Buah Kapitalis, Remaja Makin Sadis

"Selain itu, paham liberalisme atau paham kebebasan, merupakan pemahaman yang digaungkan oleh sistem kapitalis Barat inilah si biang kerok sebenarnya. Sistem yang telah meracuni pemikiran-pemikiran masyarakat dan pemimpin negeri ini. Di mana masyarakat diberikan kebebasan dalam berakidah, berperilaku, berpendapat, dan hak milik”.

Oleh. Nur Hajrah MS
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Dakwah Nisa Morowali)

NarasiPost.Com-Seiring berkembangnya zaman, era digitalisasi makin berkembang pesat. Bagi mereka yang bijak, tentu akan menggunakan teknologi ini dalam hal positif, seperti komunikasi, sebagai media dakwah, media promosi penjualan, dan lain sebagainya. Namun, jika alat-alat digitalisasi ini berada di tangan yang tidak tepat, maka hasil yang diberikan pun akan berdampak negatif.

Hal inilah yang tengah dialami dua remaja di Makassar, berinisial AR (17) dan AF (14). Akibat terobsesi dari situs online jual beli organ tubuh manusia, kedua remaja tersebut sampai nekat melakukan aksi penculikan dan pembunuhan secara keji terhadap seorang anak berinisial FD (11). Berdasarkan penuturan kedua tersangka, mereka sudah menargetkan FD sebagai target yang ingin mereka bunuh dan dijual ginjalnya. FD yang tidak menaruh kecurigaan sama sekali pun menuruti kemauan tersangka, yaitu ikut membersihkan rumah dan akan diberi upah Rp50.000. Namun nahas, apa yang diinginkan FD tidak sesuai harapan, FD justru tewas mengenaskan di tangan AR dan AF.

Kedua tersangka mengaku bahwa mereka membunuh FD dengan cara mencekik dan membenturkan kepala FD ke tembok. Tidak cukup sampai di situ, setelah berhasil membunuh FD mereka pun langsung menghubungi situs penjualan organ tubuh tersebut. Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan respons dari situs tersebut. Fatalnya, AF dan AR ternyata tidak mengetahui di mana letak ginjal manusia. Mereka yang dalam kondisi panik dan kebingungan pun memutuskan untuk mengikat kaki korban dan memasukkan jenazah FD ke dalam kantong plastik hitam, lalu membuangnya ke Waduk Nipah-Nipah dengan kondisi tubuh yang utuh. (detikNews.com, 11/01/2023)

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Bertindak Kriminal

Pemberitaan ini pun viral di jagat maya. Berita yang membuat emosi pembaca maupun penontonnya begitu campur aduk, antara sedih, marah, waswas dan juga takut. Sehingga, tidak heran jika tetangga tersangka AR sampai membongkar rumahnya, karena kesal atas aksi pembunuhan yang mereka lakukan.

Sungguh miris, akhir-akhir ini makin banyak anak remaja yang melakukan aksi nekat dan sadis. Melakukan zina sampai hamil di luar nikah, memakai narkoba, menjadi pengedar, melakukan aksi berbahaya demi konten, memberontak terhadap keluarga, membakar rumah orang tua, bahkan yang lebih parahnya sampai nekat melakukan aksi pembunuhan demi mendapatkan uang. Apalagi, yang pernah viral pada akhir 2021 seorang remaja tega membunuh ibu kandungnya sendiri karena kesal ditegur saat menonton TV. Ada apa dengan remaja saat ini? Mengapa begitu mudahnya mereka melakukan tindak kriminal di usia mereka yang masih sangat muda?

Menurut Firmansyah, M.MKes, Konsultan Psikologi dan Bimbingan Psikologi "Buah Hati", ada beberapa faktor yang menyebabkan anak di bawah umur melakukan tindak kriminal, yaitu rasa ingin memiliki sesuatu, tidak adanya pendidikan moral dari keluarga, mencari jati diri, pergaulan, terperangkap dalam jiwa yang memberontak, ingin menonjolkan rasa persatuan, pendidikan, keluarga, gejala penyakit, dan ekonomi.

Si Biang Kerok

Namun, jika diperhatikan beberapa faktor di atas hanya terfokus menyalahkan sisi individu dan keluarga saja. Padahal, banyak orang tua sudah berusaha mendidik anak-anaknya sebaik mungkin, memperhatikan aktivitas mereka, menanamkan nilai-nilai agama, serta mengajarkan bagaimana adab dan akhlak yang baik sedari mereka kecil. Tetapi, tetap saja setiap orang tua tidak bisa memantau anaknya kapan pun dan di mana pun. Adakalanya beberapa orang tua akan kecolongan tanpa menyadari anaknya telah melakukan tindakan yang menyimpang.

