Anak Penjarakan Ibu, Buah Sistem Rusak

Sungguh Allah telah berwasiat kepada kalian untuk berbakti kepada ibumu, ibumu, lalu kepada ayahmu; baru kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya,” (HR. Bukhari, Ahmad dan Ibnu Majah).

Oleh : Ismawati

NarasiPost.Com-Sebuah pepatah lama mengatakan “Kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah." Pepatah tersebut bermakna kasih sayang ibu kepada anaknya sepanjang masa, sementara kasih sayang anak kepada ibunya memiliki batasan.

Padahal, ibu adalah sosok manusia mulia, ia rela bertaruh nyawa demi anak-anaknya.

Entah apa yang ada dibenak seorang anak berinisial A (19) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah yang tega melaporkan ibu kandungnya yang berinisial S (36) dan kini sang ibu telah mendekam dalam sel tahanan Polsek Demak Kota. Kuasa hukum ibu S, Haryanto mengatakan, konflik anak dan ibu ini muncul saat mantan suami ibu S mengambil anak balita mereka tanpa sepengetahuannya. Hingga pada 21 Agustus 2020, mantan suami dan anak pertama S datang ke Demak menemui sang ibu bersama perangkat desa. Kemudian sang anak A masuk ke rumah dan mencari bajunya, hingga sang ibu berkata bahwa baju-baju A telah dibuangnya. (Detiknews,(9/1/21)

Di tempat lain, seorang ibu berinisial K (60) dilaporkan oleh M (40) anak kandungnya karena masalah motor. Dilansir dari tribunnews (29/6/20), Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah AKP Priyo Suhartono mengatakan perseteruan itu berawal dari harta warisan peninggalan ayah M yang dijual seharga Rp200 juta. Setelah terjual, sang ibu mendapatkan bagian Rp 15 juta dan uang itu dipakai untuk membeli motor. Namun, M tidak terima dan dianggap menggelapkan uang karena motor tersebut ditaruh di rumah keluarga.

Jika melihat kejadian ini, hati ibu mana yang tidak teriris membayangkan jika anak yang dikandungnya selama sembilan bulan lamanya, disusui dua tahun, dididik dan dibesarkan dengan kasih sayang, kini dengan tega memenjarakan ibu kandungnya. Anak mana lagi jika bukan anak yang lahir dari sistem liberal.

Liberalisme yang menganut kebebasan mulai dari kebebasan berpendapat hingga berperilaku menjadikan manusia bertingkah-laku bebas sesuai dengan kehendaknya sendiri.

Sementara itu, sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan hubungan anak dan ibu tak ubahnya bagai hubungan yang diatur dengan untung dan rugi. Kapitalisme telah membentuk karakter manusia menjadi manusia yang berambisi meraih materi semata. Alhasil, sistem ini telah gagal memberikan ketenangan dalam keluarga dan rentan menghasilkan generasi durhaka.

Selain gagal menghasilkan individu yang beriman, sistem sekuler juga gagal menghadirkan lingkungan yang islami. Pola pendidikan hari ini minim pembentukan akidah dan akhlak sehingga menghantarkan seseorang menjadi individu yang mudah murka kepada orang tua. Tentu hal ini tak lepas dari peran negara sebagai penyokong terbesar hadirnya sistem yang dapat mengatur semua kebijakan. Hingga, saat ini negara tak mampu menjadi penjaga ketahanan keluarga.

Sebagai seorang anak, ingatlah bahwa surga ada di telapak kaki ibumu. Rasulullah Saw mengingatkan kita melalui sabdanya :
Sungguh Allah telah berwasiat kepada kalian untuk berbakti kepada ibumu, ibumu, lalu kepada ayahmu; baru kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya,” (HR. Bukhari, Ahmad dan Ibnu Majah).

Semarah apapun dengan ibu, pahamilah bahwa semua jasa dan keikhlasannya merawat anaknya tak mampu dibalas dengan apapun.

Maka, untuk mengatasi segala permasalahan ini butuh sinergi yang tepat antara individu, masyarakat dan negara. Hanya kembali kepada Islamlah semua permasalahan akan terselesaikan. Dimana dalam sistem Islam, bekal utama seseorang adalah keimanan dan ketakwaan yang akan mendorong manusia untuk senantiasa menjalankan semua aturan-aturan Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Sementara di dalam masyarakat akan tercipta suasana islami yang mendorong manusia untuk senantiasa melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar (mengajak yang ma’ruf dan mencegak kemungkaran). Terakhir, negara memiliki tanggungjawab besar sebagai pelindung utama bagi rakyat. Negara memiliki peran besar memastikan keluarga mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Sebagaimana ayah yang mampu mencari nafkah untuk keluarga, ibu sebagai pendidik dan pengurus rumah tangga. Kemudian anak akan terpenuhi hak dan kewajibannya sebagai generasi yang wajib dididik dengan pendidikan islami sehingga memiliki kepribadian Islam dan berakhlak mulia.

Wallahu a’lam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Ismawati Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Si Anak Kuat
Next
Mengapa di Tanahku Terjadi Bencana?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram