Refleksi 2021: dari Moderasi Hingga Prostitusi

"Terlalu banyak permasalahan yang menyelimuti negeri ini semestinya membuat kita bercermin. Manusia hanyalah makhluk lemah dan terbatas, butuh Sang Khaliq sebagai _Al-Mudabbir (pengatur) atas hidupnya. Sebab Allah bukan sebatas pencipta, tapi juga pengatur. Dan Islam diturunkan Allah sebagai jalan keselamatan sekaligus kemuliaan."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redaktur Pelaksana NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Tak terasa, tahun kembali berganti. Di tengah pandemi yang masih menyelimuti, pergantian tahun kali ini tentu saja membutuhkan muhasabah, bukan sekadar perayaan hura-hura. Merefleksi kehidupan sepanjang 2021, berbagai polemik tak henti membelit umat di negeri ini.

Adapun salah satu isu yang paling seksi sepanjang tahun 2021 adalah soal moderasi beragama yang kian massif digaungkan. Moderasi Beragama merupakan salah satu proyek Kementrian Agama yang telah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024. Tak hanya itu, sebagaimana diungkapkan oleh Menag, Yaqut Cholil Qoumas, saat berdiskusi dengan Tim Pokja Moderasi Beragama (TP MB) pada April 2021 lalu, bahwa moderasi beragama juga menjadi amanah khusus dari Presiden Joko Widodo yang diberikan kepadanya sejak awal pengangkatannya menjadi Menag. (Kemenag.go.id/21-05-2021)

Kenyataannya, sepanjang tahun 2021, ide moderasi beragama memang gencar disusupkan lewat berbagai lini, mulai dari dunia pendidikan di segala jenjang, hingga ranah perempuan. Lewat berbagai forum, ide ini dipasarkan, berharap arus moderasi beragama sampai ke benak-benak umat sekaligus mereka mengadopsinya.

Jelas hal tersebut, merupakan sebuah ancaman serius bagi kebangkitan Islam. Mengapa? Sebab lewat moderasi umat digiring menuju Islam yang sesuai selera Barat, salah satunya dengan menggemborkan kebolehan mengucapkan Natal atas nama toleransi.

Moderasi beragama juga kerap kali disandingkan dengan penanggulangan ekstremisme dan radikalisme. Artinya, moderasi beragama diposisikan sebagai antitesis atas kelompok ekstrem dan radikal dalam beragama. Sayangnya, radikalisme yang mereka maksud adalah kelompok umat Islam yang taat syariat secara kaffah bahkan memperjuangkan tegaknya Khilafah.

Itulah bahayanya ide moderasi beragama, selain dapat menyuburkan sekularisme di tubuh umat, juga akan menciptakan islamofobia dan perpecahan di kalangan umat Islam. Jika hal itu terjadi, maka proyek mendikotomi umat Islam ke dalam kelompok-kelompok sebagaimana tertuang dalam dokumen Rand Corporation (lembaga think tank AS) benar-benar terwujud nyata.

Dalam dokumen tersebut, umat Islam dipetakan ke dalam tiga kelompok: fundamentalis/radikalis, tradisionalis, dan moderat. Adapun kelompok moderatlah yang kemudian dilabeli Islam humanis dan berwajah ramah, sebab dianggap sejalan dengan Barat. Dari sana terlihat, bahwa ada upaya perang melawan Islam lewat pemetaan tersebut. Selain itu, ada upaya menciptakan keterpecahan internal di tubuh umat Islam.

Hal itu juga sejalan dengan prediksi yang dirilis oleh Dewan Intelegen Umat Islam (National Inteligent Council/NIC) pada 2004 silam. Mereka membuat sebuah prediksi tentang masa depan dunia bertajuk "Mapping The Global Future". Dalam dokumen tersebut terdapat empat poin:

Pertama, Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan Cina dan India sebagai pemain penting ekonomi dan politik dunia;

Kedua, Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS;

Ketiga, New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni pemerintahan global Islam yang akan mampu melawan dan menjadi tantangan bagi nilai-nilai Barat; dan

Keempat, Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (fobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia – kekerasan akan dibalas kekerasan.

Dengan adanya prediksi demikian, maka pengarusutamaan moderasi beragama menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam rangka membendung tegaknya Khilafah, yang mereka gambarkan akan menjadi tantangan bagi nilai-nilai Barat. Sebab Islam kaffah memang ibarat minyak dengan air jika disandingkan dengan nilai-nilai Barat yang sekuler dan liberal. Islam memiliki prinsip khas yang bersandar pada hukum syarak, bukan akal manusia yang terbatas.

Jelaslah bahwa moderasi beragama merupakan agenda global dalam rangka mengadang kebangkitan Islam. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengukuhkan pemahaman akan ajaran Islam yang sempurna (kaffah), agar tak mudah dicabik-cabik atas nama moderasi.

Tutup Tahun dengan Kasus Prostitusi

Sementara itu, kasus prostitusi juga masih menjadi primadona di negeri ini. Sebagaimana yang ramai diberitakan di pengujung tahun 2021 ini, seorang artis berinisial CA ditangkap karena diduga terlibat prostitusi. Ia ditangkap di sebuah hotel mewah di Jakarta Pusat. (CnnIndonesia.com/31-12-2021)

Prostitusi merupakan bagian tak terpisahkan dari sekularisme. Adanya prostitusi adalah akibat seseorang tak dekat dengan Tuhannya, selain juga dipengaruhi oleh sistem kehidupan yang jauh dari aturan agama. Apa pun menjadi komoditas asal menghasilkan materi. Halal haram bukan timbangan, sebaliknya untung rugi lah yang menentukan.

Beberapa bulan lalu, hotel milik seorang artis yang berada di Tangerang juga harus berurusan dengan aparat, lantaran ada laporan warga bahwa di hotel tersebut terjadi praktik prostitusi anak. Sungguh ironis!

Kasus prostitusi memang kerap kali mewarnai pemberitaan di negeri ini. November lalu pun, sekitar 7 tempat hiburan malam (THM) di wilayah Banten dibongkar paksa oleh Satpol PP karena disinyalir menjadi tempat prostitusi, di samping miras dan narkoba. (Bantenhits.com/27-11-2021)

Luar biasa, betapa kemaksiatan sungguh merajalela di negeri ini. Lantas akankah di tahun yang baru kita tetap mempertahankan potret kelam ini?

Proyeksi 2022: Tinggalkan Sekularisme, Dekap Islam Kaffah

Terlalu banyak permasalahan yang menyelimuti negeri ini semestinya membuat kita bercermin. Manusia hanyalah makhluk lemah dan terbatas, butuh Sang Khaliq sebagai Al-Mudabbir (pengatur) atas hidupnya. Sebab Allah bukan sebatas pencipta, tapi juga pengatur. Dan Islam diturunkan Allah sebagai jalan keselamatan sekaligus kemuliaan.

Dengan demikian, sudah semestinya kita kian merapatkan diri pada ketundukan atas agama-Nya, bukan malah mengabaikan syariat-Nya. Sungguh, penerapan syariat Islam secara kaffah akan menuai maslahat, sebaliknya meninggalkannya akan berbuah kerusakan bahkan kebinasaan.

Dekap erat Islam sebagai ideologi, tunduklah pada aturan sang Maha Pencipta. Kelak, negeri ini akan diliputi keberkahan, kemuliaan, serta ampunan yang luas. 2022 saatnya meneguhkan takad untuk kembali kepada fitrah, yakni Islam. Sungguh, moderasi bukanlah solusi bagi kebaikan negeri, sebaliknya hanya dengan menerapkan syariat Islam kaffah dalam naungan Khilafah sajalah, umat Islam dan manusia seluruhnya akan selamat dan sejahtera. Tidakkah kita ingin merasakannya?

Allah Swt berfirman:
"Masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) dan janganlah ikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (TQS.Al-Baqarah:208)

Wallahu'alam bisshawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ubi Jalar, si Manis untuk Antimabuk
Next
Film Yuni, Propaganda Liberalisasi Berperilaku Melalui Industri Hiburan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram