Merefleksi Kehidupan dengan Islam

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(TQS. Ar Rum : 41)

Oleh. Reni Adelina, A.Md

NarasiPost.Com-Waktu seperti pedang, ketajamannya mampu menguasai kehidupan. Bersifat monokronik dan linear. Terus berputar, berjalan seperti garis lurus, mustahil untuk memutarnya ulang. Dari setiap waktu yang berlalu, tentu sudah pasti banyak peristiwa yang dilalui. Baik itu peristiwa menyenangkan ataupun menyedihkan. Semuanya butuh refleksi, evaluasi, dan perbaikan.

Tidak terasa kita sudah memasuki tahun 2021. Sudah pasti banyak peristiwa yang tejadi di negeri kita yang menyita perhatian publik selama setahun kemarin. Dikutip dari berbagai sumber berita, di awal bulan Januari 2020, ujian bencana banjir bandang terjadi di Jabodetabek dan beberapa daerah di Indonesia di guyur hujan tak henti-henti. Lalu, tragedi SMPN 1 Turi Sleman yang mengadakan kegiatan Pramuka dengan agenda susur sungai yang diikuti oleh ratusan siswa SMPN 1 Turi Sleman, qodarullah menyebabkan belasan siswa meninggal dan hilang karena terseret arus sungai yang deras.

Pada bulan ketiga, masuknya mikroba kecil di negeri ini dengan nama Virus Corona atau Covid-19 yang mampu melumpuhkan berbagai sendi kehidupan. Tercatat kasus yang terjadi per tanggal 28 Desember 2020 sudah mencapai 719.000 kasus dan sampai sekarang belum tahu kapan berakhirnya pandemi ini. Akibat pandemi ini, akhirnya di bulan ketiga mulai diberlakukan belajar dari rumah atau daring, serta bekerja dari rumah, semua serba online dan mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah. Dari program daring yang diajukan Kementerian Pendidikan, ternyata banyak meninggalkan kisah pilu yang tidak luput dari sorotan publik, seperti banyaknya ibu yang stres dan depresi karena himpitan ekonomi, serta tugas anak yang menumpuk, ditambah lagi fasilitas internet yang tidak memadai dan harga kuota yang mahal dibandingkan harga beras. Alhasil banyak terjadi kasus ibu bunuh diri dan membunuh anak di beberapa daerah di Indonesia.

Selanjutnya pada 10 April 2020, erupsi anak Gunung Krakatau terjadi namun tidak adanya letusan. Hal ini mengingatkan kita kembali sejarah pada tahun 1883 yang lalu, yakni debu induk Gunung Krakatau sampai ke Benua Amerika.

Lalu disusul dengan peristiwa kondisi perpolitikan yang memanas, tejadi demo besar-besaran di tengah pandemi yang terjadi di beberapa daerah atas penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law yang disahkan DPR RI. Meski begitu, tetap saja tuntutan rakyat tidak dikabulkan. Sungguh menyedihkan memang, keberpihakan penguasa kepada pengusaha sangat kental.

Masih tentang kondisi perpolitikan di negeri ini. Walaupun pandemi belum berakhir tetap saja kampanye dan Pilkada serentak dijalankan. Politik dinasti dan oligarki menghiasi wajah buram demokrasi di negeri ini. Seperti dongeng kerajaan yang tahtanya turun temurun.

Ada lagi peristiwa yang lebih menarik, yakni kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab disambut dengan antusias oleh ribuan umat Muslim di tanah air, namun di balik kepulangan beliau ada sepenggal kisah yang menyedihkan yakni terbunuhnya 6 orang pengawal Habib yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi sang Habib dipenjarakan selama 6 tahun karena delik kasus kerumunan di Petamburan Jakarta.

Sungguh aneh tapi nyata, krisis keadilan menyelimuti. Hukuman yang diterima Sang Habib tidak seimbang dengan oknum yang merampok harta negara ataupun anak pejabat negeri yang melakukan kampanye di tengah pandemi.

