saja aksi tawuran berdarah di Kota Palembang yang makin masif meski sempat mereda selama pandemi dan kini mulai marak lagi. Terakhir kasus tawuran di Palembang dikabarkan satu orang meninggal dunia (Palembang, Sumeks. Co, 15/01/2023)

Kasus tawuran antarpelajar selalu saja menjadi peristiwa berulang-ulang, menurut catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejumlah kekerasan pelajar terjadi di beberapa tempat. Masih dari catatan KPAI, kekerasan pelajar dikategorikan dalam dua jenis, yaitu pengeroyokan dan tawuran. Tawuran pelajar pada umumnya terjadi antara sekelompok anak sekolah yang menghadapi sekelompok anak sekolah lainnya dan mereka kerap membawa senjata tajam. (KPAI, 2022)

Sekelumit fakta ini sudah membuat kita resah dengan nasib generasi hari ini. Dunia remaja yang harusnya menatap masa depan dengan percaya diri dan optimis tinggi, justru di ambang kehancuran. Lantaran mereka dekat pada aksi kekerasan, pergaulan bebas, bahkan kematian. Ada apa dengan remaja? Mengapa karakter mereka kian rapuh dan lemah?

Melihat paparan fakta di atas, ada dua penyebab yang menjadi faktor pemicu tawuran antarpelajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri remaja seperti faktor-faktor psikologis sebagai manifestasi dari kondisi internal dalam menangkap nilai-nilai di sekitarnya. Sedangkan faktor internal antara lain adalah:

Pertama, krisis identitas. Hari ini generasi kehilangan arah dan identitas jati dirinya seabagai abdullah (hamba Allah), sistem sekularisme telah mengikis identitas mereka dengan menjerumuskannya pada kebatilan, akhirnya mereka menjadi pribadi yang sekadar mengikuti tren dan budaya yang malah berkebalikan dengan ajaran Islam. Mereka bagai tidak mengenal agamanya sendiri sehingga penafsiran tentang kehidupan hanya sebatas having fun, bergaya hidup hedonis liberal, dan cenderung menabrak rambu-rambu syariat (halal-haram) demi kepentingan kepuasan materi.

Tidak dimungkiri remaja sudah tentu ingin mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat agar keberadaannya diakui. Namun, eksistensi diri seperti ini jika tidak diarahkan pada arah pemikiran yang benar dan jelas, maka mereka tetap kehilangan hakikat identitas diri sebagai generasi Islam, abdullah (hamba Allah) serta calon pemimpin (khalifah).

Kedua, kontrol diri yang lemah. Akidah sekuler telah menghilangkan identitas peran generasi sebagai agen perubahan. Mereka menjadi pelaku maksiat lantaran jiwa, pikiran, dan perasaan mereka teredukasi pemikiran liberal, batinnya kosong dan kering dari keimanan dan nilai-nilai keislaman. Akhirnya, jadilah mereka generasi yang mudah frustasi, bingung, emosional, labil, mudah merasa insecure pada saat masalah menghampiri dan solusi pendeknya adalah melakukan aksi kekerasan.

Adapun faktor eksternal yang menyebabkan remaja terlibat tawuran adalah lingkungan sosial tempat mereka tumbuh dan berkembang. Sistem demokrasi sekuler yang notabene memisahkan agama dari kehidupan, mengadung kebebasan, dan individualis adalah biang dari kerusakan moral yang menimpa manusia termasuk generasi. Sistem ini mencabut nilai-nilai agama dari generasi sehingga mereka menjadi individu hedonis dan liberal. Di samping itu, pendidikan yang diharapkan mencetak generasi unggul dan bermartabat malah melahirkan generasi rapuh.

Pertemanan biasanya muncul dari sekolah dan masyarakat, teman memberikan dampak besar terhadap perilaku remaja. Kasus tawuran pelajar biasanya terjadi karena revitalisasi antarsekolah, pengaruh gengsi, dan tekanan teman sebaya. Ada angggapan di kalangan mereka, jika tidak ikut tawuran akan diberi cap sebagai pecundang, yang tidak mau ambil risiko tawuran namanya cemen dan tidak gentleman. Inilah yang mendorong para pelajar melakukan aksi tawuran bahkan melakukan tindak kriminal seperti pembunuhan.

Oleh karena itu, agar generasi ini tidak kian rusak, maka dibutuhkan beberapa pilar untuk membantu generasi agar mereka tidak terlibat dalam tindak kriminal seperti tawuran.

Pertama, peran orang tua. Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya, sebaiknya orang tua sejak dini memberi bekal pemahaman Islam kepada anak agar mereka terbiasa beramal dengan perilaku sesuai dengan syariat Islam.

Kedua, peran sekolah dan masyarakat. Kehidupan remaja tidak terpisah dari dua lingkungan sosial ini, masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah berbagai bentuk kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Budaya beramar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat wajib dilaksanakan, sehingga semua tindak kriminalitas dapat diminimalisasi. Sedangkan sekolah, menjadi tempat mereka menutut ilmu dan tempat membentuk syaksiyyah islamiyyah yang berakhlakul karimah serta berjiwa pemimpin. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan mengharuskan berasaskan akidah Islam. Terbukti dengan kurikulum berasaskan akidah Islam yang diterapkan dalam pendidikan mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin-pemimpin peradaban dan ilmuwan. Seperti: Ibnu Sina sebagai Ahli kedokteran, Al-Khawarizmi Ahli Ilmu Matematika (penemu angka nol), Muhammad al-Fatih sang penakluk Konstantinopel, Salahudin Al-Ayyubi sang pembebas Jerusalem, dst.

Ketiga, peran negara. Lingkungan baik bagi remaja tidak akan terwujud apabila negara tidak ambil peran sentral, yakni sebagai penjaga dan pelindung generasi dari pengaruh budaya dan pemikiran asing yang merusak moral, mental, dan masa depan generasi. Negara berkewajiban melindungi generasi dari paparan ideologi kapitalis sekuler yang notabene merusak kepribadian mereka, dan negara juga wajib menyaring tontonan yang tidak mendidik yang mengajarkan budaya dan nilai liberal.

Tidak hanya itu, penerapan sistem pendidikan Islam pun harus terlaksana secara terstruktur dan tersistematis dengan mengintegrasikan tiga peran pokok pembentukan kepribadian generasi, yakni; keluarga, masyarakat, dan negara.

Walhasil, untuk mewujudkan generasi bertakwa, beriman, berakhlakul karimah, berjiwa pemimpin, dan antitawuran, maka wajib menerapkan aturan secara komprehensif dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh. Allah Swt. berfirman:

"Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Al-Baqarah ayat 208).

Dengan Islam, generasi hari ini memiliki arah dan identitas yang jelas, mereka tidak akan terombang-ambing dan tidak mudah terbawa arus arahan pola hidup liberal. Mereka terlihat menjadi generasi umat terbaik yang mengisi waktunya dengan menutut ilmu, belajar Islam, dan menghasilkan skill demi kemaslahatan umat dan negara.

Bukankah kita mengharapkan dan mencita-citakan demikian? Generasi bertakwa, penutut ilmu, berjiwa pemimpin, aktivis dakwah, dan pelopor peradaban (peradaban Islam) dalam asuhan sistem Islam. Generasi Islam mampu menjadi teladan bagi umat, sementara sistem sekuler kapitalisme hanya mencetak generasi yang jauh dari yang dicita-citakan.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Sitra Ali Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Buah Kapitalis, Remaja Makin Sadis
Next
Kejahatan Seksual oleh Anak, Bukti Gagalnya Pendidikan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram