Noktah Merah dalam Pernikahan

Noktah Merah Pernikahan

Tidak ada manusia yang sempurna. Maka, jika ada pasangan kita yang melakukan kesalahan, doakan agar dia menjemput hidayah Allah Swt.

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pemain gitar yang lihai pasti bisa memainkan senar dengan mudah dan menghasilkan alunan melodi indah. Gitar itu dipetik oleh orang yang tepat, tapi bagaimana jika dimainkan oleh seseorang yang tidak punya jiwa seni dan tidak mampu memilih not yang tepat? Tentu saja hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan betul, ‘kan? Sekarang, jika pemain gitar itu adalah pemimpin dalam rumah tangga, apa yang akan terjadi? Pastinya rumah tangga itu akan mudah karam karena sang pemimpin tak mampu membawa biduknya dengan baik.

Siapa yang tidak ingin hidup bahagia bersama dengan orang-orang yang disayanginya? Semua orang pasti ingin, tapi sayangnya sedikit orang yang menyadari kesalahannya, bahkan terbuai oleh sikap buruk yang seringkali menyakiti orang lain, tapi tidak pernah disadari. Akhlak yang buruk melahirkan perbuatan dan sikap zalim yang dapat melukai orang-orang terdekat. Dalam hal ini biasanya dialami oleh orang-orang yang punya prilaku toxic.

Toxic adalah suatu istilah yang ditujukan kepada seseorang yang memiliki sifat beracun dalam dirinya. Toxic sendiri berasal dari bahasa inggris yang artinya racun. Maksud dari kata racun adalah orang toxic mempunyai sifat buruk yang merugikan orang lain. Sementara toxic relationship adalah suatu hubungan yang berdampak tidak sehat bagi pasangannya. Sehingga salah satunya mengalami masalah fisik maupun psikis.

Kasus yang Diakibatkan Oleh Kepribadian Toxic

Mari kita amati berita di media massa tentang maraknya kasus kekerasan rumah tangga dan tingginya angka perceraian setiap tahunnya. Saya menyaksikan di televisi, kasus seorang ibu muda yang sedang melakukan aksi bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke rel kereta api. Parahnya dia membawa serta sang buah hati yang masih balita, tapi dititipkan ke orang lain. Peristiwa yang terjadi saat menjelang magrib di terminal Depok itu membuat saya sangat terkejut.

Saya tidak menyangka ternyata ada seorang ibu yang tanpa memikirkan nasib anaknya sengaja ingin bunuh diri. Bukankah berarti mentalnya sedang terganggu? Saya menyakini hal ini murni karena konflik rumah tangga, karena ibu muda tersebut menuturkan bahwa dirinya sakit hati terhadap sikap dan ucapan suaminya yang kasar dan kejam.

Imam Nawawi melalui Syarah Riyadhus Shalihin melampirkan riwayat dari Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahhak Al-Anshari, di mana Nabi saw. bersabda:

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu." (Muttafaq Alaih)

Imam Nawawi menjelaskan hadis di atas berisi hukum Islam bahwa bunuh diri termasuk haram. Sebab, pelaku bunuh diri akan diazab pada hari kiamat dengan cara ia membunuh dirinya sendiri. Balasan itu setimpal dengan perbuatannya di dunia. Maka, jangan pernah mencoba untuk melakukan perbuatan ini karena Allah Swt. melaknat perbuatan menyakiti diri sendiri.

Titik terendah dalam hidup seorang wanita yakni ketika terjadi kekerasan dalam rumah tangga, tapi dia tidak dapat melakukan tindakan apa pun untuk membela diri dan hanya bisa dihadapkan pada dilema. Ada yang bertahan demi anak, ada yang bungkam karena takut, bahkan ada juga yang tidak berani mengambil keputusan, karena khawatir akan ancaman hidup di masa depan dan faktor kesulitan ekonomi. Padahal, jika tidak terdapat solusi dan hanya berdiam diri akan berakibat fatal.

Tentunya kekerasan dalam rumah tangga sangat berpengaruh terhadap kondisi mental seseorang. Dalam rumah tangga orang yang toxic bisa seorang suami atau istri. Namun, saya mengamati lebih banyak kasus yang mengalami adalah wanita. Sehingga tidak dapat dimungkiri masalah tersebut dapat mengakibatkan dampak yang cukup besar terhadap anak-anak karena seorang ibu yang jiwanya terluka mewariskan emosi negatif yang dapat berakibat buruk bagi buah hatinya. Realitanya akan dapat membahayakan jiwa sang anak karena gangguan mental dapat menyebabkan hal yang sangat buruk.

Orang yang bertahan hidup dengan pasangan yang toxic ada kemungkinan rentan terkena penyakit fisik dan psikis. Bila tidak kuat, selain mengakibatkan masalah mental, yang terparah adalah kematian di usia muda. Sebab, adanya keterkaitan antara cara mengelola pikiran dengan penyakit yang diderita oleh seseorang. Mengapa terjadi demikian? Jelas saja, karena nggak semua orang bisa jujur mengakui apa yang sedang dirasakan.

Hubungan yang tidak sehat berdampak pada psikis seseorang. Sehingga akan mengalami tingkat stres karena rasa cemas yang berlebihan, menjauh dari lingkungan dan tidak mau bersosialisasi, minder, dan bahkan mati rasa. Jangan heran bila banyak perempuan yang baru menikah terjebak oleh dunia baru yang membuat hidupnya sengsara bukan bahagia.

Oleh karena itu, sebaiknya sebagai seorang perempuan, kita tidak boleh berekspektasi secara berlebihan tentang kehidupan dalam berumah tangga karena sejatinya hidup ini Allah yang mengatur, jadi kita tidak tahu akan hal-hal yang akan terjadi ke depannya. Maka wajar, jika di negara berkembang banyak wanita yang tidak mau menikah sehingga angka kelahiran merosot tajam.

Pengalaman batin yang dilatar belakangi oleh trauma dan pikiran bahwa pernikahan bukan membawa manfaat, tapi sebaliknya menjadi bumerang. Pudarnya rasa percaya terhadap pasangan serta cara seorang suami yang memperlakukan istrinya dengan buruk akan menjadi pengalaman batin yang membekas hingga seumur hidup.

Solusi Terbaik dalam Islam

Adakah solusinya? Tentu ada, sebelum terlambat dan hal-hal buruk terjadi, ada baiknya kita buang jauh rasa egois dan belajar menjadi pribadi yang senantiasa memperbaiki diri. Kembali pada aturan Allah Swt., ikuti kajian Islam yang akan memberikan kita wawasan keilmuan serta doa yang tak henti. Mohon pengampunan Allah dan selalu mengharap akan hidayah-Nya.

Setiap muslim dan muslimah harus peka terhadap dirinya dan terus belajar memperbaiki diri agar berakhlak yang baik, terutama dalam bersikap. Perlakuan suami pada istrinya harusnya mencerminkan Islam. Jadi, jika ada seorang muslim menikah, persiapan menjadi seorang suami atau istri yang baik sesuai tuntunan Islam penting untuk dipelajari, bukan niat menikah hanya karena nafsu dan menunaikan perintah agama saja.

Kado pernikahan terindah adalah kebahagiaan, tapi bagaimana kebahagiaan akan hadir, bila dalam lingkungan rumah tangga tidak ada hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak dan peran kepribadian dari pasangan toxic, malah akan menghancurkan dunia pasangan itu sendiri. Inilah yang jauh dari nilai-nilai Islam karena pernikahan tujuannya untuk menyempurnakan agama dan untuk beribadah pada Sang Khalik, guna meraih ketaatan karena cinta pada-Nya.