Pemaparan di atas hanya sepenggal rangkuman peristiwa sepanjang tahun 2020. Ironi memang, kondisi negeri kita hari ini. Negeri yang mayoritas penduduknya Muslim, namun belum mencerminkan kepribadian Islam yang seutuhnya. Benar, kondisi sekarang penuh dengan kerusakan di segala aspek.

Sebagai seorang yang beriman, memandang peristiwa bencana alam ataupun kekacauan di negeri ini bukan hanya berdasarkan logika ilmiah saja, namun harus di sandarkan kepada syariat Islam, yakni Al-Qur'an sebagai petunjuk untuk keberlangsungan kehidupan. Apa yang ada di dalam Al-Qur'an merupakan kondisi nyata kita saat ini.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(TQS. Ar Rum : 41)

Apa Penyebab Kondisi Umat Terpuruk?

Salah satu penyebab kondisi hari ini terpuruk adalah kita sudah lama kehilangan sosok teladan dan perisai umat, sehingga hukum-hukum Allah atau syariat Islam semakin hari semakin tergerus akibat kemunduran umat Islam itu sendiri yang begitu cinta dunia. Peperangan ideologi juga semakin gencar, tidak tampak memang wujudnya, sangat sakit walau tidak berdarah.

Kondisi terpuruk hari ini dikarenakan ideologi atau pandangan hidup yang digunakan adalah sistem kapitalisme. Sistem ini menjunjung tinggi nilai demokrasi. Mustahil demokrasi dapat sejalan beriringan dengan syariat Islam. Demokrasi memisahakan agama dari kehidupan, jelas ini yang disebut dengan sekulerisme.

Dari sekulerisme ini lah melahirkan individu yang materialistik, hedonis, dan jauh dari kepribadian Islam. Sekulerisme juga melahirkan pemimpin yang lupa mengurusi rakyat secara benar dan adil. Merekalah yang disebut Al-Ruwaibidhah. Apakah Al-Ruwaibidhah itu ? Rasullullah menjawab, "Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum". (HR. Ibnu Majah).

Islam Solusi Kebangkitan Umat

Umat Islam di seluruh penjuru dunia pernah berjaya di bawah kepemimpinan yang satu. Di mulai dari Nabi Muhammad Saw yang sukses menerapkan Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam, lalu dilanjutkan kepada para Sahabat. Kejayaan Islam meliputi sepertiga dunia selama kurang lebih 14 abad atau 1400 tahun. Kejayaan ini disebabkan karena keimanan yang bersandar kepada hukum Allah Swt. Menerapkan Islam secara totalitas di dalam kehidupan.

Bumi, langit, dan apa yang ada di antara keduanya semua dalam genggaman Allah, Allah yang menciptakan sudah tentu Allah menurunkan seperangkat aturan yang dengannya manusia dapat berjaya di dunia akhirat. Saat ini, memang masih banyak individu yang menerapkan syariat yang bersandar pada Al Quran. Namun kondisi ini tidaklah kokoh, jelas perlu adanya peran negara dan pemimpin yang menerapkan Islam dan menjalankan syariat secara totalitas dan sempurna. Sudah tentu untuk menjalankan syariat adalah dengan mencampakan sistem demokrasi dan menggantinya dengan sistem Islam. Tidak ada yang sulit jika kembali kepada Al-Qur'an. Jika Al Quran mampu mengubah dunia, sudah tentu mampu mengubah diri kita.

Sudah saatnya kita merefleksi kehidupan kita dengan kembali kepada Islam. Dimulai dari diri sendiri membentuk kepribadian Islam dengan cara belajar Islam, lalu mengajak orang-orang kembali kepada Islam dan mendakwahkannya kepada penguasa agar mampu menerapkan hukum Allah dan syariat Islam secara sempurna. Dengan Islam tercurahlah rahmat Allah ke seluruh alam sehingga tidak terjadi kerusakan di segala aspek kehidupan. Saatnya Islam kembali memimpin dunia. Tidakkah kita ingin berjaya seperti jayanya Islam pada masa dulu?[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Reni Adelina Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Indonesia Impor Kedelai, Haruskah?
Next
Kebijakan Tak Etis Bungkam Suara Kritis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram