”Maka sandarkan dirimu dan minta tolonglah hanya kepada Allah saja bukan kepada makhluk-Nya.”
Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Siapa sih kaum muslim yang tidak ingin berangkat ke Baitullah? Bahkan ketika disebut Makkah Al Mukarramah atau Madinah Al Munawaroh, seketika ada rindu membuncah di dalam dada untuk berziarah ke sana. Namun, tidak sedikit pula yang kemudian bergumam, sepertinya aku tidak akan mampu ke sana, mengingat biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Ya, memang benar ibadah umrah atau haji termasuk ibadah yang membutuhkan banyak pengorbanan, baik tenaga, waktu maupun materi yang tidak sedikit. Itulah sebabnya ibadah tersebut termasuk rukun Islam yang ditujukan bagi yang mampu.
Namun demikian, sebagai seorang muslim yang punya sandaran Allah Subhanahu wa Ta'ala Zat yang Maha Kaya, tentu kita harus mempunyai keyakinan bahwa, "Tidak ada yang tidak mungkin saat Allah sudah berkehendak". Di dalam tulisan ini saya ingin membagikan sedikit kisah yang bagi kami menjadi kisah yang sangat berharga. Di mana saat kita sangat meyakini bahwa apa pun yang menurut kita tidak mungkin pasti mudah bagi Allah. Semoga kisah ini bisa memotivasi pembaca, termasuk yang ingin berkunjung ke Baitullah. Tentu sebelumnya kita harus mengubah mindset kita dahulu, bahwa pergi umrah atau haji bukan hanya sekadar punya materi, tapi lebih karena Allah sudah memanggil kita untuk ke sana.
Tulisan ini tentang kisah keberangkatan seorang karyawan pabrik (UJ) untuk ibadah umrah pada bulan Oktober 2022 lalu. Awalnya UJ tidak pernah berpikir bahwa bulan itu ia bisa berangkat umrah. Mengingat beberapa bulan itu pengeluaran wajib keluarganya sedang banyak, bahkan untuk makan sehari-hari saja terkadang kurang. Bermula pada awal Agustus lalu, saat UJ sedang istirahat setelah salat Zuhur di tempat kerja.
Tiba-tiba ada seorang karyawan satu perusahaan (pak S) datang menghampiri dan bertanya, "Tadz, (panggilan yang sering ditujukan ke UJ) sudah daftar haji belum?"
"Belum pak, pengeluaran untuk anak yang di pondok dan SDIT sedang berbarengan tahun ini."
"Kalau umrah sudah pernah?"
"Belum juga pak, baru punya niat saja."
"Kalau begitu antum berangkat umrah bulan besok ya, saya yang bayarin".
Bagaikan mimpi di siang bolong, antara percaya dan tidak. Entah apa yang UJ dan istri rasakan waktu itu, antara bahagia dan juga bingung. Bingung karena keadaan ekonomi sedang tidak stabil, kadang gajinya pun sudah kosong sebelum tiba tanggal gajian lagi. Sementara berangkat umrah pastilah butuh biaya untuk mengurus paspor, vaksin meningitis, ataupun bekal kelak ke sana.
Setelah pulang dan berdiskusi di rumah, esoknya UJ menemui pak S. Ia meminta untuk diberangkatkan umrah bulan Desember saja, dengan pertimbangan masih ada 4 kali gajian yang insyaallah bisa menyisihkan sedikit gajinya untuk bekal. Pak S pun mendatangi pihak travel untuk mendaftarkan UJ. Berbarengan dengan itu beliau juga mentransfer uang pendaftaran sebesar 29 juta ke rekening UJ. Terharu bahkan UJ dan istri pun sampai menangis melihat saldo ATM yang tadinya kurang dari sepuluh ribu, tiba-tiba sudah menjadi puluhan juta.
Dan lagi, pak S memberi kabar yang membuat bingung lagi. Menurut pihak travel untuk pemberangkatan bulan Desember kemungkinan biaya akan naik dan juga belum ada kuota jemaahnya. Jadi disarankan untuk berangkat bulan Oktober yang sudah banyak kuota jemaahnya. Saat itulah ikhtiar UJ hanya menyandarkan diri kepada Allah Swt. Meyakinkan diri bahwa bisa jadi ini karena Allah sudah memanggil dan ingin ia segera mendatangi Baitullah. Allah pasti akan memberikan pertolongan di saat yang paling tepat.
Dua bulan sebelum keberangkatan tentu disibukkan dengan urusan paspor maupun suntik meningitis yang penuh perjuangan, termasuk ketika harus pindah tempat beberapa kali untuk suntik meningitis dengan alasan vaksin kosong. Akan tetapi Allah selalu memudahkan semua urusan, dua minggu sebelum keberangkatan urusan paspor dan vaksin pun akhirnya beres. Tinggal masalah uang buat bekal selama 9 hari di sana yang masih ia pikirkan. UJ sempat bertanya pada teman yang pernah umrah, berapa kira-kira uang sakunya. Temannya menjawab minimal lima juta. Masyaallah… Jumlah yang sangat banyak baginya untuk kondisi saat itu. Hanya kata ‘yakin' yang selalu muncul. Ditambah keyakinan bahwa Allah Maha Kaya, jika Allah hendak mengharap kehadiran seseorang ke Baitullah, yakin pasti akan Allah mudahkan.
Teringatlah ia pada salah satu hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh At-Tirmizi tentang bolehnya meminta apa pun kepada-Nya.“Hendaklah salah seorang dari kalian senantiasa meminta kebutuhannya kepada Rabbnya, sekalipun hanya meminta garam, sekalipun hanya meminta tali sandalnya ketika putus.”
Dikuatkan lagi dengan firman Allah di dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 186, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku amatlah dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”
Maka di hari-hari menjelang hari H hanya doa yang bisa ia panjatkan. Doa yang ia panjatkan tak lain adalah, "Duh Gusti… kulo niki pingin sanget dateng Baitullah, ananging kulo dereng kagungan sangu Gusti, mbok bilih paringono sangu Gusti." (Ya Gusti Allah, saya ini ingin sekali berangkat ke Baitullah, tapi saya belum punya uang saku. Mohon kiranya diberi uang saku Gusti). Dan lagi Allah tunjukkan Kemurahan-Nya, di hari-hari menjelang keberangkatannya, ada saudara, mad'u ngaji dan juga bos di tempat kerja memberinya uang saku yang begitu dikumpulkan jumlahnya malah lebih dari 5 juta.
Hingga akhirnya alhamdulillah UJ bisa berangkat umrah di awal bulan Oktober lalu. Dimudahkan semua urusan serta dilancarkan setiap aktivitas ibadahnya di sana, hingga pulang dengan selamat. Berangkat ke Baitullah bukan karena banyaknya materi yang ia punya, tapi karena Allah telah memanggil.
Semoga secuil dari kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi pembaca. Bahwa dengan keyakinan kuat, apa pun masalah kita, kita punya Allah yang Maha Besar. Maka sandarkan dirimu dan minta tolonglah hanya kepada Allah saja, bukan kepada makhluk-Nya, sebagaimana pesan Rasulullah kepada Sayyidina Ibnu Abbas r.a. Jika saja apa yang kita minta belum terkabulkan, bisa jadi karena Allah masih merindukan lembutnya suara doa-doa kita. Jangan pernah sedikit pun terbesit dalam angan bahwa Allah akan mengabaikan kita. Sesungguhnya Allah bersama prasangka hamba-Nya. []