Jika ada yang mengalami hal ini, berhentilah berbuat zalim ada pasangan karena Allah Swt. senantiasa mengawasi semua tingkah laku setiap hamba-Nya. Allah yang berkuasa di langit dan di bumi. Tidak ada yang bisa lolos dari pengadilan Allah Swt. Semua yang ada di bumi tunduk pada Allah, bila ada suami yang zalim, maka seharusnya takut pada Allah karena Allah akan melakukan keadilan bagi orang-orang yang zalim dan menyakiti orang lain.

Ada baiknya kita merefleksi diri apa yang sudah terjadi selama ini dan sebelum menyesali semuanya ingatlah bahwa apa yang kita lakukan selama hidup di dunia selalu dalam pengawasan Allah Swt. seperti dalam firman-Nya yang berbunyi:

“Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah karena Allah beserta mereka ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa ayat 108).

Hikmah yang Dapat Dipetik

Tidak ada manusia yang sempurna di bumi tempat kita berpijak ini. Maka, jika ada pasangan kita yang melakukan kesalahan, doakan agar dia menjemput hidayah Allah Swt. dan berikan nasihat terbaik agar dapat mengubah perilaku buruknya. Maafkan dengan tangan terbuka serta jangan jadikan kekurangannya sebagai alasan untuk melakukan gugatan perceraian kecuali jika perilakunya sudah tidak diterima akal sehat dan membahayakan kehidupan kita selanjutnya.

Semua orang punya hak untuk mengambil keputusan. Apa pun yang menjadi pilihan, tetaplah semangat dalam menghadapi setiap episode kehidupan yang penuh lika-liku ini. Sejatinya ibrah dalam hidup ini mengajarkan kita bahwa kita tidak dapat menuntut kesempurnaan dari orang lain. Setiap orang pasti punya masa lalu yang kelam dari masa lalu, itulah kita bisa belajar memaknai arti hidup yang harus selalu kita syukuri.

Pahit dan manisnya kehidupan ini kita harus terima dengan bijak. Tetaplah optimis menghadapi setiap riak kehidupan yang datang. Sesulit apa pun jalan hidup yang kita jalani jangan berputus asa. Jika hari ini kita diterpa badai kehidupan, jangan menyalahi takdir karena takdir Allah yang terbaik. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersabar dan bersyukur sehingga bisa meraih indahnya surga, amiin. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Mahyra Senja Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Gatang Kenari, Bikin Ketagihan
Next
Berburu Gelar Negara Maju
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mahyra senja
Mahyra senja
6 months ago

Betul harus punya pondasi syariat yang kuat. Terima kasih semuanya sudah mampir di tulisanku

Dyah Rini
Dyah Rini
10 months ago

Islam sungguh indah menggambarkan kehidupan suami - istri sebagai suatu persahabatan. Jelas seorang sahabat akan menjadi teman setia dalam suka dan duka, saling menyayangi, saling membantu, tidak ingin menyakiti pasangannya. Maka pemahaman ini hatus dibangun oleh siapa pun yang mau menikah. Akidah Islam sebagai fondasinya, syariat sebagai rujukan solusi dari setiap permasalahan yang ada. InsyaAllah rumah tangga akan terhindar dari toxic suami/Istri.

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
10 months ago

Rumah tangga yang dibangun tanpa dasar keimanan kokoh pasti rapuh. Rumah tangga yang diharapkan membawa sakinah mawadah warahmah akan seperti panggang jauh dari api..ujuan tidak akan tercapai.

Bedoon Essem
Bedoon Essem
10 months ago

Pasangan adalah orang paling dekat dengan kita bahkan sangking dekatnya sampai dikiaskan sebagai pakaian. Sulit dibayangkan jika orang terdekat kita yang mengetahui segala luar dalam kita malah seorang toxic..

Sartinah
Sartinah
10 months ago

Baru membayangkan punya pasangan toxic saja sudah ngeri, apalagi mengalaminya ya. Tapi memang realitas di masyarakat saat ini banyak pasangan yang dilanda toxic, baik dari pihak suami atau istri sih.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
10 months ago

Memiliki orang terdekat yang toxic memang sangat mengganggu. Apalagi itu pasangan hidup. Dipastikan hidupnya gak tenang

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram