"Kapitalisme kembali membidik kaum hawa untuk mempertahankan hegemoninya, dengan dalih pemberdayaan perempuan diharapkan mampu meningkatkan taraf kesejahteraan di bidang ekonomi. Dengan memberikan suntikan dana untuk pengembangan modal usaha, perempuan dituntun untuk aktif dalam menjalankan kiprahnya di ranah bisnis dan ekonomi."
Oleh. Mila Sari, S.Th.I
(Pegiat Opini, Pendidik Generasi, dan Member AMK)
NarasiPost.Com-Sebuah ideologi senantiasa berupaya untuk menguasai dunia secara keseluruhan. Seseorang yang menggenggam sebuah ideologi tidak akan membiarkan benih ideologi lain hidup dan bertumbuh dalam dirinya serta akan berupaya memengaruhi hingga ia tetap kokoh berdiri. Begitu pula dengan ideologi kapitalisme yang hidup dan merajai di kancah dunia saat ini. Meski telah banyak fakta yang menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaannya untuk memimpin dunia, akan tetapi ia tetap mencoba bertahan agar tetap eksis memimpin dunia.
Demokrasi adalah sistem yang terlahir dari ideologi ini, dengan slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Tapi kenyataannya demokrasi tak mampu meletakkan kedaulatan di tangan rakyat. Justru slogan itu hanyalah pepesan kosong tanpa makna, karena pada realitanya saat rakyat meminta kebijaksanaan dari penguasa, jangankan untuk meri'ayah dengan baik, kebutuhan dan kesejahteraan rakyat justru tak menjadi prioritas. Kecuali bila yang dimaksud adalah rakyat yang hanya sekelumit elit politik dan pengusaha yang berkepentingan. Bukan rakyat secara keseluruhan.
Menurut berita yang dilansir dari Cnnindonesia.com (Kamis, 14/01/2021), bahwa Jakarta, International Development Finance Corporation (DFC) menggelontorkan jaminan kredit sebesar US$35 juta untuk memobilisasi investasi US$100 juta guna mengurangi sampah plastik di laut Asia Tenggara. Hal tersebut telah dimulai melalui pemberian jaminan kredit sebesar US$35 juta melalui Ocean Fund, di mana Tridi Oasis, perusahaan asal Jakarta bergerak dalam bidang daur ulang botol plastik. DFC juga berkomitmen mendorong lebih banyak investasi untuk membangun rantai nilai daur ulang sampah yang sekaligus juga dapat membuka lapangan kerja di Indonesia.
Masih dari sumber yang sama, Investasi di Tridi Oasis didirikan dan dimiliki serta dikelola oleh dua pengusaha perempuan, ungkap Adam Boehler Executive Officer DFC. Melalui prakarsa ini, DFC bertujuan untuk memobilisasi modal dan memberi insentif kepada sektor swasta untuk mencapai dampak terukur dan berkelanjutan bagi pemberdayaan perempuan secara ekonomi.
Pasalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa memajukan kesetaraan perempuan di Asia-Pasifik dapat menambah US$4,5 triliun ke PDB kawasan tersebut pada 2025, atau meningkat 12 persen pertumbuhan rata-ratanya. "Kami ingin memberdayakan pengusaha perempuan seperti Anda, tetapi sekaligus melihat bagaimana kita dapat menghilangkan plastik di laut dan plastik secara luas, serta lebih banyak mengubah dunia kita menjadi tempat yang lebih baik di saat yang sama," imbuh Adam.
DFC merupakan badan baru pemerintah Amerika Serikat yang mengkonsolidasikan dan memodernisasi Overseas Private Investment Corporation (OPIC) dan Development Credit Authority (DCA) di bawah Badan Pembangunan Internasional AS (USAID).
Kapitalisme kembali membidik kaum hawa untuk mempertahankan hegemoninya, dengan dalih pemberdayaan perempuan diharapkan mampu meningkatkan taraf kesejahteraan di bidang ekonomi. Dengan memberikan suntikan dana untuk pengembangan modal usaha, perempuan dituntun untuk aktif dalam menjalankan kiprahnya di ranah bisnis dan ekonomi.
Hal ini tentu bernilai positif bagi kepentingan kapitalisme yang lebih memprioritaskan keuntungan materi dan kepentingan eksistensi dari sebuah ideologi. Namun, hal ini justru akan sangat merugikan bagi kaum hawa itu sendiri. Sebab ketika mereka telah disibukkan mencari uang dan pengembangan ekonomi, maka tentu kewajiban utama sebagai sebagai seorang istri dan ibu akan menjadi tidak optimal. Sehingga rumah tangga, suami dan anak-anak tidak lagi menjadi perhatian yang utama.
Akibatnya, rapuhlah rumah tangga karena ibu tak lagi memfokuskan perhatiannya untuk mendidik anak-anaknya dan juga mengabaikan hak-hak suami terhadapnya. Maka tak heran bila akhirnya perselingkuhan, narkoba, miras, free sex, kenakalan remaja dan tindak kriminal menjadi pelarian bagi suami dan anak-anak, bahkan perceraian akan mengancam setiap saat.
Itulah yang akan terjadi bila seorang ibu meninggalkan fitrahnya sebagai seorang ibu pencetak dan pendidik generasi, madrasah al-ula bagi anak-anaknya dan sebagai suluh yang senantiasa menjadikan suami termotivasi untuk semakin dekat pada Sang Pencipta. Karena kewajiban mencari nafkah dan memenuhi nafkah keluarga itu terletak di pundak suami bukan pada istri.
Adapun kewajian utama seorang istri menjadi Ummu wa robah Al-Bait, yaitu sebagai pengatur rumah tangga agar tetap berjalan utuh dan ideal. Boleh saja seorang wanita bekerja ke luar rumah, asal dengan izin dan rida suami serta tidak mengabaikan kewajiban utamanya sebagai seorang istri dan ibu. Selain itu perempuan juga memiliki kewajiban yang lain, yaitu mencerdaskan umat. Senantiasa melakukan aktivitas dakwah demi meluruskan pemikiran di tengah-tengah kaumnya.
Dari rahim seorang Muslimah dan didikannya, lahirlah seorang anak yang cerdas dengan Islam, memiliki kepribadian Islam dalam dirinya, bertakwa pada Rabb-nya dan memiliki jiwa-jiwa kepemimpinan yang kuat serta mampu membangkitkan umat dan peradabannya di masa mendatang. Tentu itu semua akan terlaksana bila perempuan menjalankan fitrahnya sebagaimana mestinya. Dan itu hanya akan terwujud dalam sistem Islam yang mampu menjamin kesejahteraan dan marwah setiap perempuan, tanpa menjadikannya alat untuk menjadi mesin dan roda bagi pertumbuhan, pengembangan, dan kemajuan ekonomi.
Sudah saatnya kita menyadari setiap makar, rencana, dan target yang ada di setiap tindakan yang dilahirkan oleh sistem kapitalisme terhadap kaum hawa. Dan saatnya kita turut andil dalam memperjuangkan Islam sebagai sebuah aturan kehidupan dan pandangan hidup agar kesejahteraan serta keberkahan dari langit dan bumi senantiasa tercurah.
Wallahu 'alam bishsawab[]
Photo : Pinterest