Apalagi dunia digitalisasi saat ini begitu maju, dari anak-anak sampai orang tua, tahu bagaimana cara menggunakan alat digital seperti smartphone, laptop, PC, dan perangkat-perangkat lunak lainnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika mereka menggunakan alat-alat digital ini sebagaimana fungsinya, maka hasil yang diberikan tentu saja berbuah positif. Begitu pun sebaliknya, jika digunakan menyimpang dari fungsinya, maka akan berbuah negatif. Faktanya, situs-situs online saat ini begitu mudah diakses di semua kalangan. Banyak konten-konten atau tontonan serta bacaan yang tidak boleh dilihat anak di bawah umur berseliweran di jagat maya.

Selain itu, paham liberalisme atau paham kebebasan, merupakan pemahaman yang digaungkan oleh sistem kapitalis Barat, inilah si biang kerok sebenarnya. Sistem yang telah meracuni pemikiran-pemikiran masyarakat dan pemimpin negeri ini. Di mana masyarakat diberikan kebebasan dalam berakidah, berperilaku, berpendapat, dan hak milik.

Sistem di mana agama hanya dijadikan sebagai status, karena berusaha memisahkan peran agama dari berbagai aspek kehidupan. Sehingga, tidak heran jika pornografi, pornoaksi, tontonan tidak bermutu, miras, narkoba, kampanye L987, begitu nyata dan berseliweran di mana-mana, baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Dan semua hal ini sangat mudah diakses dan ditemukan anak-anak di bawah umur, karena tidak ada aturan yang bersifat tegas dan memberikan efek jera untuk mengatur semua ini.

Maka, tidak heran jika banyak remaja saat ini berperilaku menyimpang, bahkan sampai melakukan aksi penculikan serta pembunuhan, yang jika dipikir secara akal sehat tidak akan mungkin dilakukan anak di bawah umur. Tetapi, inilah kenyataannya, bahwa anak di bawah umur pun bisa melakukannya, mereka bisa melakukan aksi berbahaya yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Namun kembali lagi dengan alasan HAM, anak di bawah umur yang melakukan tindak kriminal akan tetap mendapatkan perlakuan khusus, tidak bisa langsung dipidanakan begitu saja. Inilah mengapa aturan hukum seperti ini sering kali menimbulkan rasa kekecewaan dan ketidakadilan bagi korban dan keluarganya.

Melindungi dan Mendidik Anak Bukan Hanya Tugas Keluarga

Memang tidak dapat dimungkiri, jika tindak kriminal saat ini banyak dilakukan para remaja. Sehingga, sangat miris di usia mereka yang masih sangat muda sudah tahu cara membunuh. Mereka seharusnya tumbuh menjadi generasi penerus yang gemilang dan tidak hanya paham ilmu dunia. Lebih utama dari itu, mereka juga harus paham dan mendalami ilmu agama serta menjalani kehidupan mereka sesuai syariat Islam.

Peran orang tua memang sangat penting dalam hal ini, apalagi madrasah pertama seorang anak adalah keluarganya sendiri. Tetapi inilah yang sering kali dilupakan, bahwa dalam menjaga anak sebagai generasi penerus bangsa, bukan hanya menjadi tugas orang tua saja. Negara dan masyarakat pun harus ikut andil dalam melindungi dan mendidik anak-anak.

Peran negara, ia harus bisa menjaga generasinya dari hal-hal yang bersifat negatif. Bersikap tegas dan selektif terhadap industri pertelevisian dan para konten kreator yang menyuguhkan tayangan-tayangan yang tidak bermanfaat dan tidak bermutu. Pemerintah seharusnya sebisa mungkin menyediakan lingkungan yang kondusif dan aman bagi anak-anak, baik dalam menuntut ilmu maupun bersosialisasi. Mendukung dan mengapresiasi mereka yang berprestasi bukan yang hanya sekadar mencari sensasi.

Begitu pun dengan masyarakat, jangan bersifat acuh tak acuh terhadap perilaku menyimpang para remaja yang terjadi di sekitarnya. Tetapi kembali lagi, karena paham kebebasan makin digaungkan di tengah-tengah masyarakat, banyak masyarakat saat ini bersifat individualis, tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka hanya fokus memperhatikan lingkungan keluarganya, tanpa memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Strategi Kapitalis Barat

Inilah harapan dan strategi dari kapitalis Barat. Mereka ingin menghancurkan peradaban Islam. Peradaban yang pernah berjaya di 2/3 dunia selama lebih dari 13 abad lamanya. Mereka tahu apa yang harus diserang terlebih dahulu agar umat Islam tidak bersatu. Pertama mereka akan menyerang keluarga, lalu pendidikan, dan yang terakhir menjatuhkan martabat tokoh-tokoh penting seperti para ulama.

Allah Swt. sudah mengingatkan terlebih dahulu terkait hal ini, firman Allah yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan," (TQS. Al-Anfal: 36)

Dan ayat ini memang terbukti, bahwa kapitalis Barat terus berupaya menyebarkan ideologinya agar bisa di terima, dipelajari, dan diterapkan negara-negara lain, khususnya negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak. Mereka juga terus berupaya mengembangkan kecanggihan teknologi digital, lalu mempromosikannya ke negara-negara mayoritas Islam. Mereka berusaha merusak moral generasi penerus bangsa, agar mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia. Tidak ada lagi rasa cinta terhadap Allah, Rasulullah, serta ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Namun sangat disayangkan, bukannya menyelamatkan generasi penerus dari ancaman liberalisme kapitalis Barat, negara justru ikut mendukung setiap ide-ide kapitalis Barat. Misalnya, negeri ini mulai menerapkan parenting ala Barat, di mana ilmu parenting ala Barat sangat jauh berbeda dengan yang diajarkan dalam Islam. Jika parenting ala Barat ujung-ujungnya akan bermuara pada materi atau kenikmatan dunia, lain halnya dalam Islam, semua dilakukan hanya untuk beribadah dan mendapatkan rida Allah Swt.

Kembali lagi bahwa, kemajuan teknologi memang tidak dapat dihentikan atau ditentang. Apalagi alat-alat digitalisasi merupakan salah satu bagian dari madaniyah yang bersifat umum. Ini artinya semua alat-alat digitalisasi boleh digunakan oleh siapa saja, tidak memandang ras, suku, budaya, dan agama, semua boleh memakainya. Tetapi peran negara sangat dibutuhkan dalam hal ini, agar teknologi ini bisa digunakan sebagaimana fungsinya dan bisa mendapatkan keridaan Allah Swt. di dalamnya.

Generasi Muda adalah Generasi Pembangun Peradaban

Ya benar, generasi muda adalah generasi pembangun peradaban. Sehingga, mereka benar-benar harus dibentuk dan dididik sejak dari dini. Baik pendidikan, jasmani dan rohaninya, tetapi yang terpenting dari itu semua bagaimana membiasakan mereka menjalankan syariat-syariat Islam secara kaffah. Membentuk mereka dengan akidah yang lurus, yaitu akidah Islam.

Sebagaimana di zaman Rasulullah saw. dan para sahabat, anak-anak sudah ditanamkan nilai-nilai agama sejak dari dalam kandungan ibunya. Agar kelak mereka bisa menjadi generasi gemilang dan selalu merindukan surgawi. Selain itu, pemuda dalam kepemimpinan Islam tidak berani melakukan pembunuhan selain hanya untuk berjihad. Karena Islam sangat menghargai dan melindungi setiap nyawa umat Islam dan para kafir dzimmi.

Para pemuda juga tidak akan membiarkan dirinya jatuh ke dalam kesia-siaan, mereka selalu menyibukkan diri dalam hal-hal yang bermanfaat dan bernilai ibadah yang bisa mendapatkan rida Allah Swt.. Ya, generasi muda dalam Islam dibentuk untuk menjadi generasi pembangun peradaban yang gemilang, generasi yang selalu bervisi surgawi bukan duniawi.

Ibnu Sina, Al-Ghazali, Fatimah Al-Fihri, Abbas bin Firnas, Al-Haitsami, Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih dan masih banyak tokoh-tokoh Islam lainnya. Mereka semua adalah bukti bahwa Islam bisa melahirkan generasi-generasi gemilang, generasi yang mencintai Allah dan Rasulullah lebih dari segala-galanya. Syariat Islam mereka terapkan di setiap aktivitas mereka, sehingga tidak heran jika Islam pernah berjaya di 2/3 dunia lebih dari 13 abad lamanya.

Ini semua bisa terjadi karena para pemudanya benar-benar menyadari bahwa mereka adalah generasi penerus, pejuang pembangun peradaban yang gemilang. Mereka menyadari bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik yang harus beramar makruf nahi mungkar. Sehingga, mereka tidak mau hidup dalam kesia-siaan.

Khatimah

Generasi sadis di era saat ini, merupakan bukti bahwa negara beserta sistem pemerintahan yang diembannya gagal menjaga, melindungi, dan membentuk generasi penerusnya sebagai generasi gemilang. Padahal, anak-anak adalah aset besar dan berharga bagi negara di masa depan. Sehingga, satu-satunya yang bisa menyelamatkan generasi penerus dari bobroknya sistem saat ini adalah menerapkan syariat Islam secara kaffah di negeri ini dan di seluruh penjuru negeri. Sistem yang tidak akan membiarkan generasinya hidup dalam kesia-siaan dan terabaikan. Namun, syariat Islam hanya bisa diterapkan dalam satu kepemimpinan, yaitu Daulah Khilafah Islamiah.
Wallahu a'lam bish-shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasIpost.Com
Nur Hajrah MS Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Memahami Qada dan Qadar
Next
Generasi Kian Hilang Arah dan Identitas
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram