"Sistem kapitalisme telah membawa pemikiran orang-orang untuk lebih mementingkan keuntungan demi sebuah tujuan, tanpa mementingkan adab dan ilmu.”
Oleh. Desi Wulan Sari, M.Si.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tujuan konten dalam sosial masyarakat, tentunya bertujuan untuk memotivasi konsumen dan mengikat para penontonnya secara emosional, dengan keuntungan dari penggunaan produk atau layanan sosial melalui media. Dikatakan 78% pengguna yang membagikan konten di media sosial agar terus terhubung dengan orang lain (follower) lewat media sosial. Begitu pun banyaknya konten kreator tanah air yang ada di platform media sosial, seperti TikTok, YouTube, Facebook, Instagram, dan lainnya juga menggunakan media ini sebagai wadah yang mengikat antara pembuat konten dan pengikut kontennya.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa setiap konten yang dihasilkan akan menghasilkan cuan bagi pemilik kontennya. Makin banyak yang menonton makin besar cuan yang akan mereka hasilkan. Akibatnya, konten-konten yang dibuat makin lama makin mengkhawatirkan. Ada yang mengatakan terlalu kreatif, berlebihan, bahkan “halu” yang dibuat hanya agar konten mereka laku di masyarakat.
Hal inilah yang disinyalir oleh masyarakat dari salah seorang konten kreator terkenal tanah air, RR dalam membuat konten yang dianggap berlebihan, membahayakan, hingga menuai kontroversi. Reaksi masyarakat melihat kontennya banyak yang merasa kecewa dengan apa yang dilakukan sang artis. Dalam sebuah laman berita nasional, RR dan suaminya TR membawa anaknya yang masih balita, usia 5 bulan bermain jetski. Bahkan aksinya ini disorot oleh media asing (Insider, USA) bersama judul berita “A YouTube mom with 30 Million Subscribers Filmed Her Baby on Jetski with No Life Jacket, Sparking Concern Among Viewers” (jawapos.com, 13/01/2023).
Inilah yang terjadi ketika sistem yang diterapkan dalam sebuah negara tidak memiliki junnah atau pelindung, yang bertugas mendidik dan melindungi rakyatnya dari perbuatan sia-sia dan penuh dengan kemudaratan. Sistem kapitalisme telah membawa pemikiran orang-orang untuk lebih mementingkan keuntungan demi sebuah tujuan tanpa mementingkan adab dan ilmu.
Sebagai umat muslim, adab merupakan hal yang utama dalam sikap seorang muslim berkaitan dengan akidah. Kemudian, ilmu yang menunjang adab hingga sebuah perbuatan akan ditimbang dan diukur berdasarkan syariat, bukan hawa nafsu semata. Karena, dengan ilmu seseorang mampu menyeleksi mana yang baik dan buruk. Sedangkan adab menerapkan akhlak-akhlak yang mulia. Karena tanpa adanya adab, maka ilmu tersebut menjadi hal yang tidak dapat diterapkan dengan baik.
Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi No. 1162, ia berkata: "hasan sahih")
Dalam hal kontroversi yang dilakukan sang artis tersebut, jika saja mereka lebih dahulu memilih bagaimana mencari ilmu agama, ilmu parenting, ilmu kesehatan sesuai syariat, tentu konten dengan memanfaatkan anak, yang masih sangat rentan demi sebuah konten hingga mampu meraup rupiah besar, tidak akan mereka lakukan. Terlebih, para pengamat, ahli pendidikan, dan pakar parenting mana pun, tidak membenarkan apa yang dilakukan RR dan TR tersebut kepada anaknya, dengan alasan membahayakan keselamatan, psikologi, dan kesehatan sang anak tentunya.
Semestinya, sebagai orang tua mereka harus lebih bijak saat membuat konten-konten media sosialnya. Melihat dan menimbang baik buruknya sesuai dengan syariat. Jika konten yang dibuat bertujuan membawa manfaat, ibrah, dan kebaikan karena Allah, tentu kontennya akan membawa keberkahan, menghasilkan konten hebat tanpa meninggalkan adab.
Terlebih, seorang konten kreator di masyarakat memiliki tanggung jawab besar, di mana segala perilakunya mencerminkan kepribadian dan seberapa besar kecakapan ilmu yang dimilikinya, apakah membawa dampak positif atau negatif bagi masyarakat luas. Jika seorang konten kreator menampilkan acara yang positif, apalagi membawa syariat dalam setiap perilakunya, maka inilah yang diharapkan umat menjadi contoh masyarakat yang peduli pada adab dan kemaslahatan.
Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wasallam sudah memperingatkan kita untuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah saw. bersabda, "Pemuda yang tidak dikenal di bumi, tapi namanya harum di langit di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
"Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Maka, inilah saatnya umat kembali kepada aturan Islam secara kaffah. Membawa masyarakat senantiasa menaati aturan Islam, dan peran negara yang membawa Islam sebagai pedoman dalam mengatur seluruh persoalan dan kehidupan rakyatnya. Agar tercapai hidup yang penuh kemuliaan dan kemaslahatan.
Wallahu a’lam bishawab.[]