Di tengah gempuran persoalan akibat sekuler, keluarga Muslim makin menyadari kebutuhan untuk mengenali agamanya. Sebagai keluarga Muslim, kita harus mempertahankan aktivitas dan ajaran Islam demi mewujudkan keluarga Muslim yang cinta Rasul dan cinta syariah.
Oleh: Yeni Restiyani
NarasiPost.com - Problematika kehidupan umat sampai saat ini belum dapat terpecahkan, bahkan dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari waktu ke waktu, sampai pada pergantian tahun 2021 masih saja terus terjadi. Problematika yang menerpa keluarga Muslimpun banyak. Saat keluarga Muslim dirundung berbagai persoalan, seperti LGBT, pedofilia, kekerasan terhadap perempuan maupun anak dan problematik lainnya, justru pada saat yang sama ada pihak anti Islam yang sengaja menyebar propaganda busuk tentang narasi keluarga menjadi potensi tumbuhnya pemikiran radikal. Mereka sematkan cap radikal bukan hanya pada laki-laki, tetapi perempuan dan anak-anak. Opini ini digiring oleh para pembenci Islam agar umat Islamofobia terhadap agamanya sendiri.
Berbagai upaya dilakukan untuk menghalangi bangkitnya Islam. Deradikalisi keluarga, perempuan dan anak Muslim sebagai bentuk pencegahan paham radikal terus digencarkan oleh mereka yang anti Islam. Mereka yang anti Islam menyadari bangkitnya kesadaran umat akan Islam kaffah dapat mempercepat lonceng kematian bagi demokrasi.
Akhir tahun 2020 tepatnya hari Selasa, 16 Desember 2020 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (Rakornas FKPT) ke-V di Badung, Bali. Tema yang diusung adalah Sinergi Cegah Radikalisme.
Hasil penelitian mereka tentang penguatan kebinekaan di era digital dalam upaya menanggulangi radikalisme di Provinsi, menemukan bahwa yang paling rentan terpapar paham terorisme adalah generasi z. Menurut mereka hal itu terjadi dikarenakan pengaruh kemajuan teknologi dan rendahnya daya saring informasi di kalangan generasi muda. Selanjutnya FKPT akan menjadikan hasil penelitian tersebut menjadi acuan rencana kerja di tahun 2021 untuk memberantas teroris.(16/12)
Di pihak lain ada Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang disibukkan dengan tugasnya dalam menyukseskan program deradikalisasi terhadap perempuan dan anak. Hal itu menjadi tugas prioritas baginya, setelah kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang melibatkan perempuan dan anak-anak dalam melakukan aksi terorisme pada dua tahun terakhir. (BBC News, 30/11/20)
Sejak dulu propaganda radikal selalu dihembuskan, dikaitkan dengan aksi terorisme yang dilakukan oleh oknum umat Islam. Kata radikal sendiri bersifat ambigu. Karena pada faktanya ketika aksi teror itu dilakukan oleh non Muslim tidak pernah dikatakan sebagai terorisme tetapi sebagai aksi kriminal biasa. Jelas propaganda radikal ini membahayakan umat Islam yang bisa menghantarkan pada islamofobia. Sekarang perempuan dan anak-anak Muslim jadi korban fitnah radikal.
Upaya mereka menjauhkan umat dari Islam tidak berhenti pada isu radikal saja, tetapi mereka juga menyodorkan ide tandingan radikal yang berkonitasi positif yaitu Islam moderat. Islam moderat yang memiliki ciri-ciri karakternya seperti, menerima ide-ide barat, memiliki sikap diam ketika agamanya dihina, menerima paham prularisme. Pengklasifikasian Islam kepada radikal, moderat, fundamental ini memiliki siasat politik belah bambu di mana satu kelompok disanjung dan kelompok lain diinjak-injak. Tak lain dan tak bukan tujuannya adalah untuk membungkam ide dan menghalangi bangkitnya Islam kaffaah.
Di tengah gempuran persoalan akibat sekuler, keluarga Muslim makin menyadari kebutuhan untuk mengenali agamanya. Sebagai keluarga Muslim, kita harus mempertahankan aktivitas dan ajaran Islam demi mewujudkan keluarga Muslim yang cinta Rasul dan cinta syariah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan keluarga Muslim dalam menghadapi isu radikalisme ini, di antaranya:
Pertama, keluarga Muslim harus tetap istikamah mendakwahkan Islam. Hanya dengan dakwah yang mengikuti metode Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu dengan dakwah pemikiran dan tanpa kekerasan yang mampu memahamkan umat tentang ajaran Islam. Termasuk menjelaskan bahwa khilafah adalah ajaran Islam yang membawa rahmat kepada seluruh alam.
Kedua, keluarga Muslim harus menyadari bahwa paham yang berbahaya saat ini adalah paham sekulerisme kapitalis. Ideologi inilah penyebab terjadinya berbagai persoalan dalam kehidupan, mulai dari problem ideologi, politik, ekonomi, pendidikan, hukum, budaya dsb. Kapitalisme telah gagal dalam mensejahterakan dunia.
Ketiga, keluarga Muslim harus menyadari bahwa Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu mengurai problematika kehidupan saat ini. Karena sistem Islam datang dari Allah Subahanahu wa Ta’aala Pencipta seluruh makhluknya.
Sikap keluarga Muslim semestinya tetap kokoh konsisten dan menegaskan bahwa sumber solusi atas segala problematika saat ini adalah Islam kaffah.
Picture Source by Google