Sebab ibu visioner cakap dalam memahami problematika umat, cerdas dalam merumuskan solusinya, serta bergegas lagi serius menjalankan peran strategisnya.
Oleh. Rizki Ika Sahana
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Muslimah)
NarasiPost.Com-Hari ini para ibu dihadapkan pada kenyataan getir yang begitu gamblang: gonjang-ganjing politik dalam negeri yang bermuara pada konflik kepentingan, carut-marut generasi yang tak berkesudahan, serta konstelasi internasional yang memarginalkan serta terus-menerus menjadikan dunia Islam sebagai bulan-bulanan. Bukan hanya resah, gelisah, juga patah yang dirasakannya, namun ketidakberdayaan dan perasaan menyerah pada keadaan, seakan menjadi satu-satunya pilihan.
Menghadapi tahun panas jelang pemilu, krisis kepemimpinan menjadi problem yang mengemuka. Kebobrokan pengelolaan negara dan beragam kebijakan yang tak memihak rakyat, termasuk perempuan, ibu, dan anak, merupakan bukti kegagalan kepemimpinan negeri ini yang terang benderang.
Sementara itu, kerusakan generasi sebagai pemegang estafet kepemimpinan di masa depan, semakin menjulang angkanya entah sampai kapan. Bullying, kekerasan, hingga tindak kriminal; freesex, aborsi hingga eljibiti; narkoba, gaya hidup hedon, hingga mental health; terus menghantui tak kunjung henti.
Di sisi lain, potret buram generasi kita berbanding terbalik dengan kualitas serta resistansi anak-anak Al Quds Palestina, yang mengguncang lagi memesona dunia Timur dan Barat. Betapa kebiadaban Zionis Yahudi tak mampu meruntuhkan ketangguhan iman mereka. Meski nyawa menjadi taruhannya, mereka tak ragu sedikit pun apalagi mundur. Mereka terus melaju dengan percaya diri, melancarkan perlawanan dengan gagah berani, menantang penjajah kejam dengan nyali besar, demi mempertahankan tanah kharajiyah hak umat Islam. Mereka berlomba mengejar kematian sebagaimana musuh mereka mencintai kehidupan. Masyaallah, sungguh menakjubkan!
Tragisnya, dunia bungkam. Terhadap kezaliman paling brutal itu, semua kompak menutup mata dan telinga. Kepemimpinan negeri-negeri muslim dengan tentara yang kuat lagi perkasa pun kelu tak mampu menyeru kepada jihad yang agung. Sekat nasionalisme membelenggu, sementara panggilan jihad fi sabilillah yang mulia menjadi senyap di bawah hegemoni adidaya Paman Sam.
Pada akhirnya para ibu hanya bisa menyaksikan kekejian demi kekejian dengan deraian air mata yang terus tumpah, memendam sakit hati yang mendalam, serta nyaris hancur jiwanya, tak sanggup berbuat banyak. Mereka hanya mampu menengadahkan tangan, meminta belas kasih sayang dan pertolongan-Nya, seraya beristigfar tiada putus karena lemah, tak kuasa meski sedikit saja.
Di tengah gejolak bencana yang kian liar dan barbar itu, tuntutan menjadi ibu visioner semakin kuat dan kencang. Sebab ibu visioner cakap dalam memahami problematika umat, cerdas dalam merumuskan solusinya, serta bergegas lagi serius menjalankan peran strategisnya.
Ibu visioner memiliki cita-cita besar berupa rancang bangun generasi, peradaban, hingga kepemimpinan dunia yang adil serta mengayomi manusia seluruhnya. Ia sosok yang berambisi kuat, bekerja optimal, juga tak kenal lelah dan pantang menyerah apa pun keadaannya demi meraih asa yang cemerlang. Ia bersungguh-sungguh merealisasikan desain ideal dalam genggamannya, antikompromi, menekadkan perubahan revolusioner semata, bukan sekadar transformasi parsial.
Karenanya, ibu visioner tak lengah sedikit pun dalam mengemban amanah langit, yakni menjalankan peran domestik dan publiknya sekaligus, meski tak mudah dan disesaki berbagai ujian. Ia senantiasa memiliki kesadaran yang benar, baik dalam mendidik generasi, maupun membina umat.
Cita-cita ibu visioner jauh melesat di depan. Menembus batas ruang dan waktu. Sehingga meniscayakan dirinya bertekad melahirkan generasi dan umat yang bukan saja andal namun mampu menjawab tantangan zaman di masa mendatang, yakni masa di mana umat berjaya yang mungkin saja tak akan pernah ia kecap.
Bisyarah Rasulullah akan tegaknya kepemimpinan 'ala minhajin nubuwah serta penaklukan kota Roma dipandangnya sebagai tantangan zaman yang wajib dipenuhi, bukan beban yang mesti dihindari. Karenanya, ibu visioner menyadari betul amanah luhur dan peran strategis yang harus diembannya. Itu membuatnya tak henti berjibaku membangun generasi dan umat dengan keimanan dan kerangka berpikir yang akurat, serta tak bosan mengetuk pintu langit memohon pertolongan dan rida-Nya.
“Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: ‘Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?’ Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: ‘Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: ‘Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah?’ Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel."
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Sungguh, kunci pembebasan Al Quds dan penaklukan Roma ada di tangan para ibu. Ibulah pendidik terbaik generasi bahkan sejak pertama kali mereka diciptakan dalam kandungan. Ibulah teladan andal, role model paling nyata yang mereka indra di sepanjang malam dan siang kehidupan mereka. Kesabarannya, keikhlasannya, keberaniannya, ketangguhannya, kasih sayangnya, dedikasinya, karya-karyanya, menjadi inspirasi yang memenangkan hati anak-anak generasi. Ibu adalah energi mereka, kekuatan mereka, gairah serta semangat mereka, yang melecut jiwa ksatria di medan pertempuran sekaligus hamba Allah yang loyal lagi bertakwa.
Wahai diri, wahai para ibu, jangan menunggu lebih lama lagi, bergegaslah! Bersegeralah berkomitmen menjadi sosok ibu visioner, yang berazam kuat, bertekad bulat, serta berambisi jannah, bukan menjadi seadanya dan ala kadarnya. Sebab waktumu membersamai ananda dan umat hanya sebentar. Jangan sia-siakan karena ajal tak pernah menunda keputusan yang Allah tetapkan.
Wahai diri, wahai para ibu, sesungguhnya anak-anak generasi ini, umat, juga dunia, sudah kenyang terbelenggu nestapa dan derita. Selamatkanlah wahai ibu, dengan menegakkan institusi yang penuh rahmat, dengan melahirkan generasi pembebas lagi penakluk angkara murka. Sebelum terlambat, sebelum kiamat. Kelak di hari pertanggungjawaban, Engkau pasti bahagia sebab memiliki hujah di hadapan Zat Yang Maha Perkasa.
Ingatlah, Allah telah memberikan perangkat yang sempurna bagimu wahai ibu, untuk menjalankan peran terbaik lagi tinggi. Potensi naluri dan akal yang luar biasa, lisan yang kuat dan pengaruh yang menonjol, menjadi karunia yang pantas dilejitkan. Engkau pasti bisa menjalankannya, tidak ada yang mustahil. Karena sungguh, man jadda wajada. Allahu Akbar!!
Wallahu a’lam bi ash-shawab. []
kunci pembebasan Al Quds dan penaklukan Roma ada di tangan para ibu, Yakni yang mampu mendidik generasi bahkan sejak pertama kali mereka diciptakan dalam kandungan. Ibu visioner memiliki cita-cita besar, berambisi kuat, bekerja optimal, juga tak kenal lelah dan pantang menyerah demi meraih asa yang cemerlang.
Masyaallah keren, tulisan pembakar semangat para ibu2 utk terus serius memainkan peranannya di kancah perpolitikan sebagaimana Islam contohkan.
Semoga para ibu di mana pun mampu menjadikan diri mereka sebagai ibu visioner yang akan mencetak generasi cemerlang demi terwujudkan peradaban Islam di masa mendatang.
Yes dibawah naungan ibu visioner akan tumbuh generasi tangguh penerus estatet perjuangan
Pr banget untuk menjadi ibu peradaban
Semoga para penulis ideologis di sini mampu menjadi ibu visioner yang akan mewujudkan sabda Rasulullah bahwa Roma akan ditaklukkan setelah konstantinopel.
Aamiin
Setuju, ibu visioner akan melahirkan generasi tangguh, pemberani dan menjadi pembela Islam
MasyaAllah bener banget mb, seakan dibangunkan lagi semangat ini, diingatkan lagi kita tak boleh bersantai, harus bergegas dan bersegera menjadi ibu visioner mempersiapkan generasi penyambut bisyarah Rasulullah, pembebas kota Roma.. barakallahu mb